22 April 2011

Shaf Dalam Shalat

Pembaca yang budiman, salah satu yang disyariatkan ketika shalat berjama’ah adalah meluruskan dan merapatkan shaf atau barisan. Namun masih banyak kaum muslimin yang belum mengetahui akan syari’at ini dan mereka merasa aneh jika melihat orang yang merapatkan shafnya, sehingga tidak sedikit diantara mereka jika dirapatkan oleh orang yang ada disampingnya, dia menghindar bahkan marah jika terus didesak. Oleh karenanya pada edisi kali ini kami menyajikan permasalahan ini. Semoga sajian kami ini dapat bermanfaat bagi kaum muslimin umumnya dan para pembaca khususnya. Sehingga syari’at merapatkan shaf dalam shalat ini tidak lagi asing bagi kaum muslimin.


Pentingnya meluruskan shof

Luruskan Dan Rapatkan Shafnya! Begitulah yang biasa diucapkan oleh seorang imam ketika hendak memulai shalat berjama’ah. Hal ini dikarenakan untuk mengingatkan kepada para makmum untuk merapatkan shafnya sehingga shalat pun menjadi sempurna.

1. Merupakan bukti adanya cinta dan kasih sayang sesama kaum muslimin. Dan menjadi penyebab terjadi perselisihan, kebencian dan permusuhan bila melalaikan shaf.

Sejumlah hadits shahih menjelaskan berkenaan dengan masalah ini, diantaranya: Hadits Nu’man bin Basyir, ia berkata, Rasulullah bersabda,

“Hendaklah/benar-benarlah kalian meluruskan shaf kalian, atau Allah akan membuat wajah-wajah kalian berselisih” (HR. Bukhori dan Muslim).

Imam Nawawi menjelaskan hadits ini: Yang dimaksud dengan “Allah akan membuat wajah-wajah kalian berselisih” ialah Allah akan menimpakan permusuhan, saling benci, dan perselisihan hati di antara kalian. Karena perselisihan lahiriah adalah sebab perselisihan hati. (lihat: Ibnu Hajar dalam Fathul Bari).

Hadits Ibnu Mas’ud, ia mengatakan, “Rasulullah biasa menyentuh pundak-pundak kami sebelum shalat seraya mengatakan, (yang artinya):

Luruskan dan jangan berselisih, sehingga membuat kalian berselisih…” (HR. Muslim, Abu Daud, An Nasa’i, dan Ibnu Majah).

Dari Anas, Rasulullah bersabda: “Lurus kanlah shaf-shaf kalian. Sesungguhnya aku dapat melihat kalian dari belakang punggungku.” Masing-masing dari kami merapatkan pundaknya pada pundak temannya, dan telapak kakinya pada telapak kaki temannya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

2. Merupakan cara menutup jalan setan yang mengganggu kekhusyu’an sholat.

Rosululloh saw bersabda

“Luruskanlah shof kalian rapatkanlah paha-paha kalian bersikap lembutlah terhadap tangan saudara-saudara kalian dan tutuplah celah-celah yang kosong, karena sesungguhnya setan menyusup diantara kalian seperti kam-bing kecil.” (HR. Ahmad, Thabrani dishohihkan oleh albani dalam shohih al jami’ no: 1840).

Dari Anas, bahwa Rasulullah bersabda, “Rapatkan shaf-shaf kalian dan dekatkan di antara shaf-shaf tersebut, serta sejajarkanlah leher-leher kalian. Demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan Nya, sesungguhnya aku melihat setan masuk dari celah-celah shaf seolah-olah anak kambing.” (HR. Abu Daud, Ahmad, An Nasa’i).

3. Allah akan memasukkan dia dalam rohmat-Nya serta menambah kebaikan baginya.

Diriwayatkan dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah bersabda,

“Tegakkanlah shaf-shaf, sejajarkanlah pundak-pundak kalian, tutuplah celah-celah, dan lembutkanlah diri kalian untuk disentuh tangan-tangan saudara kalian. Jangan biarkan celah-celah dimasuki setan. Barang siapa yang menyambung shaf, maka Allah akan menyambungnya dan barangsiapa yang memutuskan shaf, maka Allah akan memutusnya.” (HR. Abu Daud, An Nasa’i, dan Ahmad).

Imam Nawawi menjelaskan hadits ini: “Makna Allah akan menyambung adalah Allah akan menambah padanya kebaikan, hubungannya semakin erat, dan Alloh akan memasukkan dia kedalam rahmatNya. Sedangkan makna Alloh memutuskan adalah Alloh memutuskan tambahan kebaikan.” (Faidlul Qodir 6/236).

4. Meluruskan shof termasuk menegakkan sholat, dan yang menolak apa yang telah ditentukan Alloh diancam Neraka.

Alloh swt berfirman, yang artinya:

فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ (٤)الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلاتِهِمْ سَاهُونَ (٥)


“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang sholat, yaitu orang-orang yang lalai dari sholatnya.” {Qs. Al-Ma’un (107) : 4-5}.

Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini bahwa melalaikan sholat itu meliputi 3 hal:
a. Melalaikan waktunya, yaitu bisa terus menerus mengakhirkan atau sering meng-akhirkan dari waktunya.
b. Tidak khusyu’ dan tidak memahami maksud /makna sholat (terutama bacaannya).
c. Tidak melaksanakan rukun-rukun dan syarat-syarat tegaknya sholat yang wajib dilaksanakan
(ibnu Katsir 4: 558).

Tidak meluruskan dan merapatkan shof merupakan kelalaian dalam sholat berjamaah. Diriwayatkan dari Anas, bahwa Rasulullah bersabda,

Luruskanlah shaf kalian, sesungguhnya meluruskan shaf termasuk menegakkan shalat.

5. Merupakan kesempurnaan sholat

Dalam lafal Muslim,

Luruskanlah shaf kalian, (karena) sesungguhnya meluruskan shaf termasuk kesempurnaan
shalat.” (HR. Bukhari dan Muslim).

6. Alloh dan para malaikat mengucapkan sholawat terhadap orang yang meluruskan dan merapatkan shof.

“Sesungguhnya Alloh dan para malaikatNya bersholawat terhadap orang yang meluruskan shof-shof (HR. Ahmad, Hakim).

Imam Nawawi menjelaskan hadits ini: “Sholawat Alloh kepada hambaNya adalah Alloh menyebut-nyebut hambaNya di hadapan para malaikat di langit yang tertinggi. Sedangkan sholawat para malaikat adalah mendoakan dan memintakan ampun bagi si hamba.” (Faidlul Qodir 2/269).

Hendaklah imam bertindak sendiri untuk meluruskan shaf atau menyuruh salah seorang dari makmum untuk melakukannya. Janganlah ia memulai shalat hingga shaf benar-benar lurus.

Diriwayatkan dari Ibnu Umar, ia berkata, Umar tidak bertakbir hingga shaf benar-benar lurus, dia menugaskan beberapa orang untuk meluruskan shaf.


Dahulukan shof yang terdepan

Imam An Nawawi berkata dalam Al-Majmu’, “Jika orang baru masuk mendapatkan celah atau kelonggaran dalam shaf, maka hendaklah ia masuk ke dalamnya. Ia boleh membelah shaf yang paling belakang, jika tidak ada celah di situ, sementara celahnya ada pada shaf di depannya, karena kelalaian mereka membiarkan celah tersebut.”

Pembaca yang budiman… salah satu kebiasaan yang sering terjadi ketika shalat berjama’ah adalah saling mempersilahkan untuk menempati shaf paling depan, entah apa alasan mereka melakukan hal itu, apakah karena merasa menghormati orang lain apalagi kepada orang tua? Atau takut riya? Atau memang mereka tidak mengetahui hukum shaf terdepan dan keutamaannya?

Jika beralasan dengan alasan yang pertama maka kami katakan bahwa dalam beribadah kepada
Allah kita diperintahkan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Jika beralasan dengan alasan yang kedua maka kami katakan bahwa yang namanya riya tidaklah terkait dengan shaf paling depan atau paling belakang, karena riya itu adalah penyakit hati. Jika beralasan dengan alasan yang ketiga maka kami katakan, perhatikan penjelasan-penjelasan dibawah ini yang berkaitan tentang keutamaannya!!

1. Sebaik-baik shaf bagi laki-laki dan perempuan. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah bersabda,

“Sebaik-baik shaf laki-laki adalah yang paling depan dan seburuk-buruknya adalah yang paling belakang. Sebaik-baik shaf wanita adalah yang paling belakang dan seburuk-buruknya adalah yang paling depan.” (HR. Muslim, Abu Daud, At Tirmidzi, An Nasa’i, dan Ibnu Majah).

2. Keutamaan shalat di shaf yang pertama.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi bersabda,
“Seandainya manusia mengetahui apa yang terdapat pada adzan dan shaf pertama, kemudian tak ada jalan lagi bagi mereka untuk mendapatkan kecuali dengan memasang undian, tentulah akan mereka pasang undian itu.” (HR. Bukhori).

3. Rosululloh saw memintakan ampun terhadap shof pertama tiga kali dan shof kedua satu kali.

“Adalah Rosululloh memintakan ampun terhadap shof yang pertama tiga kali dan shof yang kedua satu kali.” (HR. Ibnu Majah, Nasa’i, Ibnu Khuzaimah dan Hakim).

4. Allah dan para malaikatNya bersholawat kepada yang berada pada shof pertama.
Rosululloh saw bersabda:
Sesungguhnya Allah dan para malaikat bershalawat (mendoakan) kepada orang-orang yang berada di shaf pertama.” (HR. Ahmad, Hakim, Abu Daud, An Nasa’i dan Ibnu Majah)


Sempurnakan shaf pertama kemudian shaf berikutnya.

Diriwayatkan dari Anas, Rasulullah bersabda,

“Sempurnakanlah shaf pertama kemudian shaf berikutnya. Jika kurang (shaf pertama tidak mencukupi), maka hendaklah ia mengambil shaf yang paling belakang.” (HR. An Nasa’i dan Abu Daud).

Diriwayatkan dari Jabir bin Samirah ia berkata, “Rasulullah keluar menemui kami seraya bersabda, ‘Mengapa kalian mengangkat tangan-tangan kalian seakan-akan ekor-ekor kuda kepanasan? Tenanglah dalam shalat’. Kemudian beliau keluar menemui kami dan melihat kami berhalaqah, maka beliau berkata, ‘Hendaklah kalian bershaf sebagaimana para malaikat bershaf di depan Rabb mereka? Kami bertanya, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana para malaikat bershaf di depan Rabb mereka? Beliau menjawab, ‘Mereka menyempurnakan shaf-shaf yang pertama dan mereka merapatkan shaf.” (HR. Muslim, Abu Daud, An Nasa’i, dan Ibnu Majah).

Wallahu a’llam.


Referensi :
1. Majalah Ar-Risalah.
2. Buletin Al-Huda, 2008.
3. Artikel Lembaran Da’wah
4. Fikih Sunnah, Sayyid Sabiq, PT. Al-Ma’arif Bandung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar