18 April 2011

Menghindari Su’ul Khatimah

Sesungguhnya bagian manusia dari dunia ini adalah umurnya. Apabila dia membaguskan penanaman modalnya pada apa yang dapat memberikan manfaat kepadanya di negeri akhirat maka perdagangannya akan beruntung. Jika dia menjelekkan penanaman modalnya dalam perbuatan-perbuatan maksiat dan kejahatan-kejahatan sampai dia bertemu dengan Allah pada penghabisan (akhir) yang jelek itu maka dia termasuk orang-orang yang rugi. Berapa banyak (jasad-jasad) yang menyesal di bawah tanah?! Orang yang berakal adalah orang yang menghisab (menghitung amalan) dirinya sebelum Allah menghisabnya, dan dia takut akan dosa-dosanya sebelum dosa-dosanya itu menjadi sebab akan kehancurannya. Ibnu Mas’ud ra berkata: “Seorang mu’min melihat dosa-dosanya seolah-olah dia duduk di bawah sebuah gunung, dia takut gunung itu akan menimpanya.”(Diriwayatkan oleh Al Bukhari dan Muslim).

Di sini kami akan menerangkan sebab-sebab yang menimbulkan Su’ul Khatimah, se-bagai berikut:

1. At-taswif (menunda-nunda) taubat

Bertaubat kepada Allah dari seluruh dosa-dosa adalah wajib bagi setiap mukallaf (orang yang dibebani perkara-perkara agama) pada setiap waktu. Firman Allah swt, artinya:

... Dan bertaubatlah kalian semua kepada Allah wahai orang-orang yang beriman, mudah-mudahan kalian beruntung.” (QS. An-Nur [24] : 31).

diantara tipu daya iblis yang paling berhasil dimana dia menyerang manusia dengannya adalah menunda-nunda taubat.

2. Panjang angan-angan

Panjang angan-angan merupakan sebab kesengsaraan. Rasulullah saw telah memperi-ngatkan kita dengan peringatan yang keras dari hal itu, beliau bersabda, artinya:

“Sesungguhnya apa-apa yang paling aku takutkan (terjadi) pada kalian adalah dua sifat: Mengikuti hawa nafsu dan panjang angan - angan. Adapun mengikuti hawa nafsu maka dia akan memalingkan dari kebenaran dan adapun panjang angan-angan maka dia akan (menimbulkan) cinta terhadap dunia.” (HR. Ibnu Abi Ad-Dunya).

3. Menyukai perbuatan maksiat

Apabila manusia terbiasa dengan salah satu perbuatan maksiat dari sekian banyak maksiat dan tidak bertaubat darinya maka setan akan menguasai hatinya dan akan me-nguasai fikirannya sampai saat-saat terakhir dari kehidupannya.

Nabi saw bersabda:
“Barangsiapa meninggal dunia dalam keadaan melakukan sesuatu maka Allah akan membangkitkannya dalam keadaan itu.” (diriwayatkan oleh Al-Hakim dan dishahihkannya menurut syarat Muslim dan disetujui oleh Adz-Dzahaby).

4. Bunuh diri

Imam Al Bukhari telah meriwayatkan dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw telah ber-sabda, artinya:

“Orang mati karena mencekik dirinya maka dia akan mencekiknya di dalam neraka dan orang-orang yang menikam dirinya maka dia akan menikamnya di dalam neraka.”

Al Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra, beliau berkata:

“Seorang laki-laki mengikuti perang khaibar bersama Rasulullah saw, maka beliau berbicara tentang seorang laki-laki diantara orang-orang yang diakui telah Islam: “(Laki-laki) ini termasuk penghuni Neraka.” Maka ketika peperangan datang, laki-laki itu banyak membunuh (musuh-musuh) kemudian dia terluka. Maka dikatakan kepada beliau: Wahai Rasulullah, yang engkau katakan tadi bahwa dia termasuk penghuni neraka. Sesungguhnya dia telah banyak membunuh (musuh-musuh) pada hari ini dan dia telah mati. Maka Nabi saw bersabda: “Menuju ke Neraka.” Sebagian kaum muslimin hampir saja ragu, maka ketika mereka dalam keadaan (seperti) itu, tiba-tiba ada berita tentang laki-laki tersebut, bahwa: Sesungguhnya dia tidak mati akan tetapi dia terluka parah, maka ketika suatu malam dia tidak sabar atas luka itu, dia bunuh diri. Lalu hal itu dikhabarkan kepada Nabi saw, maka dia bersabda, artinya: “Allah Maha Besar. Aku bersaksi bahwa aku adalah hamba dan utusan Allah.” Kemudian beliau menyuruh bilal maka dia berseru kepada manusia: Bahwa “Tidak akan masuk Surga melainkan jiwa-jiwa yang menyerahkan diri, dan sesungguhnya Allah akan benar-benar mengokohkan agama ini dengan laki-laki Fajir.” (HR. Al Bukhari dan Muslim).

Husnul Khotimah

Nabi saw menerangkan tentang beberapa kabar gembira yang menunjukkan pada husnul khatimah, diantaranya:

1. Ucapannya ketika meninggal dunia adalah kalimat tauhid. Al Hakim meriwayatkan dari Muadz bin Jabal ra berkata: Telah bersabda Rasulullah saw, artinya:

Barangsiapa yang ucapan terakhirnya adalah tidak ada illah selain Allah maka dia akan masuk Surga.” (HR. Abu Dawud dan Al Hakim dishahihkan oleh Al Hakim).

2. Dia mati dalam keadaan syahid de-ngan tujuan meninggikan kalimat Allah.
Allah Ta’ala berfirman, artinya:

وَلا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ (١٦٩)


Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup*) disisi Tuhannya dengan mendapat rezki.” (Ali Imran [3]: 169).

*) Yaitu hidup dalam alam yang lain yang bukan alam kita ini, di mana mereka mendapat kenikmatan-kenikmatan di sisi Allah, dan hanya Allah sajalah yang mengetahui bagaimana keadaan hidup itu.

3. Dia mati dalam keadaan berperang di jalan Allah atau bermuhrim ketika haji. Nabi saw bersabda, artinya:

“Barangsiapa yang terbunuh di jalan Allah maka dia itu syahid.”

Beliau saw bersabda tentang seseorang yang berihram lalu terjatuh dari ontanya:
Mandikanlah dia dengan air dan (daun/pohon) bidara, kafanilah dia dengan kedua bajunya dan jangan tutupi kepalanya. Se-sungguhnya ia akan dibangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan bertalbiyah.” (Muslim).

4. Akhir amalnya, taat kepada Allah. Hudzaifah ra meriwayatkan dia berkata: Rasulullah saw bersabda:

“Barangsiapa mengatakan karena mencari wajah Allah kemudian (akhir hayatnya) ditutupkan dengan kalimat itu maka dia masuk Surga.” (HR. Ahmad).

5. Mati karena membela (diri) dari lima perkara yang dijaga oleh agama, yaitu: Agama, jiwa, harta, kehormatan dan akal. Dari Sa’id bin Zaid ra berkata: Rasulullah saw bersabda:

“Barangsiapa yang mati karena membela (mempertahankan) hartanya maka dia syahid. Barangsiapa mati karena membela keluarganya maka dia syahid, barangsiapa mati karena membela agamanya maka dia syahid dan barangsiapa mati karena membela darahnya maka dia syahid.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).

6. Mati dalam keadaan bersabar. Dari Jabir bin Utaik berkata: Rasulullah saw bersabda:

Orang-orang yang mati syahid ada 7 (macam) selain terbunuh dijalan Allah: Orang yang terkena wabah tho’un syahid, orang yang tenggelam syahid, yang mempunyai penyakit radang paru-paru syahid, orang-orang yang mati karena penyakit perut syahid, orang yang terbakar syahid, orang yang mati karena bencana alam syahid dan wanita yang mati karena hamil syahid.” (HR. Ahmad, Nasaa’i, Abu Dawud dan Hakim dia berkata sanadnya shahih dan disepakati oleh Adz-Dzahaby).

7. Meninggal dalam keadaan nifas karena (sebab kematiannya adalah) anaknya. Nabi saw bersabda, artinya:

“Seorang wanita yang terbunuh oleh anaknya (sebab nifas) adalah syahid. Anaknya dengan kegembiraannya mengantarkan wanita tersebut ke Surga.” (HR Ahmad).

8. Mati karena tenggelam, terbakar dan bencana (alam).

Rasulullah saw bersabda: “Orang-orang yang mati syahid adalah 5 (macam): Orang yang mati karena wabah tho’un, karena penyakit perut, karena tenggelam, karena bencana alam dan orang yang syahid di jalan Allah Azza wa Jalla.” (HR. Tirmidzi dan Muslim).

9. Mati pada malam Jum’at atau siangnya.

Nabi saw bersabda:

Tidaklah seorang muslim mati pada hari atau malam Jum’at melainkan Allah akan melindunginya dari fitnah (adzab) kubur.” (HR Ahmad dan Tirmidzi).

10. Berkeringat keningnya ketika mati. Nabi saw bersabda:

Seorang mukmin mati dengan berke-ringat di keningnya.” (HR. Tirmidzi dan Nasaa’i).

Penutup

Di Ujung pertemuan ini baik bagi kita untuk meringkaskan sarana-sarana yang Allah menjadikannya sebagai sebab husnul khotimah, yaitu:

1. Taqwa kepada Allah. Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam.”. (Ali Imran [3]: 102).

2. Terus menerus dzikir kepada Allah

Nabi saw bersabda, “Barangsiapa yang perkataan terakhirnya adalah maka dia masuk Surga.” (HR.Abu Dawud dan Al Hakim, Al Hakim menshahihkannya dan disetujui Adz-Dzahabi).

Sa’id bin Manshur meriwayatkan dari Al-Hasan berkata: Nabi saw ditanya: “Amalan apakah yang paling utama? Beliau bersabda: “Engkau mati pada hari engkau meninggal dunia dalam keadaan lisanmu basah de-ngan dzikir kepada Allah.”


{dicetak ulang dari Buletin An-Nur Th VI No. 254/ Jum’at IV / Jumadats Tsaniah 1421 H yang di-ringkas dari buletin da’wah dengan judul: “Husnul Khotimah wasailuha wa ‘Alamatuha wat Tahdziru Min Suil Khotimah” oleh Dr. Abdullah bin Muhammad Al-Muthlaq. Cet. Daar Al Wathan-Riyadh No. 73. (Ummu ‘Abdillah bintu Hasyim As-Salafiyyah)}.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar