25 Desember 2011

Pengangkatan Umar bin Khoththob ra Sebagai Khalifah

Ketika Abu Bakar ash-Shiddiq ra merasakan telah dekat ajalnya, maka beliau berfikir mencari penggantinya untuk memimpin kaum Muslimin. Sehingga beliau memutuskan untuk mengangkat Umar, lalu beliau memanggil Utsman bin Affan, lalu berkata: “Tulislah!” maka Utsman menulisnya:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Ini adalah pernyataan Abu Bakar bin Abu Quhafah, Khalifah Muhammad saw di saat akhir hidupnya di dunia, dan mulai memasuki gerbang akhirat, di mana orang kafir beriman, orang yang zalim yakin, dan pendusta akan jujur, aku mengangkat setelahku untuk memimpin kalian Umar bin al-Khoththob. Dengarkan dan taatilah ia. Sesungguhnya aku menginginkan kebaikan untuk Alloh, Rosul-Nya, agamaNya, jiwaku/ diriku dan kalian. Jika ia berbuat adil, maka itulah dugaan dan ijtihadku tentangnya. Dan jika ia berubah, maka setiap orang akan mendapatkan (balasan) apa yang diusahakannya. Hanya kebaikan yang aku kehendaki dan aku tidak mengetahui perkara ghoib, Dan orang-orang yang berbuat zolim akan mengetahui tempat kembali mereka. Wassalamu ‘alaikum wa rohmatullohi wa barokatuhu”

Lalu Abu Bakar memanggil Umar untuk bicara empat mata dan memberi wasiat kebaikan kepada kaum muslimin, Umar tidak keluar dari sisi beliau sampai Abu Bakar mengangkat tangannya dan berdiri:

“Ya Alloh, aku tidak menghendaki semua itu kecuali kemashlahatan bagi mereka dan aku khawatir fitnah akan menimpa mereka. Aku mengetahui tentang mereka dengan apa yang Engkau lebih mengetahui tentangnya. Aku berijtihad pendapat untuk mereka, maka aku angkat untuk mereka orang yang terbaik dan terkuat di antara mereka serta paling antusias untuk mengarahkan mereka.”

Kemudian beliau memerintahkan berbai’at, dan dibacakan kepada kaum Muslimin. Mereka berkata: ‘Kami dengar dan kami taati’.

Jasa-jasanya, diantaranya adalah
1. Perhatian Terhadap Umat
Seperti juga halnya dengan Khalifah Abu Bakar, iapun tinggal di rumah biasa dan hidup sebagai rakyat biasa di kota Madinah al-Munawwaroh. Sekalipun demikian beliau sangat disegani segala pihak dan ditakuti dengan penuh kehormatan.

Sebagai khalifah, hidup sahabat Nabi saw yang dikenal dengan Abu Hafsh ra ini benar-benar didedikasikan untuk mencapai ridho Ilahi. Ia berjuang bagi kepentingan umat, benar-benar memperhatikan kesejahteraan umat. Pada malam hari, ia sering melakukan investigasi untuk mengetahui keadaan rakyat jelata yang sebenarnya.

Suatu malam, beliau mendengar suara samar-samar dari gubuk kecil, Umar ra mendekat dan memperhatikan dengan seksama suara itu, ia melihat seorang ibu yang dikelilingi anak-anaknya yang sedang menangis. Ibunya kelihatan memasak sesuatu. Tiap kali anak-anaknya menangis, sang ibu berkata: “Tunggulah, sebentar lagi makanannya akan matang.” Sebuah rayuan darinya.

Umar penasaran. Setelah memberi salam dan minta izin, ia masuk dan bertanya: “Mengapa anak-anak ibu tak berhenti menangis?”

“Mereka kelaparan!” jawab sang ibu.

“Mengapa tak ibu berikan makanan yang sedang ibu masak sedari tadi?” Tanya Umar.

“Tak ada makanan. Periuk yang dari tadi saya masak hanya berisi batu untuk mendiamkan anak-anak. Biarlah mereka berfikir bahwa periuk itu berisi makanan. Mereka akan berhenti menangis karena kelelahan dan tertidur.”

“Mengapa ibu tidak meminta pertolongan kepada khalifah? Mungkin ia dapat menolong ibu dan anak-anak dengan memberikan uang dari baitul mal? Itu akan membantu kehidupan ibu dan anak-anak”. Ujar Umar menasehati.

“Khalifah telah mendzalimi saya….” Jawab sang ibu.

Bagaimana khalifah bisa berbuat zalim kepada ibu?” Umar keheranan

“Saya sangat menyesalkan pemerintahannya. Seharusnya ia melihat kondisi rakyatnya dalam kehidupan nyata. Siapa tahu, ada banyak orang yang bernasib sama dengan saya.”, jawab sang ibu yang menyentuh hati Umar 

Umar ra berdiri dan berkata: “Tunggu sebentar bu, saya akan kembali.”

