20 April 2011

Antara Wali dan Karomah

Suatu ketika Adil berbincang dengan Sa’id dalam perjalanan me-reka menuju sekolah kampung, tiba-tiba masuklah seorang pengemis tua setengah gila kedalam bis, langkahnya gontai dan bergoyang, dia mengusap air liurnya de-ngan lengan bajunya yang terjulur dan kotor, dia meminta-minta kepada para penumpang sambil mengancam, dia mengancam bahwa dia akan berdo’a agar bis tersebut terbalik di tengah jalan. Dia mengaku memiliki do’a yang mustajab.

Tampaknya Sa’id tumbuh dalam keluarga yang banyak terpengaruh dengan karomah para wali, kontan saja dia kaget dan terpe-ranjat, kemudian dia meminta Adil agar segera memberi pengemis tersebut beberapa dirham karena dia takut bis yang mereka tumpangi benar-benar terbalik, karena pengemis tersebut adalah Abdul Karim Abu Syaththah, salah seorang petapa yang diberkati serta terkabul do’anya (yang pada hakekatnya ia adalah seorang penyihir/dukun/paranormal atau nama lainnya yang sederajat dari itu).

Adil menjadi heran karenanya dan berkata:

“Memang benar Ahlussunnah wal jama’ah beriman akan adanya karomah, tapi khusus untuk orang-orang shalih dan bertakwa. Bukan orang yang menggunakan agama untuk mencari makan dan bukan dihasilkan dari bertapa di gunung bunder atau mengadakan ritual khusus ditempat yang dikeramatkan atau dikuburan misalnya”.

Maka Sa’id berkata kepadanya dengan nada yang tinggi, “Kamu jangan seperti itu, sesungguhnya cerita-cerita tentang kejadian luar biasa yang dia alami telah mashur di ba-nyak kalangan, mulai dari anak kecil hingga orang tua. Sebentar lagi kamu akan melihat dia turun dan meninggalkan kita di bis sini, ternyata dia telah mendahului kita ke kampung berikutnya hanya dengan berjalan kaki, di mana dia akan menunggu kita di sana, sungguh ini adalah karomah, apa kamu mengingkari karomah?”

Adil pun menjawab, “Saya tidak mengingkari karomah dalam bentuk umum. Sesungguhnya Allah maha kuasa untuk memuliakan seorang hamba-Nya yang Dia kehendaki. Tapi, apakah yang seperti ini dapat dikatakan sebagai karomah dan menjadi makanan dan minumannya, lagi pula apakah kamu tahu kehidupan dia seperti apa?, apa yang ia lakukan?, bukankah kita tahu bahwa ia telah melakukan kesyirikan dengan menyekutukan para hamba dan orang yang telah mati bersama Allah dalam menciptakan dan mengatur alam semesta ini, hingga kita memiliki rasa takut terhadap mereka dan melindungi diri dari kemurkaan mereka, maka semua ini tidak
bisa diterima.”

Kisah di atas mengingatkan kepada kita betapa banyaknya masyarakat yang masih belum mengerti tentang wali dan karomah, padahal jika hal ini dibiarkan maka masyarakat akan mudah terjerumus kedalam lubang kesyirikan dan seperti kita ketahui bahwa syirik itu adalah dosa yang tidak akan di ampuni ji-ka pelakunya meninggal dunia dalam keadaan tidak bertaubat. Oleh karenanya edisi kali ini kami akan sedikit menyajikan kepada para pembaca sekalian hal yang berkenaan dengan Wali dan karomahnya.

Definisi Wali

Secara bahasa, Wali berasal dari kata walayah yang berarti al Mahabbah (kecintaan) dan al-qurbu (kedekatan). Adapun secara istilah, Wali artinya seorang mukmin yang dicintai dan didekatkan oleh Allah karena ke-imanan dan ketakwaan-nya.

Wali menurut al-qur’an adalah seorang muslim yang bertaqwa kepada Allah, tidak bermaksiat kepadaNya, berdo’a kepada-Nya dan tidak menyekutukanNya.

Sifat-Sifat Seorang Wali

Sebagian Masyarakat kita mengenal seorang wali hanya sebatas memiliki karomahnya seperti; bisa menghilang, bisa terbang, bisa tinggal di beberapa tempat dalam satu waktu, tidak tembus ditembak atau dibacok, dan lain sebagainya. Ternyata menurut Ahlussunnah wal Jama’ah seorang wali tidak hanya dilihat pada kepemilikan dalam hal karomah, akan tetapi dilihat pula pada tanda-tanda yang lainnya, di antaranya:

  1. Dia senantiasa melaksanakan kewajiban-kewajiban yang diperintahkan oleh Allah SWT dengan sempurna.
  2. Menjauhi apa yang diharamkan oleh Allah SWT berupa kemaksiatan.
  3. Bertaqwa kepada Allah dalam keadaan sendiri maupun di tengah keramaian.
  4. Ikhlas Karena Allah SWT dalam semua perkataan dan perbuatannya.
  5. Mengikuti sunnah Rasulullah saw dalam seluruh urusannya.
  6. Zuhud terhadap kemegahan-kemegahan dunia dan menjauhi kemasyhuran. [Muzakkirah tauhid, karya Syaikh Abdullah bin Abdul Aziz al-Aidan: 31].
Secara umum seorang wali Allah adalah seorang yang beriman dan bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya. Sebagaimana firman Allah :

أَلا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ (٦٢)الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ (٦٣)

“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.” {Qs. Yunus (10) : 62-63}.

“Apabila engkau melihat seorang mampu berjalan di atas air atau terbang di udara maka janganlah engkau terpedaya olehnya hingga engkau teliti sejauh mana ia mengikuti Rasulullah saw.” demikian tutur al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah.

Tentang Karomah

Karomah adalah kejadian luar biasa yang Allah berikan kepada seorang hamba yang bukan nabi dengan tujuan untuk mengokohkan argumennya di dalam membela agama atau untuk membela hamba tersebut.

Kadang-kadang karomah yang Alloh berikan kepada seorang wali yang muslim, bertauhid, dan taat ini muncul ketika ia sedang berhajat (membutuhkannya). Oleh karena itu masalah wali dan karomah keduanya ditetapkan dalam al-Qur’anul Karim.

Tanda-Tanda Karomah Yang Palsu

1. Sumber Beritanya Tidak Jelas.

Salah satu ciri karomah yang palsu adalah sumber beritanya tidak jelas dan tidak bisa dipertangjung jawabkan, atau berita itu memang sengaja dibuat-buat dengan tujuan agar orang-orang mengagumi tokoh tersebut.

2. Menyalahi Syari’at.

Karomah yang benar dari Allah adalah karomah yang sejalan dengan syari’at Islam dan tidak bertentangan dengan salah satu prinsip aqidah Islam, seperti seorang wali bisa membaca isi hati manusia, bisa tahu ilmu ghaib, dll.

3. Terjadi Karena Bantuan Jin.

Syaitan menampakkan hal-hal yang aneh dan ajaib yang terjadi pada para walinya de-ngan tujuan menyesatkan manusia. Kekufuran para pengaku wali dan kemaksiatan mereka menjadi jalan bagi syaitan untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah SWT. Sehingga manusia menyangka bahwa dia adalah wali Allah, padahal ia tidak lain adalah wali syaitan.

4. Muncul Dari Orang-Orang Yang Me-ngaku Sebagai Nabi Atau Mengaku Mendapatkan Wahyu.

Hal ini seperti yang terjadi pada diri Lia Eden yang mengaku mendapat wahyu dari Malaikat Jibril dan bisa mengobati pasiennya dengan sebuah mata air yang ada di rumah-nya. Juga terjadi pada dukun-dukun dan tukang ramal serta tokoh-tokoh ahlul bid’ah.

Perbedaan Antara Karomah Dengan Keajaiban- Keajaiban Dari Syaithan

1. Karomah para wali Allah disebabkan oleh iman dan ketakwaan. Sedangkan keajaiban yang merupakan bantuan dari syaithan disebabkan oleh pelanggaran terhadap lara-ngan Allah dan rasul-Nya.

2. Karomah tidak bisa dimentahkan de-ngan dzikir apapun dan tidak bisa dilawan. Sedangkan kejadian luar biasa lain yang merupakan bantuan dari syaithan, bisa digagalkan dengan bacaan ayat-ayat al-Qur’an. Demikian pula dengan para wali syaithan yang mempe-roleh keanehan-keanehan karena bantuan dari syaithan, ketika dibacakan ayat-ayat tertentu, seperti ayat kursi, maka para syaithan yang mendampinginya akan lari. [al Fatawa Ibnu Taimiyah (11): 285].

3. Karomah tidak bisa dipelajari men-jadi suatu ilmu kesaktian yang baku. Sedang kejadian luar biasa yang berasal dari syaithan bisa dipelajari dan dibakukan menjadi ilmu kanuragan (kesaktian). Karena pada hakekatnya karomah adalah anugerah Allah kepada seorang hamba yang istiqomah dalam mentaati Allah dan menjauhi larangan-Nya.

4. Karomah tidak bisa dimunculkan sewaktu-waktu atau kapan saja wali tersebut menghendakinya, sedangkan keajaiban yang timbul karena bantuan syaithan bisa muncul ketika seorang wali syaithan itu memanggil syaithannya.

5. Sebagai catatan, tidak mesti setiap wali Allah selalu mendapatkan karomah. Juga tidak setiap orang mukmin yang tidak mendapatkan karomah berarti ia bukan wali. Sebaliknya, tidak setiap orang yang mendapatkan keajaiban berarti ia wali Allah. Sebab di antara kejadian ajaib itu ada yang merupakan perkara luar biasa yang berasal dari syaithan.

Karomah tidak akan terjadi kepada orang fasiq yang terang-terangan berbuat maksiat atau beristighohsah kepada selain Alloh, padahal perbuatan ini adalah di antara perbuatan orang-orang musyrik. Tidak mungkin karomah itu muncul kepada orang yang meninggalkan shalat atau orang yang terus menerus berbuat dosa. Adapun hal-hal yang nampak pada masyarakat umum, seperti; orang yang menebaskan pedang pada dirinya sendiri atau memakan
api, atau praktek-praktek paranormal yang dapat kita jumpai di media cetak maupun elektronik, maka hal itu adalah diantara perbuatan-perbuatan syaithan dan majusi, serta ia adalah istidraj (memperdayakan) bagi mereka supaya tetap berjalan kesesatan.

Oleh karena itu janganlah terpedaya dengan berbagai macam kisah keajaiban yang ada pada diri seseorang. Ukurlah keadaan orang-orang yang demikian itu dengan al-Kitab dan as-Sunnah. Jika memang sejalan maka mungkin itu adalah karomah, tetapi jika tidak sejalan berarti itu adalah permainan syaithan. Wallahu a’lam.

Referensi : Buletin Al-Huda, 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar