19 April 2011

Penjelasan Hakekat dan Ketegasan Sikap

Melihat banyaknya At-Tauhid, musuh terbesar bagi penyimpangan dan pengkaburan nilai- nilai Islam di benak-benak manusia pada masa kini serta gencarnya musuh-musuh Islam menebarkan berbagai syubhat dan kebathilan baik yang tampak maupun yang tersembunyi, maka sudah menjadi keharusan bagi Ahlus Sunnah wal Jama`ah untuk bangun memberikan ketegasan ideologi-nya, mengungkap secara lugas berbagai syubhat hakekat sekulerisme kufur serta memberikan penjelasan bahwa tauhid merupakan hakekat teragung di dalam ideologi Islam bahkan di dalam eksistensi secara utuh dan di waktu yang sama sekulerisme itu sendiri.

Karena itu, mengetahuinya secara benar dan menegaskannya dalam seluruh marhalah dakwah bersamaan dengan memberikan bangun umat untuk berpegang teguh pada manhaj dan ushul Ahlus Sunnah wal Jama`ah merupakan suatu keharusan. Terlebih bahwa makna (Laa Ilaaha-illAlloh) berarti mengkufuri thaghut dan beriman kepada Alloh-Ta’ala-, sedangkan definisi terbaik tentang hal itu adalah yang diungkapkan oleh Imam Ibnu Qayyim – rahimahullah - :

“Thaghut adalah : Setiap hamba yang melewati batas dalam kehambaannya untuk diabdi, diikuti dan ditaati. Maka thagut setiap bangsa adalah siapa saja yang dijadikan standar hukum selain Alloh-Ta’ala- dan RasulNya, siapa saja yang diabdi selain Alloh-Ta’ala-, di-ikuti tanpa ilmu dari Alloh-Ta’ala- atau ditaati dalam suatu hal yang tidak diketahui dalam menta`ati Alloh-Ta’ala-”.

Dengan demikian, kita dapat menga-takan bahwa kesyirikan yang menjadi inti pertempuran berbagai umat dengan para rasul sepanjang sejarah ialah mengabdi thaghut bersama Alloh-Ta’ala- atau tanpa Alloh-Ta’ala- dalam dua unsur utama yang saling terkait:
  • Kehendak dan tujuan (iradah dan qashd).
  • Keta`atan dan pengikutan (Ta`at dan ittiba`)
Syirik kehendak dan tujuan adalah mempersembahkan bagian-bagian dari syi`ar peribadatan kepada selain Alloh-Ta’ala-, se-perti shalat, pengorbanan, nadzar, do`a dan istigotsah yang kesemuanya mengikuti tradisi jahiliyah :

Ingatlah, Hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat - dekatnya”. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar. {QS. Az-Zumar (39) :3}.

Sedangkan syirik keta`atan dan pengi-kutan: adalah pembangkangan terhadap syari`at Alloh-Ta’ala-, tidak menerima hukum dan penerapannya dalam seluruh sisi kehidupan baik sebagiannya saja atau secara menyeluruh. Inilah persimpangan jalan antara Islam dan Jahiliyah, antara iman dan kufur, sebagimana titik temu antara berbagai jahiliyah sepanjang sejarah dan disanalah mereka dinamakan jahiliyah setingkat apapun peradaban dan ilmu pengetahuan yang ada. Apakah hukum jahiliyah yang Mereka kehendaki,... {QS. Al-Maidah (5) :50}.

Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang dzalim itu akan memperoleh adzab yang amat pedih. {QS. Asy-Syuura (42) :21}.

Thaghut jenis ini bisa berupa pejabat, hakim atau dukun atau bisa juga berupa lembaga permusyawaratan, lembaga hukum, tata nilai, adat-istiadat dan urf kebiasaan atau bisa juga berupa majelis permusyawaratan, parlemen, undang-undang dan hawa nafsu.

Realitasnya bahwa dua bentuk kesyiri-kan tersebut merujuk kepada satu sumber yaitu berhukum kepada selain Alloh-Ta’ala- dan mengambil sumber dari selainNya. Kan-dungan bertahkim kepada Alloh-Ta’ala- ber-arti tidak mempersembahkan salah satu bentuk ibadah dan taqarrub kepada selain Alloh-Ta’ala- serta tidak bertindak dan bersikap dalam seluruh kehidupannya kecuali sesuai dengan apa yang disyari`atkan Alloh-Ta’ala- yang ditentukan di dalam KitabNya dan sunnah RasulNya.

... Hukum itu hanyalah kepunyaan Alloh-Ta’ala- Dia telah memerintahkan agar kalian tidak mengabdi selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. {QS. Yusuf (12) :40}.

Mengembalikan seluruh urusan kepada Alloh-Ta’ala- Yang Maha Esa serta menjadikanNya penentu hukum dalam segala hal merupakan hakekat ibadah yang diperintahkan oleh Alloh-Ta’ala- agar tidak dipersembahkan kepada selainNya. Itulah hakekat Dien (agama) yang lurus, satu-satunya agama yang diridhaiNya, sekali-pun mayoritas manusia tidak mengetahuinya.

Ubudiyah (Pengabdian) Kepada Alloh-Ta’ala- VS Ubudiyah (Pengabdian) Kepada Selain Alloh-Ta’ala- Di dalam Risalah Al `Ubu-diyah, Ibnu Taimiyah ra. berkata :

“Sesungguhnya manusia berada di persimpangan dua jalan yang tidak ada lagi jalan ketiga : Memilih ubudiyah (pengabdian) hanya kepada Alloh-Ta’ala- atau menolak pengabdian tersebut untuk memastikan diri terjerumus kepada ubudiyah (pengabdian) kepada selain Alloh-Ta’ala-”.

Setiap ubudiyah (pengabdian) kepada selain Alloh-Ta’ala-, baik kecil maupun besar, pada akhirnya adalah pengabdian kepada syaithan.

Bukankah Aku telah memerintahkan kepada kalian hai Bani Adam supaya kalian tidak mengabdi syaitan? Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagi kalian”, dan hendaklah kalian menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus. {QS. Yaasin (36) : 60-61}.

Pengabdian ini mencakup pengabdian bangsa Arab yang diceritakan oleh Alloh-Ta’ala- Azza wa Jalla dalam firmanNya :

Yang mereka abdi selain Alloh-Ta’ala- itu, tidak lain hanyalah berhala, dan (dengan mengabdi berhala itu) mereka tidak lain hanyalah mengabdi syaitan yang durhaka, {QS. An-Nisa (4) : 117}.

Tidak diragukan lagi bahwa simbol-simbol berhala yang disembah bangsa Arab dahulu dalam kesyirikan mereka terus berubah, akan tetapi pengabdian syaithan itu sendiri tidaklah berubah.

Banyak berhala-berhala lain yang me-nempati kemulian-kemulian berhala terse-but, negara, pemimpin, aliran, partai, nasionalisme, sekulerisme, kemerdekaan individu serta kelompok dan lain-lain. Puluhan berhala modern, selain berhala-berhala yang secara sederhana disembah oleh Bangsa Arab kuno, telah memiliki pengkultusan yang begitu hebat, diabdi, perintah-perintahnya dita`ati untuk menyelisihi Alloh-Ta’ala- dan merubah ciptaanNya. Tidak ada satupun yang berubah kecuali hanya sekedar simbol-simbolnya (yang terus berkembang)!! Intinya tetaplah tidak berubah, yaitu pengabdian kepada syaithan.

Atas dasar pemahaman global tentang thaghut dan pengabdian tersebut, maka jelaslah bagi kita sekarang tentang makna hakiki dari syahadat (Laa Ilaaha IllAlloh) yang lalu : yaitu berkufur kepada thaghut dan menunggalkan peribadatan (pengabdian) hanya kepada Alloh-Ta’ala- semata.

Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa sekulerisme adalah : sistem thaghut, jahiliyah dan kufur yang bertentangan se-cara utuh dengan syahadat (laa Ilaaha IllAlloh) dari dua asas utama :

Pertama : Dari segi berhukum dengan selain apa yang diturunkan oleh Alloh-Ta’ala-.

Kedua : Dari segi bersyirik dalam periba-datan kepada Alloh-Ta’ala-.

Sekulerisme secara sederhana berarti berhukum dengan selain apa yang diturun-kan oleh Alloh-Ta’ala-, bertahkim kepada selain syari`at Alloh-Ta’ala- serta meneri-ma hukum, undang-undang, keta`atan dan pengikutan kepada thaghut-thaghut selain Alloh-Ta’ala-.

------------------------------------------------------

Sumber : Buletin Al Huda, Bogor edisi ke 6, 2008.

1 komentar:

  1. Hari ini kaum Muslimin berada dalam situasi di mana aturan-aturan kafir sedang diterapkan. Maka realitas tanah-tanah Muslim saat ini adalah sebagaimana Rasulullah Saw. di Makkah sebelum Negara Islam didirikan di Madinah. Oleh karena itu, dalam rangka bekerja untuk pendirian Negara Islam, kita perlu mengikuti contoh yang terbangun di dalam Sirah. Dalam memeriksa periode Mekkah, hingga pendirian Negara Islam di Madinah, kita melihat bahwa RasulAllah Saw. melalui beberapa tahap spesifik dan jelas dan mengerjakan beberapa aksi spesifik dalam tahap-tahap itu

    BalasHapus