Walaupun malam semakin larut, Umar ra bergegas menuju baitul mal. Ia segera mengangkat sekarung gandum di pundaknya. Satu sahabatnya, membantu membawa minyak samin untuk memasak.

Karena merasa kasihan kepada khalifah, sahabatnya berniat membantu Umar ra memikul karung itu. Tapi dengan tegas Umar ra menolak tawarannya: “Apakah kamu mau memikul dosa-dosa saya di akhirat kelak?”

2.  Baitul Mal
Orang yang pertama kali membuat sistem Baitul Mal adalah Umar bin al-Khoththob ra, pemasukannya dari zakat kaum muslimin dan pembayaran jizyah Ahli dzimmah (orang kafir yang minta perlindungan Islam), seperlima dari hasil rampasan perang, dan warisan orang Muslim yang meninggal tidak mempunyai ahli waris. Baitul mal yang terlepas dari kezaliman, bersih dari perbuatn-perbuatan para raja yang yang mengambil harta rakyatnya dengan kezaliman. Adapun penyaluran uang baitul mal; zakat diberikan kepada yang berhak mendapatkan zakat. Jizyah disalurkan di jalan Alloh swt, yaitu untuk biaya penambahan pasulan perang. Seperlima hasil rampasan perang untuk Alloh swt dan RosulNya, kerabatnya, anak-ank yatim, dan orang-orang miskin dan Ibnu sabil.

3. System Administrasi Rapi

4. Ekspansi (Pembebasan negara Thoghut menjadi Wilayah Tauhid/ Pengembangan Wilayah Islam)
Pada masa Pemerintahan Umar bin Khoththob, beliau meneruskan jihad dan penyebaran dakwah Islam ke seantero belahan bumi. beliau merasa berkewajiban untuk meneruskan perjuangan yang telah dimulai oleh Abu Bakar Shiddiq

Wafatnya Umar bin Khoththob.
Keberhasilan Umar bin Khoththob dalam memerdekakan negara-negara dunia yang cukup luas, membuat para musuh Islam dipenuhi perasaan iri dan dendam terlebih kelompok Yahudi Parsi.

Untuk itulah muncul berbagai upaya untuk melakukan pembunuhan terhadap Umar ra. Hingga terlaksananya pembunuhan yang dilakukan oleh seorang Parsi yang bernama Abu Lu’luah. Dia adalah pembantu Mughiroh bin Syu’bah yang menikam Umar dengan khanjar (belati yang ada pegangan ditengahnya) yang memiliki dua mata kail (badik) hingga melukai Umar dengan 6 tikaman di bawah pusarnya. (pembunuhan ini merupakan konspirasi licik yang dilakukan oleh Persi (Majusi), Nashrani dan Yahudi). Akhirnya Umar wafat tahun 23 H. Setelah diangkat menjadi kholifah 10 tahun 6 bulan, beliau wafat dalam usia 63 tahun.

Dia membunuh Umar karena rasa ketidakpuasannya atas keadilan yang diberikan oleh Umar terhadapnya menyangkut permasalahan khorooj (upeti). Abu Lu’luah pernah mengadu kepada Umar tentang berat dan banyaknya khorooj yang harus dikeluarkannya. Tetapi Umar menjawab: “Khorooj-mu tidak terlalu banyak,” kemudian dia menggerutu: “Keadilan Umar menyangkut semua orang kecuali aku.”

Ketika diberitakan kepada Umar bahwa yang membunuhnya adalah Abu Lu’luah, khalifah Umar berkata: “Segala puji bagi Alloh yang tidak menjadikan kematianku di tangan orang yang mengaku muslim.” Kemudian Umar berwasiat kepada putranya: “Wahai Abdillah periksalah utang-utangku!”
Menjelang wafatnya, beliau membentuk Dewan Pemilihan Kholifah yang terdiri dari 6 orang, yaitu:

1. Ali bin Abi Tholib
2. Utsman bin Affan
3. Sa’ad bin abi Waqqosh
4. Abdur Rahman bin Auf
5. Zubair bin Awwam
6. Tholhah bin Ubaidillah.

Setelah itu Umar menyuruh anaknya untuk menghadap ‘Aisyah guna meminta izin untuk dikuburkan berdampingan dengan kedua shahabatnya (maksudnya Nabi saw dan Abu Bakar)
Maka selesailah tugas kholifah Umar dalam mengendalikan roda kepemimpinan kaum muslimin. Selamat jalan wahai pahlawan, surga yang Alloh swt janjikan telah siap menanti jasadmu yang mulia! Semoga Alloh mencurahkan kasih dan RahmatNya kepadamu.

Sumber:
  1. Siroh Khulafa Rasyidin, LBKI.
  2. 101 Sahabat Rosululloh, Pustaka al-Kautsar
  3. Tarikh islam bagian I (Khulafaur Rasyidin), Lajnah Ilmiah LPD al-Huda

24 Desember 2011

larangan mengucapkan selamat natal

"Seorang muslim dilarang keras untuk mengucapkan Selamat Natal atau yang sejenisnya terhadap orang-orang kafir serta ikut memeriahkan hari raya mereka baik dengan meniup terompet atau menjualnya atau yang semisalnya karena semua itu merupakan bentuk kerelaan dan tolong menolong dalam kemungkaran".

awasilah anak-anak qita, adik-adik qita jangan sampai terjebak dalam perangkap kebinasaan ini!!!

bahkan diri kita sendiri... ingat ya, jangan ikut ikutan....

ikuti selengkapnya:

- http://remajaislam-ikhlas.blogspot.com/2011/04/tahun-baru-masehi-bagian-dari-perayaan.html
- http://remajaislam-ikhlas.blogspot.com/2011/04/diselengnatal-buatan-siapa-bibel-pun.html
- http://remajaislam-ikhlas.blogspot.com/2011/04/fatwa-mui-mengenai-perayaan-natal.html

15 Desember 2011

Kepribadian Umar bin Khoththob ra

Nama Asli beliau adalah Abu Hafsh al Faruq, Umar bin Khoththob bin Nufail bin Abdil Uza. Nasabnya sampai kepada Adi bin Ka’ab bin Lu’ai, beliau lahir di Mekah 40 tahun sebelum Hijrahnya Rosululloh saw. Tumbuh ditengah keluarga terpandang dan mulia, tertarbiyah dengan penuh kejujuran dan amanah serta keberanian yang tinggi dalam mengatakan kebenaran.

Pada masa Jahiliyah beliau selalu dijadikan duta perdamaian jika terjadi sengketa atau peperangan antar kabilah, beliau diutus untuk mewakili mereka di meja perundingan sekaligus menjadi mediator dalam perdamaian, beliau adalah satu dari sepuluh orang shahabat yang dijanjikan oleh Rosululloh saw masuk sorga, khalifah yang kedua dari Khulafaur Rosyidin, serta beliau merupakan salah seorang yang sangat dekat dengan Rosululloh saw, juga termasuk ulamanya para shahabat, serta sosok pribadi yang sangat zuhud

Kepribadian Umar bin Khoththob ra
Kepribadian Umar ra sungguh sangat menakjubkan. Menggali aspek kepribadiannya bagaikan bahtera berlayar di samudra yang luas tak berpantai. Butir- butiran dan mutiara-mutiara kebaikannya tak pernah sirna sepanjang masa dan zaman. Berikut paparan sebagian kepribadian ‘Umar ra, sosok pemimpin hebat nan tangguh, diantaranya:

a. Kesederhanaannya.
Tatkala ghonimah (harta rampasan perang) dari tentara kisra (raja Persia) dikirim kepada ‘Umar untuk dibagikan kepadanya dan kaum Muslimin. Tiba-tiba beliau membandingkan dengan pandangan mata dan bashiroh (pandangan hati)nya antara kehidupannya dengan kehidupan kedua sahabatnya, yaitu Rosululloh saw dan Abu Bakar ra. Maka ia mendapati bahwa Alloh swt telah menyelamatkan keduanya dari melihat harta yang menggoda tersebut. Maka ia pun takut jika diuji dengan harta tersebut sebagai istidraj (kenikmatan yang menyeret seseorang kepada kebinasaan). Ia pun menangis seraya berkata, “Ya Alloh, sesungguhnya Engkau telah mencegah harta ini dari Rosul-Mu, padahal beliau lebih Engkau cintai dan lebih mulia di sisi-Mu dari pada aku. Dan Engkau telah mencegahnya dari Abu Bakar, padahal ia lebih Engkau cintai dan lebih mulia daripada aku. Kemudian Engkau memberikannya kepadaku, maka aku berlindung kepada-Mu dari Engkau berikan harta ini kepadaku untuk mencelakakanku.”. kemudian beliaupun menangis hingga orang-orang yang ada di sekitarnya merasa kasihan kepadanya. Lalu ia berkata kepada ‘Abdul Rahman bin ‘Auf ra, “Aku bersumpah kepadamu agar engkau menjualnya lalu membagikannya kepada manusia sebelum datangnya sore hari.”

Ahnaf bin Qais ra berkata, “Ketika kami sedang duduk-duduk di pintu rumah Umar ra tiba-tiba lewatlah seorang budak wanita. Orang-orang berkata, ‘Ini budak wanita milik Amirul Mukminin.”, mendengar itu Umar membantah, ‘Bukan, ia bukan milik Amirul Mukminin, tapi termasuk dari harta Alloh (baitul mal).’ Lalu kami bertanya, ‘Lalu apa yang boleh baginya dari harta Alloh?’, beliau menjawab, ‘Sesungguhnya tidak halal bagi Umar dari harta Alloh kecuali dua pakaian, satu pakaian untuk musim panas serta apa yang saya pakai untuk haji dan umrah. Makananku dan keluargaku tidak berbeda dengan apa yang dimakan oleh salah seorang dari Quraisy.”

Ketika pada masanya terjadi musim paceklik, maka selama setahun beliau tidak pernah makan daging atau minyak samin.

Qatadah rohimahulloh berkata, “Umar mengenakan jubah dari wol yang bertambal padahal beliau adalah khalifah. Ia berkeliling di pasar-pasar dengan membawa tongkat kecil di pundaknya untuk mendidik orang-orang”

Anas ra berkata, “Aku melihat empat tambalan di baju ‘Umar di antara dua pundaknya.”

Suatu hari beliau menjenguk ‘Ashim ra, putranya. Beliau dapati anaknya sedang makan daging. ‘Umar berkata, “Apa ini?”. ‘Ashim menjawab, “Kami sedang berselera untuk makan daging”, ‘Umar ra berkata, “Apakah setiap kali engkau berselera terhadap sesuatu engkau akan memakannya? Cukuplah sebagai pemborosan jika seseorang memakan semua yang diinginkannya!”

b. Kedermawanannya

Tangan kedermawanan Umar ra laksana angin yang berhembus. Ia berlomba-lomba dengan Abu Bakar ra untuk menginfakkan hartanya di jalan Alloh swt. Ia ingin sekali mengalahkan Abu Bakar ra dalam berinfaq.

Abu Dawud dan at-Tirmidzi meriwayatkan dari Umar bin al Khoththob, ia berkata, “Rosululloh menyuruh kami untuk mengeluarkan sedekah. Kebetulan saat itu saya sedang memiliki harta. Lalu saya katakan, “hari ini saya akan mengalahkan Abu Bakar, dimana saya tidak pernah mengalahkan Abu Bakar sebelum ini. Saya datang kepada Rosululloh untuk menginfakkan separuh dari harta milik saya. Rosululloh bertanya kepada saya: “Lalu apa yang kau sisakan untuk keluargamu.”. Saya katakan kepada Rosululloh bahwa saya meninggalkan seperti apa yang saya infakkan. Kemudian Abu Bakar datang kepada Rosululloh dengan menginfakkan semua hartanya. Rosululloh menanyakan padanya, “Lalu apa yang kau sisakan untuk keluargamu?”

“Saya menyisakan untuk mereka Alloh dan Rosululloh”
Saya berkata setelah itu bahwa saya tidak mungkin dapat mengalahkannya dalam segala hal untuk selamanya.

c. Rasa Takutnya kepada Alloh swt

Anas bin Malik ra berkata, “Aku pernah masuk satu kebun, lalu aku mendengar Umar berkata –antara aku dan ia terhalang sebuah tembok-, ‘Umar bin al-khoththob, Amirul Mukminin, ah!! ah!! Sungguh engkau harus takut kepada Alloh wahai anak al-Khoththob, atau kalau tidak maka Alloh akan menyiksamu!”

Al-Hasan ra berkata, “Kadang-kadang ketika Umar membaca satu ayat dari bacaan rutinnya, maka ia terjatuh sakit hingga dijenguk berhari-hari”.

Muhammad bin Sirin rohimahulloh berkata, “Suatu hari mertua Umar datang menemuinya, lalu ia minta supaya Umar memberinya sejumlah uang dari baitul mal. Umar membentaknya seraya berkata, “Engkau ingin agar aku menghadap Alloh sebagai raja yang berkhianat?”, kemudian Umar memberinya dari hartanya sendiri sebanyak 10.000 dirham.

Demikianlah sikap waro’ Umar ra, hingga an-Nakha’i rohimahulloh berkata, “Sesungguhnya Umar biasa berdagang padahal beliau adalah seorang khalifah.”

‘Abdullah bin Umar ra berkata, “Aku tidak pernah melihat Umar marah lalu disebut nama Alloh di sisinya atau seseorang membaca ayat al-Qur’an, melainkan marahnya akan berhenti dan segera mengurungkan niatnya.”

d. Sosok Problem Solver.
Umar bin al-Khoththob ra sosok sahabat yang teguh hatinya dan mempunyai pertimbangan yang matang dalam menentukan kebijakan. Dalam menghadapi problematika yang melanda kaum muslimin, ia senantiasa mencari solusi dan jalan keluar untuk kemaslahatan umat.

Salah satu contoh bahwa Umar sosok problem solver adalah saat minuman keras (khomr) masih dihalalkan pada kaum muslimin, Umar ra berpendapat bahwa khomr akan menghilangkan akal dan menghabiskan harta kemudian ia berdoa, “Ya Alloh, berilah penjelasan kepada kami tentang perihal minuman keras (khomr), karena sesungguhnya ia dapat menghilangkan akal dan harta.”. kemudian turunlah wahyu kepada nabi Muhammad saw:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian sholat, sedang kalian dalam keadaan mabuk, sehingga kalian mengerti apa yang kalian ucapkan.” (QS.???)

Akan tetapi kebiasaan minum khomr di kalangan umat belum juga berhenti. Maka Umar ra kembali memohon kepada Alloh swt, “Ya Alloh, jelaskan pada kami perihal khomr dengan keterangan yang pasti, karena sesungguhnya ia dapat menghilangkan akal dan harta.”. Kemudian turunlah ayat:


“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sholat; Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).” (QS. Al-Maidah: 90-91)

e. Peduli terhadap Anak-anak dan Janda
Kepedulian Umar ra terhadap anak-anak merupakan bukti nyata, bahwa ia adalah orang yang sangat memperhatikan generasi mendatang. Hal ini juga menjadi bukti bahwa ia lebih maju daripada peradaban modern.

‘Umar ra memandang bahwa subsidi bagi anak-anak merupakan hak yang wajib diberikan. Ia berpendapat bahwa masalah utama dalam memberikan hak-hak mereka semenjak mereka disapih. Umar ra menetapkan subsidi untuk anak yang sedang menyusu 100 dirham. Manakala beranjak besar menjadi 200 dirham. Kemudian Umar ra mengubah subsidi bagi anak-anak dan menetapkannya semenjak lahir.

Hal ini ia lakukan setelah memergoki seorang wanita yang tergesa-gesa menyapih anaknya. Ketika ditanya wanita itu menjawab, “Umar tidak memberikan subsidi kecuali hanya bagi anak-anak yang sudah disapih.”. jawaban wanita tersebut benar-benar menyadarkannya, hingga saat usai sholat Umar ra berkata, “berdosalah Umar! Betapa banyak anak-anak kaum muslimin yang ia bunuh.”. Lalu Umar ra meminta kepada seorang sahabat untuk mengumpulkan kaum muslimin seraya berkata, “Janganlah terburu-buru untuk menyapih anak-anak kalian. Sebab kami telah menetapkan subsidi untuk anak yang baru lahir.”

Kepedulian Umar bin Khoththob ra juga terhadap para janda.
Oleh karena itu, ia menetapkan subsidi bagi para janda dan ia sangat peduli agar setiap orang memperoleh haknya. Perhatian beliau kepada para janda sebagai realisasi dari sabda Rosululloh saw:

“Penyantun para janda dan orang-orang miskin bagaikan mujahid yang berperang dijalan Alloh”. Aku (perawi) menyangka beliau bersabda, “Bagaikan orang yang menegakkan sholat malam terus-menerus dan berpuasa tak terputus-putus.” (HR. al-Bukhori dan Muslim)

Bersambung……

Sumber:
1. Siroh Khulafa Rasyidin, LBKI.
2. 101 Sahabat Rosululloh, Pustaka al-Kautsar
3. Tarikh islam bagian I (Khulafaur Rasyidin), Lajnah Ilmiah LPD al-Huda

Keutamaan Umar bin Khoththob ra

Membicarakan keutamaan ‘Umar merupakan dorongan dan motivasi besar bagi kita agar dapat meniru dan meneladaninya dalam segala aspek dunia dan akhiratnya. Alloh swt menganugerahkan kepada ‘Umar banyak keutamaan dan kelebihan yang tak dimiliki oleh manusia selainnya. Berikut ini beberapa contoh tentang keutamaan ‘Umar bin Khaththab ra:

1. Telah disebutkan dalam beberapa hadits shahih bahwa ‘Umar ra termasuk penghuni surga.

Sungguh hal ini merupakan keagungan dan ketinggian kedudukan Umar ra. Di waktu ia masih hidup, diberitakan kabar gembira bahwa ia kelak memasuki surga. Yang sangat menakjubkan berita itu bersumber dari lisan Rosululloh saw yang perkataannya tak pernah didustakan sedikitpun.

Dari Sa’id bin Zaid ra, bahwa ia bertutur; “Aku bersaksi atas nama Rosululloh saw, aku mendengar bahwa beliau bersabda: “(Sepuluh shahabat yang masuk surga adalah): (1) Abu Bakar (ash-Shiddiq); (2) Umar bin al-Khoththob; (3) ‘Utsman (bin ‘Affan); (4) Ali (bin abi Tholib); (5) Tholhah (bin ‘Ubaidillah); (6) al-Zubair (bin al-Awwam); (7) Abdur Rahman bin ‘Auf; (8) Sa’ad (bin Abi Waqqosh); (9) Sa’id (bin Zaid); dan (10) Abu ‘Ubaidah bin al-Jarroh.” (HR. at Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad)

Dari Abu Huroiroh ra, bahwa ia bertutur:
Rosululloh saw pernah berada di atas bukit (gua) Hiro bersama Abu Bakar, ‘Umar, ‘Utsman, ‘Ali, Tholhah dan az-Zubeir. Tiba-tiba bukit bergetar, maka beliau saw bersabda:

“Diamlah, sesungguhnya di atasmu tidak lain adalah seorang nabi, seorang shiddiq, dan seorang syahid.” (HR. at Tirmidzi dan Ahmad)

2. Beliau adalah Shahabat yang tiga pendapatnya disetujui oleh Alloh swt, Umar ra berkata:

“Robb-ku menyetujui aku dalam 3 hal: “Tentang maqom Ibrohim, tentang hijab, dan tentang tawanan Badar.” (HR. Bukhori: 4483 dan Muslim: 2399)

Umar ra berkata:
“Aku bertanya: Ya Rosululloh, seandainya engkau menjadikan maqom Ibrahim sebagai tempat sholat, maka turunlah ayat (al Baqoroh: 125). Dan aku berkata: Ya Rosululloh, sesungguhnya rumah-rumah isterimu dimasuki oleh orang-orang yang baik dan orang-orang yang jahat, alangkah baiknya kalau seandainya engkau perintahkan mereka untuk berhijab, maka turunlah ayat hijab (al-Ahzab: 53).” (HR. Bukhori: 4483)

3. Seorang yang disegani, ditakuti, hingga syetanpun akan lari jika berpapasan dengan beliau.

Setan adalah factor terbesar yang menjerumuskan manusia kepada tindakan kemaksiatan. Ia musuh terburuk bagi manusia agar menjadikannya sebagai musuh. Begitulah peran berbahaya setan.

Namun keperkasaan dan kekuatan setan untuk merayu manusia agar menjadi penghuni neraka jahannam bersamanya bertekuk lutut dan tak berdaya di hadapan ‘Umar bin Khoththob ra.

Rosululloh saw bersabda:
“Sungguh hai Ibnul Khoththob, Demi jiwaku yang berada di tanganNya, kamu tidak akan menjumpai setan berjalan pada suatu jalan melainkan ia berjalan di jalan selain jalanmu”. (HR. al-Bukhori dan Muslim)

Rosululloh saw juga bersabda kepada Umar bin Khoththob ra:
“Sesungguhnya saya melihat setan-setan jenis manusia dan jin berlarian dari Umar.” (HR. at-Tirmidzi)

4. Kemuliaan ‘Umar ra tak hanya sebatas pada keberaniannya, tetapi juga pada kebenaran dirinya.

Di bawah naungan tarbiyah nubuwah, ‘Umar ra menjadi sosok pribadi yang hatinya dipenuhi dengan cahaya kebenaran dan keislaman. Hal ini membuahkan kejernihan dan keputihan hatinya. Oleh karena itu, meluncurlah dari lisan ‘Umar ra kebenaran.
kadangkala Umar mengemukakan sebuah pendapat dan akhirnya turun al-Qur’an sesuai dengan pendapatnya, hal ini menunjukkan kecerdasan dan kematangan berpikirnya,...diantaranya adalah ketika Alloh menjelaskan lewat wahyu yang turun tentang kemudhorotan yang diakibatkan oleh khomr, Umarpun berujar: “Semoga Alloh menurunkan ayat yang mengharamkan khomr secara mutlak”, lalu berucap: ‘Ya Alloh terangkanlah kepada kami tentang khomr dengan sejelas-jelasnya, lalu turunlah firman Alloh swt:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالأنْصَابُ وَالأزْلامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (٩٠)
“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS. al-Maidah: 90)

demikian juga sebelum turunnya ayat isti’dzaan (minta izin), disebutkan bahwa pada suatu siang, Rosululloh saw mengutus seorang anak laki-laki dari Anshor untuk memanggil Umar bin Khoththob, anak tersebut mendapati Umar sedang tidur, dan dia langsung masuk tanpa terlebih dahulu minta izin lalu memanggil Umar, Umar langsung terbangun dan auratnya terbuka, lalu berujar: “Saya sangat berharap semoga Alloh melarang anak-anak, wanita-wanita (budak), pembantu-pembantu kita untuk masuk kerumah kita (ruang pribadi) pada saat-saat seperti itu kecuali dengan minta izin terlebih dahulu,...lalu Umarpun menghadap Rosululloh saw, dan mendapati bahwa ayat tentang isti’dzan (minta izin) tersebut telah turun, yaitu qur’an surat an-Nur ayat 58.
Umarpun langsung sujud, bersyukur kepada Alloh swt atas nikmat besar yang diberikan Alloh kepadanya, sebab sesuatu yang dia harapkan langsung terlaksana dan dikabulkan oleh Alloh swt, maka tidak heran bila Rosululloh saw memuji Umar dengan ungkapan:

“Sesungguhnya Alloh menjadikan kebenaran melalui lisan dan hati Umar, dan dia adalah “al-Faruq” yang membedakan antara yang haq dan yang bathil”(al-Khalafaur-Rasyidun Wad Daulah al-Umawiyah: 39)

ketika Umar ra mengusulkan agar tawanan perang Badar dipenggal, lalu ayat al-Qur’an turun memberikan persetujuan. Ia berpendapat agar isteri-isteri Nabi Muhammad saw berhijab, lalu al-Qur’an turun memberikan persetujuan. Ia berpendapat untuk menjadikan tempat Nabi Ibrohim as saat berdiri mendirikan Ka’bah sebagai tempat sholat, lalu al-Qur’an turun memberikan persetujuan. ‘Umar berkata kepada isteri-isteri Nabi saw pada waktu berkumpul dengan mereka sebab rasa cemburu diantara mereka kepada beliau saw, “Apakah kalian akan menghentikan tindakan kalian atau Robbnya akan memberi ganti kepadanya dengan isteri-isteri yang lebih baik daripada kalian?”

Kemudian al-Qur’an turun bersesuaian dengan pendapat ‘Umar ra tersebut:
Alloh swt berfirman:

“ jika Nabi menceraikan kalian, boleh Jadi Robbnya akan memberi ganti kepadanya dengan isteri-isteri yang lebih baik daripada kalian, yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertaubat, yang mengerjakan ibadah, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan.” (QS. At-Tahrim: 5)

Tatkala ‘Abdullah bin Ubai bin Salul wafat, nabi Muhammad saw berdiri hendak mensholatinya, lalu ‘Umar ra menarik baju beliau agar tidak melakukannya seraya berkata, “Wahai Rosululloh sesungguhnya ia seorang munafik!” lalu beliau tetap menyalatinya, maka Alloh swt menurunkan firmanNya kepada beliau saw yang berbunyi:

“dan janganlah sekali-kali kamu mensholati (jenazah) seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam Keadaan fasik.” (QS. Taubah: 84)

‘Umar ra adalah penjaga dan pemelihara Islam, karena Alloh swt menjadikan kebenaran pada lisannya. Ibnu Umar ra meriwayatkan dari Rosululloh saw, bahwa beliau bersabda:

“Sesungguhnya Alloh swt menjadikan kebenaran pada lisan dan hati Umar ra” (HR. at-Tirmidzi)

Ibnu Umar ra berkata:
“Tidaklah ada suatu perkara yang terjadi di kalangan para sahabat, lalu mereka membahasnya begitu pula ‘Umar ra, melainkan al-Qur’an turun sesuai dengan pendapat Umar ra.”

5. Ia adalah salah satu orang yang mendapatkan ilham dari Alloh swt.

Suatu keistimewaan luar biasa yang Alloh swt anugerahkan kepada hambaNya ini. Yaitu hatinya dibisikkan sesuatu oleh Alloh swt untuk membedakan antara kebenaran dan kebatilan, antara hidayah dan kesesatan, antara kekufuran dan keimanan, antara ketaatan dan kefasikan.

Rosululloh saw bersabda:
“sungguh pada umat-umat terdahulu sebelum kalian, ada orang-orang yang diberi ilham, maka jika ada pada umatku seorang saja, sesungguhnya itu adalah ‘Umar”. (HR. al-Bukhori dan Muslim)

6. Salah satu sebab kejayaan Islam.
‘Abdulloh bin Mas’ud ra berkata:
“Kita senantiasa dalam kemuliaan sejak Umar masuk Islam.” (HR. al-Bukhori)
‘Umar ra dikenal di masa jahiliyah sebagai orang yang sangat pemberani. Oleh karena itu, Rosululloh saw sangat berharap terhadap keislamannya hingga beliau berdoa:
“Ya Alloh, muliakanlah Islam dengan ‘Umar bin al-Khoththob atau Amr bin Hisyam.”
Doa Rosululloh saw terkabul dan terbukti dengan keislaman ‘Umar ra sehingga barisan kaum Muslimin semakin kuat dan perkasa. Umar ra mengajak kaum muslimin agar menampakkan keislamannya dengan terang-terangan.
Bersambung……………………….

Sumber:
1. Siroh Khulafa Rasyidin, LBKI.
2. 101 Sahabat Rosululloh, Pustaka al-Kautsar
3. Tarikh islam bagian I (Khulafaur Rasyidin), Lajnah Ilmiah LPD al-Huda

02 Desember 2011

Kedermawanan Umar Bin Khoththob ra

(Meniti Kejayaan dengan berinfaq dan Jihad fi sabilillah)

Berinfaq adalah amal yang utama dan suatu amalan mulia yang sangat dianjurkan di dalam islam. Berinfaq sendiri adalah perwujudan dari sikap dermawan, Alloh swt menjelaskan dalam ayat-Nya yang mulia, bahwa berinfaq dapat menjadikan pelakunya memiliki harta yang berlimpah dan keberuntungan yang besar, firmanNya:

قُلْ إِنَّ رَبِّي يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَهُ وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ (٣٩)

Katakanlah: "Sesungguhnya Robb-ku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)". dan barang apa saja yang kamu infaqkan (/nafkahkan), Maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezki yang sebaik-baiknya. (QS. Saba’: 39)

Umar bin Khoththob ra adalah salah seorang sahabat Nabi saw, beliau memiliki pribadi yang sangat dermawan. Ia senantiasa berinfaq untuk dakwah fi sabilillah. Beliau adalah sosok seorang pemimpin yang sangat peduli terhadap islam dan memang sangat memperhatikan dakwah islam! Mengorbankan segala yang dimilikinya untuk menolong Rosululloh saw.

ketika Rosululloh saw memutuskan untuk menghancurkan kekuatan militer Romawi, beliau saw memerintahkan kaum muslimin untuk mempersiapkan diri. Para sahabat dengan cepat dan bergegas mempersiapkan perbekalan mereka. Tidak hanya itu, mereka pun berlomba-lomba menafkahkan harta, mengeluarkan sodaqoh untuk perbekalan tentara kaum muslimin. Tak tanggung-tanggung, Umar ra memberikan separuh harta kekayaannya. Dalam perang tabuk ini jumlah pasukan kaum muslimin tidak kurang dari 30.000 prajurit.

Tentang kesungguhan Umar ra dan kebaikannya dalam masalah harta, Abdullah bin Umar ra berkata, “Aku tidak pernah melihat seorangpun setelah Rosululloh saw yang begitu bersungguh-sungguh dan paling baik dalam menggunakan hartanya hingga wafat selain Umar bin al-Khoththob.” (Fathul Bari, al-Hafidz Ibn Hajar, 7/49)

Sungguh begitu besar sifat kedermawanan Umar bin Khoththob ra yang mau menginfaqkan hartanya untuk kejayaan Islam, hingga Rosululloh saw pun memberikan jaminan yang besar di akhirat. Lalu, apakah kita tidak merasa cemburu terhadap apa yang Umar bin Khoththob ra lakukan? apakah kita tidak tergugah terhadap apa-apa yang Rosululloh saw berikan kepada Umar bin Khoththob juga ada pada diri kita? Maka, jangan pernah ragu dan yakinkanlah diri kita, bahwa harta yang kita miliki tidak bermanfaat sedikitpun dan tidak kekal kecuali dengan menginfaqkannya untuk Islam, karena hanya Islamlah yang membawa kejayaan, kejayaan di dunia dan kejayaan di akhirat.

Mari...! kita renungkan firman Alloh swt:

“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah 'Adn. Itulah keberuntungan yang besar. dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman.” (QS. as-Shoff: 10-13)

Oleh: Abu Hawa, Majalah Intisari Hasmi (hal.31), Vol. 4/ 2010

Hadirilah, Kajian Hasmi !!!

Kajian Islami, dengan Tema:

"Menuju Masyarakat Islami".


Diselenggarakan Oleh:

Harokah Sunniyah untuk Masyarakat Islami ( HASMI )


Tempat: Masjid al-Ikhlas, jl. Dakota V, Rt: 012/09 Kebon Kosong, Kemayoran, Jakarta Pusat
Waktu: Insya Alloh hari Ahad tanggal 11 Desember 2011,
jam 08.30 WIB s/d 11.30

Pengajian Rutin Masjid al-Ikhlas Khusus Remaja Putri

Pengajian Umum Pembelajaran Fiqh.


.Oleh: Ustad Sulaiman.

Tempat: Masjid al-Ikhlas, jl. Dakota V, Rt: 012/09 Kebon Kosong, Kemayoran, Jakarta Pusat
Waktu: Setiap hari kamis jam 20.00 WIB (Ba'da Isya) s/d selesai

Pengajian Rutin Masjid al-Ikhlas Khusus Anak-anak

Pengajian Umum Pembelajaran al-Qur'an.

dimulai dari dasar (kitab Iqro)

.Oleh: Ustad Harun Iskandar.

Tempat: Masjid al-Ikhlas, jl. Dakota V, Rt: 012/09 Kebon Kosong, Kemayoran, Jakarta Pusat
Waktu: Setiap hari kamis dan Sabtu jam 20.00 WIB (Ba'da Isya) s/d selesai

Kajian Rutin Masjid al-Ikhlas Tahsin al-Qur'an


Pengajian al-Qur'an (Tahsin Qur'an)

Oleh Ustad. Ms. Cholil

Tempat: Masjid al-Ikhlas, jl. Dakota V, Rt: 012/09 Kebon Kosong, Kemayoran, Jakarta Pusat

Waktu:
  1. Ibu-Ibu: Setiap hari Senin dan jum'at, Ba'da Maghrib s/d Isha
  2. Bapak-bapak: Setiap hari Senin dan jum'at, Ba'da sholat Isya s/d Selesai