“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan: “Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir”.(QS. Al-Baqarah [2]:102).
Sihir dan sejenisnya dari cakupan ilmu-ilmu hitam makin populer dewasa ini. Para pakar berikut iklan sihirnya bisa ditemui di hampir semua media massa. Merekalah yang seakan-akan menguasai rahasia dan kunci-kunci kehidupan.
Eksistensi mereka kian diperkuat dengan dongeng-dongeng tahayul nenek moyang, utamanya yang berkaitan dengan kerajaan-kerajaan nusantara di masa lampau. Jadilah semua itu sebagai sebuah ajaran dan aliran tersendiri yang ditafsirkan sebagai bagian dari agama.
Ironisnya, sebagian kaum muslimin kian terbentuk akal dan pikirannya dengan semua itu. Lahirlah kemudian keyakinan yang berasal dari akal yang jumud yang tergantung dan menggantungkan segala-galanya kepada orang-orang “sakti” tersebut. Bahagia dan sengsara, senang dan susah, sehat dan sakit, berhasil dan gagal, maju dan mundur seolah-olah ada di tangan mereka. Umat pun mulai lupa akan kekuasaan dan ketentuan Alloh.
Sejarah Munculnya Sihir
Disebutkan dalam tafsir Ibnu Katsir yang menukil riwayat dari As-Sudi bahwa beliau berkata: Dahulu kala syaithan-syaithan naik ke langit un-tuk mencuri kabar yang disampaikan oleh para malaikat tentang sesuatu yang akan terjadi di muka bumi berupa kematian, ilmu ghaib dan perintah Alloh. Lalu kabar tersebut disampaikan kepada para dukun dan ternyata kabar tersebut banyak terjadi sehingga para dukun membenarkan apa yang disampaikan oleh syaithan. Setelah syaithan mendapatkan pembenaran, mereka mencampur-adukkan satu kenyataan dengan tujuh puluh kedustaan. Kemudian menyebar isu di kalangan Bani Israil bahwa ia mampu mengetahui ilmu ghaib sehingga tidak sedikit di antara manusia terpedaya dan tertipu.
Namun Alloh memberitahukan kepada Nabi Sulaiman tentang tipu daya syaithan tersebut, lalu Nabi Sulaiman memendam seluruh catatan kalimat dibawah kursi kerajaan dan tidak ada satu syaithan pun yang mampu mendekatinya. Setelah Nabi Sulaiman meninggal, syaithan berubah wujud seperti manusia dan berusaha mengeluarkan catatan tersebut dari bawah kursi Sulaiman, kemudian dia mengatakan kepada manusia: “Apakah kalian ingin mendapatkan harta karun yang tidak pernah terbayang.” Maka syaithan menunjukkan sihir yang dipendam oleh Nabi Sulaiman dibawah kursinya. Seterusnya dipelajari oleh manusia dari zaman ke zaman.
Sebab-sebab Turunnya Ayat Sihir
Pada zaman Nabi Muhammad saw. tersebar tuduhan di kalangan orang-orang Yahudi bahwa Nabi Sulaiman mengajarkan sihir begitu pula malaikat Jibril dan Mikail, lalu turun ayat di atas (QS.Al-Baqarah :102) sebagai bantahan terhadap tuduhan itu.
Yang benar adalah bahwa Nabi Sulaiman tidak pernah mengajarkan sihir apalagi sebagai tukang sihir, begitu pula kedua malaikat Jibril dan Mikail.
Hukum Dan Kedudukan Sihir
Sihir adalah perkara syaithaniyah yang diharamkan dan bisa merusak atau membatalkan serta mengurangi kesempurnaan aqidah, karena sihir tidak terjadi kecuali dengan kemusyrikan.
Sihir secara bahasa adalah sesuatu yang halus dan lembut. Dan menurut istilah syari’at sihir berupa jimat, santet, tenung, mejik atau ramuan-ramuan yang mampu memberi pengaruh secara fisik seperti sakit, membunuh atau memisahkan antara suami dengan istri dan pengaruh secara rohani seperti gelisah bingung atau mengkhayal. Dan pengaruh terhadap mental contohnya adalah gila, stress atau gangguan kejiwaan yang lain. Ini berdasarkan kenyataan yang terjadi dimasyarakat dan diketahui orang banyak. Sihir Tergolong Syirik dari Dua sisi
Pertama, karena sihir mengandung unsur meminta pelayanan dari syaithan dan ketergantungan dengan mereka melalui sesuatu yang mereka cintai agar syaithan tersebut mengajari kepada mereka tentang sihir, sehingga sihir adalah syaithan sebagaimana firman Alloh:
“.. Tetapi syaithan-syaithan itulah yang kafir mengerjakan sihir) mereka mengajarkan sihir kepada manusia ...” (QS. Al-Baqarah [2]: 102).
Kedua, sihir mengandung unsur pengakuan terhadap ilmu ghaib dan pengakuan berserikat dengan Alloh dalam perkara ghaib. Ini jelas-jelas sebagai suatu perbuatan kufur, sebagaimana firman Alloh :
”Katakanlah, tidak seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Alloh ...” (QS. An-Naml [25]: 65).
Dan ilmu ghaib tersebut tidak diperlihatkan kepada makhluk kecuali hanya kepada para rasul- Nya sebagaimana firman Alloh :
“(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang gaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang gaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridai- Nya,...” (QS. Jin [72]: 26 & 27).
Di antara hal yang perlu diwaspadai adalah bahwa para tukang sihir mempermainkan aqidah umat Islam, dimana mereka menampakkan diri seakan-akan sebagai tabib, ahli hikmah, dokter atau kyai, sehingga mereka menyesatkan kaum muslimin yang sedang sakit agar menyembelih kambing atau ayam dengan ciri-ciri tertentu yang ditujukan kepada jin. Di antara mereka ada yang menjual isim-isim atau jimat lewat iklan koran atau majalah bahkan melalui televisi.
Sebagian lagi menampakkan diri sebagai pemberi berita tentang perkara-perkara ghaib dan tempat-tempat barang yang hilang. Lalu orang-orang yang bodoh datang bertanya kepadanya tentang barang-barang yang hilang, kemudian memberi kabar tentang keberadaan barang tersebut atau mendatangkannya dengan bantuan syaithan.
Sebagian mereka menampakkan diri sebagai wali yang memiliki karamah dalam hal-hal yang luar biasa seperti masuk ke dalam api tetapi tidak terbakar, memukul dirinya dengan pedang atau dilindas mobil tetapi tidak sedikitpun terluka atau keanehan lain yang hakekat sebenarnya adalah perbuatan syaithan yang diperjalankan melalui tangan mereka untuk membuat fitnah di antara manusia. Atau bisa jadi, hanya perkara ilusi yang tidak ada hakekatnya, bahkan hanya-lah tipuan halus dan licik yang mereka lakukan di depan pandangan mata seperti perbuatan para tukang sihir Fir’aun dengan menipu tali-tali dan tongkat-tongkat yang seakan menjadi kalajengking dan ular.
Buletin Al-Huda edisi ke-13
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar