23 April 2011

Turun Naiknya Islam di Spanyol

إِنْ يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِثْلُهُ وَتِلْكَ الأيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاءَ وَاللَّهُ لا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ (١٤٠)


“... dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran) ; dan supaya Alloh membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Alloh tidak menyukai orang-orang yang zalim.”
{Qs. Ali Imron (3) : 140}.

Islam masuk ke Spanyol melalui Selat Giblaltar, dari kata Jabal Thariq (Bukit Thariq). Adalah Panglima Tha-riq bin Ziyad (w.720 M) yang memimpin pasukan Islam dari Afrika Utara, tepatnya bagian utara Kerajaan Maroko sekarang. Ketika pasukan Islam sampai di daratan Spanyol, Thariq bin Ziyad memerintahkan pasukannya untuk membakar kapal-kapal yang baru saja menyampaikan mereka ke daratan Eropa. Di sini Panglima Thariq bin Ziyad membangkitkan semangat pasukannya melalui sebuah pidato yang sangat terkenal dalam sejarah Islam. Pasukan Islam akhirnya berhasil menguasai Semenanjung Iberia yang mereka sebut seba-gai Andalusia, yaitu bagian selatan wilayah Spanyol dan Portugis yang ada sekarang.
Kata al-Andalus dicantumkan pertama kali pada mata uang logam yang diterbitkan oleh pemerintahan Islam di Spanyol pada tahun 715 Masehi dengan menggunakan tulisan Arab dan Latin. Wujud pemerintahan Islam di sini berlangsung selama lebih kurang 800 tahun (711-1492 M). Pertama adalah sebagai salah satu propinsi Dinasti Umayyah, dari tahun 711-750, lalu sebagai Emirat Cordoba, dari tahun 929-1031, dan terakhir sebagai kerajaan-kerajaan kecil sampai ke masa Reconquista (penaklukan kembali) oleh raja Ferdinand III dari Castile. Setelah penaklukan ini, lebih kurang selama 256 tahun ummat Islam masih dibiarkan hidup di Andalusia. Perjalanan Islam di wilayah semenanjung ini terhenti setelah Boabdil, penguasa muslim terakhir menyerahkan Granada kepada Raja Perdinand dan Isabella, yang terkenal sebagai Los Reyes Catolocos (Kerajaan Katolik garis keras) pada 2 Januari 1492. Tanggal ini bertepatan dengan keberangkatan Columbus menuju benua Amerika. Berbagai cerita sedih tentang peristiwa ini dinukilkan dalam sejarah Islam. Mereka diusir, disiksa, dibunuh dan dipaksa untuk menganut agama Katolik. Bahkan ibunda Boabdil di usia senjanya me-ngirim pesan yang menunjukkan kepedihan hati beliau melalui kurir kepada puteranya di pengasingan: “Merataplah seperti seorang perempuan untuk kota yang tidak dapat kamu pertahankan sebagai seorang laki-laki.”

Ummat Islam telah dikalahkan dari Andalusia setelah mereka berjaya selama lebih kurang 800 tahun.


Kemajuan ilmu dan peradaban Islam di Spanyol

Dengan masuknya Islam ke Spanyol, maka khilafah Islam kemudian mempunyai dua pusat. Pertama terdapat di timur dengan ibu kotanya Baghdad dan kedua terdapat di barat dengan Ibu kotanya Cordoba. Abad pertama kekuasaan Islam di Spanyol adalah meneruskan peradaban Islam yang sudah dibangun di Timur, tetapi kemudian berkembang pesat dengan ciri-ciri tersendiri, mulai dari masa pemerintahan Abdurrahman III (912-961) sampai ke masa jatuhnya Spanyol ke tangan raja-raja Katolik di zaman Reconquista.

Pada abad ke 10 M, Cordova berpenduduk lebih kurang setengah juta jiwa. Bandingkan dengan Paris yang hanya berpenduduk 38.000 jiwa. Di kota ini terdapat 700 masjid, 60.000 istana atau rumah mewah dan 70 perpustakaan berisikan lebih kurang setengah juta manuskrip dari berbagai cabang ilmu pengetahuan, dan 900 tempat mandi umum. Cordoba adalah kota pertama di Eropa yang memasang lampu-lampu jalan. Tidak jauh dari pusat kota berdiri Madinat az-Zahrah sebagai tempat kediaman khalifah yang menghabiskan waktu 40 tahun untuk membangunnya. Sebelum hancur pada abad ke-11 M, Madinat az-Zahrah adalah salah satu keajaiban dunia pada masa itu. Pada awal abad lalu, istana ini direnovasi sehingga seni arsitekturnya masih dapat dinikmati dunia sampai hari ini.

Diantara ilmuan Andalusia yang terkenal adalah ‘Abbas bin Firnas yang datang pertama kali ke Cordoba untuk mengajarkan musik dan matematika (catatan: alat musik dilarang oleh Islam). Ia menguasai bebera cabang ilmu. Ia adalah orang pertama yang menyelidiki cara terbang melalui sayap buatan (Cara ini 6 abad kemudian diikuti oleh Leonardo da Vinci). Ia juga pernah membangun planitorium dalam rangka pengembangan astronomi.

Ahli astronomi dan juga ahli matematika Andalusia pertama adalah Maslamah al-Majriti (w.1008). ia menulis beberapa buku dalam bidang astronomi dan matamatika dan memperluas terjemahan kitab Almagest oleh Pto-lemy serta mengulas tabel yang dibuat oleh al-Khawarizmi. Selanjutnya ar-Zaqali, terkenal di barat sebagai Arzachel, adalah ahli Astronomi dan matematika Andalusia pada abad ke-11 M. Ia adalah seorang ilmuwan yang menggabungkan antara teori dan praktek. Ialah yang telah membangun jam air yang dapat mengukur waktu dalam sehari dan menentukan hari dalam sebulan berdasarkan perhitungan bulan.

Ia juga berhasil membuat kalender berdasarkan perhitungan kalender orang Koptik, Romawi dan Persia. Nama-nama bintang dan benda-benda angkasa yang digunakan dalam bahasa Eropa sekarang menunjukkan pengaruh yang besar dari ilmuan-ilmuwan Muslim Arab. Misalnya adalah Altair (dari kata Arab at-Thair, terbang), Deneb (dari kata dzanab, ekor), Betelgeuse (dari Bai al-Jawza, rumah ganda atau Gemini) dan lain-lain. Istilah-istilah Arab lain yang juga masih digunakan misalnya adalah Zenith, Nadir dan Azimuth.

Dalam bidang ilmu kedokteran tidak mungkin dilupakan ilmuwan Andalusia seperti Ibnu an-Nafis dan Ibnu Sina yang terkenal dibarat sebagai Avicena. Penelitian mereka bertolak dari ajaran nabi yang mengatakan bahwa ada obat untuk setiap penyakit. Ahli kedokteran muslim yang lain adalah Abu al-Qosim az-Zahrawi yang terkenal dengan nama Abulcasis atau al-Bucasis. Nama lainnya adalah Ibnu Zuhr atau Avenzoar. Dalam bidang etika kedokteran terkenal nama Ibnu Hazm. Menurutnya, seorang dokter harus ramah, pengertian, bersahabat dan tahan kritik.

Dalam bidang geografi terkenal nama Ibnu Jubair yang hampir sezaman dengan petua-lang Ibnu Batutah, dan al-Idrisi. Ibnu al-Kha-tib juga merupakan seorang ahli geografi dan petualang Andalusia.

Dalam bidang filsafat tersebut nama-nama seperti Ibnu Hazm dan Ibnu Bajah di Andalusia. Begitu suburnya ilmu pengetahuan di Andalusia Islam, tidak mengherankan bila Andalusia menjadi sumber ilham kebangkitan Eropa setelah abad pertengahan. Lebih kurang 800 tahun ummat Islam berkuasa di Spanyol, selama itu pula ummat Islam telah bersaham dalam menumbuhkan peradaban modern. Bahkan menjelang 200 tahun ter-akhir sebelum Islam terusir dari Spanyol, di saat ummat Islam sudah mulai dikepung oleh kerajaan-kerajaan Kristen, peradaban Islam masih bisa bertahan di sebagian wilayah Spanyol. Istana al-Hamra yang megah yang dibangun oleh Muhammad Ibnu al-Ahmar pada tahun 1238 menjadi bukti sejarah atas prestasi ummat Islam di bumi Spanyol.


Puing-Puing Peradaban Islam

Selama beratus-ratus tahun sejak Reconquista, tidak terdengar lagi suara ummat Islam di bagian dunia ini. berbagai monument bersejarah yang mereka tinggalkan seperti benteng, menara pengamat, istana, pelabuhan, taman, masjid, ruang pelajar, menara mesjid, tempat wudhu, pintu gerbang dan lain-lain adalah saksi bisu sejarah tentang kemajuan spanyol di bawah bendera Islam dimasa lampau. Bangunan-bangunan terkenal ini sebagian besarnya masih berdiri dengan kokoh sampai hari ini. masih terlihat dengan jelas ciri-ciri arsitektur Islamnya yang bergaya Arab dan Afrika Utara.

Di mana-mana terlihat relief-relief yang khas, bentuk pintu dan jendela, dinding, kaligrafi Arab dan lain-lain yang bernuansa Islam. Banyak diantara bangunan tersebut yang telah berubah fungsi. Banyak masjid raya yang sudah berubah menjadi katedral, seperti Masjid Raya Cordova yang sekarang adalah sebuah katedral bagi ummat Katolik.

Kadang-kadang mesjid berubah menjadi katedral, tetapi menara, tempat wudhu dan pintu gerbangnya masih dibiarkan dalam bentuk asli. Ini terjadi misalnya pada mesjid raya Sevilla. Kalau bukanlah karena lambang-lambang salib dan patung-patung rahib yang dipasang di luar atau dalam ruangan, setiap orang yang melihatnya hari ini pasti akan me-ngatakan bahwa itu adalah masjid besar. Bahkan dalam salah satu ruangan al-Hamra yang terkenal masih terbaca dengan jelas tulisan “La Nashra Illa Billah” (tidak ada kemena-ngan kecuali bersama Alloh). Saya rasa tidak ada muslim yang membaca sejarah Islam di Spanyol yang tidak tersentuh hatinya melihat peninggalan peradaban Islam di negeri Katolik ini. para pengunjung muslim yang datang ke spanyol hari ini tidak akan melihat masjid-masjid besar seperti yang terlihat di kota-kota Eropa yang lain di London, Paris atau Roma.

Keberadaan orang Islam kembali di Spanyol baru dirasakan dalam beberapa dekade terakhir ini, tetapi dalam jumlah yang sangat kecil. Menurut Nuria del Olmo Vicen, seorang peneliti Spanyol, pada tahun 1992 pernah diedarkan angket kepada 30 assosiasi muslim Spanyol yang terdaftar di Departemen Kehakiman.

Dari Angket ini ternyata separuh dari jumlah ini berasal dari assosiasi muslim asli Spanyol yang menjadi muslim karena faktor-faktor tertentu, misalnya karena suasana keterbukaan akhir-akhir ini atau merindukan Islam yang pernah jaya di masa lalu, tetapi jumlah mereka hanya sekitar 1000 orang. Selebihnya adalah para emigrant dari Negara-negara Arab dan Afrika Utara yang datang mengadu nasib kenegeri itu persis seperti TKI dan TKW kita di Malaysia, Hongkong atau Negara-negara Arab Teluk. Jumlah mereka diperkirakan antara 111.000 sampai 175.000 jiwa. Kita akan menemukan mereka sebagai pelayan toko, pekerja di perkebunan zaitun, anggur, jeruk, dan buah-buahan lainnya. Selain itu juga terdapat para pelajar/ mahasiswa dan para diplomat/ pegawai di kedutaan-kedutaan Negara-negara Muslim yang mempunyai hubungan diplomatik dengan Spanyol. Jumlah kelompok ini turun naik sesuai masa jabatan mereka. Tentu juga terdapat para pelancong dari Negara-negara muslim kaya minyak dari waktu ke waktu untuk melihat keindahan Spanyol.


Referensi :

Buletin “Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia”, Oleh: Dr. Rifyal Ka’bah, MA., Buletin Edisi No.07 Th.XXXV, 8 Shafar 1429”

2 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  2. @ 日月神教-任我行 -san, Komentar anda telah kami hapus karena tidak berhubungaan dengan tema dan mengadung kema'siatan. masuk islamlah dan segera bertaubat.

    BalasHapus