16 April 2011

DINUL ISLAM

Arti dari islam adalah menyerah kepada Allah dengan bertauhid kepada-Nya di atas ajaran-ajaran Rasulullah saw. Islam adalah agama Allah swt satu-satunya. Islam adalah satu-satunya agama yang diturunkan Allah swt, di syari’atkan dan diridhoi-Nya untuk hamba-hambaNya. Tidak ada satu agama pun akan diakui dan diterima Allah swt selain Islam. Barangsiapa yang datang di hari kiamat de-ngan agama selain Islam, maka ia (naudzubillahi…) akan kekal di neraka jahannam.

Firman Allah swt:

إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الإسْلامُ...


Sesungguhnya agama (yang diridhoi) di sisi Allah hanyalah Islam”... (QS. Ali Imron [3]: 19).

Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali Imron [3] : 85) lihat pula QS. Ali Imran [3] : 83.

Islam adalah agama Tauhid dan agama para rasul, sejak Nabi Adam as sampai Nabi kita dan junjungan kita, Muhammad Ibnu Abdillah saw. Sebagaimana firman Allah swt diantaraNya : (QS. Al Baqoroh [2] : 132-133; QS. Al Hajj [22] : 78; QS. Asy Syuro [26]: 13)

Agama Yahudi bukanlah agama Nabi Musa as dan agama Nasrani bukanlah agama Nabi Isa as. Kedua agama tersebut, yaitu agama Yahudi dan Nasrani, bukanlah agama Allah swt, tetapi merupakan agama bathil sebagai bentuk penyelewengan dari Agama Islam, yang dihubungkan kepada kedua nabi tersebut, dari orang-orang yang mengaku sebagai pengikut-pengikut mereka. kedua nabi tersebut dan seluruh nabi telah diutus dengan Islam. Sebagaimana firman Allah swt: “Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani Israel) berkatalah dia: “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?” Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: “Kami lah penolong-penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri.” (QS. Ali Imron [3]: 52)

Lihat pula QS. Al-Maidah [5]: 111; Yunus [10]: 72 dan 84; Al-Baqarah [2] :135 dan 140).

Rasulullah saw bersabda:
Saya adalah manusia yang paling dekat dengan ‘Isa bin Maryam dan para nabi adalah saudara sebapak dari ibu yang berbeda-beda dan agama mereka adalah satu (yaitu Islam).” (HR. Bukhari No. 2365 dan Muslim No. 3443)

Agama islam terdiri dari aqidah dan syari’at. Aqidah islam tetap sama pada setiap zaman, sedangkan syari’atnya, maka terkadang ada beberapa perbedaan dari satu nabi ke nabi lainnya. Yang semua itu adalah kehendak Allah swt yang sesuai dengan hikmah- Nya. Setelah diutus Nabi Muhammad saw, tidak ada syari’at yang diterima Allah swt kecuali syariat yang dibawanya, dan tidak ada yang berhak dinamakan muslim kecuali orang yang mengakui kerasulannya dan mengikuti syari’atnya. Lihat QS. Al Maidah [5]: 48; An Nisaa [4]: 65; Ali Imran [3]: 81-82.

Rasulullah saw bersabda:
Demi Rabb Yang jiwa Muhammad ber-ada di tanganNya, siapapun juga dari umat ini, baik Yahudi maupun Nashrani, yang mendengar tentang aku, kemudian mati dengan tidak mengimani apa-apa yang aku diutus dengannya, maka dia pasti termasuk penghuni neraka.” (HR. Muslim No. 218 dan Ahmad: 7856)

Islam mempunyai lima rukun, seba-gaimana yang dinyatakan oleh Rasulullah saw (ketika beliau ditanya oleh malaikat Jibril) tentang arti islam, yaitu: Syahadat La Ilaha Illallah dan Muhammad Rasulullah, Mendirikan shalat, Menunaikan (membayar) Zakat, Shaum (puasa) dibulan Ramadhan, dan pergi haji bila mampu.

Syari’at islam dibawa oleh Rasulullah, Nabi Muhammad saw, yang mencakup seluruh aspek kehidupan. Baik kehidupan khusus keagamaan ataupun kehidupan umum keduniawian.

Syari’at ini berlaku sampai hari kiamat. Tidak ada syariat atau undang-undang manapun yang dapat menandinginya. Barangsiapa menganggap ada syari’at atau undang- undang lain yang dapat menandinginya atau menganggap bahwa ada bagian dari syari’at islam, baik sebagian kecil ataupun besar, yang sudah tidak cocok lagi bagi suatu zaman tertentu, maka orang itu telah menolak kesempurnaan islam yang bertolak dari kesempurnaan Allah, maka orang itu adalah orang musyrik, walaupun mengaku dirinya muslim dan memiliki nama dengan nama islam.

Hal ini dikarenakan anggapan seperti itu berarti bahwa pembuat syari’at atau undang- undang lain tersebut adalah tandingan yang seimbang bagi Allah swt, dan ini adalah hakekat kesyirikan yang sebenarnya.

Lihat QS. Al Jatsiyah [45] : 18-20; Asy Syura’[42] : 15.

Rasulullah saw bersabda:

“Tidak ada sedikitpun dari hal-hal yang dapat mendekatkan (diri) ke surga dan menjauhkan dari neraka, kecuali semuanya telah dijelaskan kepada kalian.” (HR Thabrani).

Sesungguhnya Rasulullah telah wafat. Dan tidak ada satu ekor burungpun yang mengepakkan sayapnya di udara kecuali telah beliau sebutkan kepada kami tentang ilmunya.” (HR Ahmad 5/153 dan Thabrani).

Islam adalah agama sempurna, kesempurnaan Islam adalah mutlak dari semua segi, baik aqidahnya, hukum-hukumnya maupun segi-segi yang lainnya. Yang demikian itu dikarenakan Islam adalah haq dan datang dari Zat yang Maha Sempurna, Allah Azza Wa Jalla. Kesempurnaan Islam bertolak dari kesempurnaan Allah swt. Islam adalah agama yang abadi, tidak akan punah sepanjang zaman dan tidak akan tertinggal oleh zaman manapun. Sebagaimana firman Allah swt:

“... Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kalian agama kalian dan telah Kucukupkan kepada kalian nikmat-Ku, dan telah Kuridhoi Islam itu jadi agama kalian ...” (QS. Al Maidah [5]: 3).

Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah berserah diri segala apa yang dilangit dan dibumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah-lah mereka dikembalikan” (QS. Ali Imran [3] : 83).

Seorang muslim harus menerapkan Islam dengan sungguh-sungguh dalam seluruh aspek kehidupannya, dan berusaha memasuki islam secara kaffah (keseluruhan) (lihat QS. Al Baqarah [2] : 208). Ia harus berfikir islami, berkeluarga islami, bermasyarakat islami dan seluruh aspek kehidupannya pun harus Islami. Tidak mencampur kehidupannya dengan hal-hal yang tidak islami, dan tidak mengkhianati keislamannya, baik dihadapan para makhluk atau hanya di hadapan al-Khaliq yang jauh dari penglihatan makhluk- makhlukNya.

Islam diturunkan untuk jaya selamanya, untuk selalu berada di tingkat tertinggi di atas semua agama yang ada di bumi ini. Hal itu dikarenakan Islam adalah haq sedangkan agama-agama lainnya batil. Kejayaan Islam tidak akan pudar selamanya. Pemeluknya pun akan tetap jaya selama mereka berpegang kepada Islam yang murni. Betapa suatu kaum tidak akan jaya kalau mereka mengikuti petunjuk Zat yang mengetahui hal-hal gaib dan dhohir (nyata)? Betapa tidak akan jaya ketika suatu kaum tunduk menyerah pada Illah yang agung yang ditangan-Nya-lah kejayaan itu sendiri? Dialah yang memberikan kejayaan kepada orang yang dikehendakiNya dan menanggalkannya dari orang-orang yang dikehendaki-Nya.

Allah swt berfirman:

Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al Qur’an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai.” (QS. At Taubah [9]: 33). Lihat pula QS. Al Fath [48]: 28; QS. Ash Shof [61]: 9; QS. An Nisa’ [4]: 139, Qs. Faathir [35]: 10; QS. Al Munafikun [63]: 8; Qs. Ali Imran [3]: 26.

Ketika para pemeluk Islam meninggalkan sebagian ajaran dari agama suci ini, maka merekapun mulai meninggalkan keja-yaan mereka sendiri seperti halnya yang terjadi pada abad terakhir ini. Tiada jalan lain untuk mengembalikan kejayaan mereka selain kembali berpegang teguh kepada agama mereka yang murni.

Firman allah swt:

Hai orang-orang yang beriman, jika kalian menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolong kalian dan meneguhkan kedudukan kalian” (QS. Muhammad [47]: 7).

.... Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha kuat lagi Maha Perkasa” (QS. Al Hajj [22]: 40).

“.... Dan wajib pada kami untuk selalu menolong orang-orang yang beriman”. (QS. Ar Ruum [30]: 47).

Menyangkut Dinul Islam, sangatlah luas sekali, sehingga tidak dapat dimuat dalam selembar kertas ini dan Sebenarnya masih banyak lagi yang ingin kami (penerbit) sampaikan. Pesan kami yaitu tingkatkanlah ke-taqwaan kita, sampai ajal menjemput….

Referensi:
  1. Ahlussunnah wal Jama’ah, Pustaka al Faruq (Penerbit Tarbiyyah Sunniyyah.)
  2. Dinul Islam, Hasmi 2006.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar