19 April 2011

Perdukunan (bagian 2)

Sikap Ahlus Sunnah Terhadap Perdukunan

Salah satu prinsip yang sangat ditekan-kan oleh Islam ialah Tauhid (mengesakan Allah SWT dalam beribadah). Islam menghendaki supaya ketergantungan hati manusia hanya kepada Allah SWT semata.

Oleh karena itu, setiap ketergantungan kepada selain Allah SWT akan menggugurkan prinsip tauhid tersebut. Islam menghendaki agar seorang muslim tidak memohon kecuali kepada-Nya, tidak meminta pertolongan dalam hal-hal yang di luar kemampuan ma-nusia kecuali hanya kepada-Nya. Tidak bertawakkal (bersandar) kecuali hanya kepada Allah. Meyakini hanya Dia-lah yang mampu mendatangkan kemanfaatan atau menolak kemudharatan, hanya Dia-lah yang mengetahui perkara ghaib. Tidak satu makhluk pun yang mampu melakukan hal-hal tersebut selain Allah SWT semata. Ini adalah salah satu prinsip yang sangat utama dalam Islam.

Tidak Ada Yang Tahu Perkara Ghaib Selain Allah SWT.


Diantara prinsip-prinsip Ahlus-sunnah wal Jama`ah adalah meyakini bahwa tidak ada yang tahu perkara-perkara yang ghaib selain Allah. Dalil-dalil yang menjelaskan tentang hal ini sangat banyak, diantaranya ialah firman Allah, yang artinya:

(Dia adalah Rabb) yang mengetahui yang ghaib, Maka dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya, Maka Se-sungguhnya dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya. {Qs.Al-Jin (72) : 26-27].

Juga firman-Nya, yang artinya: “... Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang ghaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di- antara rasul-rasul-Nya. ...” {Qs. Ali Imran (3) : 179}.

Allah SWT memerintahkan kepada Rasul-Nya untuk menyatakan bahwa dia tidak mengetahui perkara-perkara yang ghaib.

Allah berfirman, yang artinya: Katakanlah: “Aku (Muhammad) tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pem-bawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman”. {Qs. Al-A`raaf ( 7) : 188}.

Jika Rasulullah SAW, saja sebagai Imam para nabi dan Rasul tidak mengetahui hal-hal yang ghaib maka orang-orang selain beliau tentu lebih tidak tahu lagi tentang hal-hal yang ghaib.

Hakikat Perdukunan


Dukun (kahin) artinya orang yang me-ngaku bisa mengetahui hal-hal yang ghaib seperti mengetahui tempat barang yang hilang atau dicuri, bisa meramal nasib seseorang, bisa mengetahui kejadian yang akan datang dan sebagainya. Termasuk dalam kategori perdukunan adalah: khadam ghaib, ramalan bintang, meramal de-ngan membaca garis-garis tangan, mengaku menerima wangsit, memberi jimat-jimat, membaca mantra-mantra yang bukan dari ayat Al-Qur’an atau dengan ayat-ayat Al Qur’an yang dicampur dengan jampi-jampi asing, pengobatan dengan cara-cara yang aneh, seperti: menulis mantra ditelur, memindahkan penyakit dari manusia ke hewan (kambing), pengobatan jarak jauh dan sebagainya.

Di masyarakat, para dukun terkadang disebut orang pintar, ahli hikmah, paranormal, ahli supranatural dan istilah-istilah lainnya.

Islam mewajibkan ummatnya untuk mempercayai apa yang di katakan oleh para rasul, karena apa yang mereka sampaikan itu merupakan wahyu dari Allah SWT. Sebaliknya, Islam melarang mempercayai para dukun, karena berita yang mereka sampaikan itu adalah wahyu dari syaitan. Oleh karena itu, telah datang peringatan keras dari Nabi saw agar kita tidak mendatangi atau bertanya kepada para dukun.

Hukum mendatangi dukun atau mempercayai perkataan mereka

1. Hukum mendatangi dukun adalah haram. Rasulullah saw sangat melarang keras umatnya mendatangi para dukun.

“Diriwayatkan dari Shafiyyah (putri Abu ‘Ubaid), dari salah seorang isteri Nabi saw., dari Nabi saw., beliau bersabda: Barangsiapa mendatangi juru ramal (dukun) kemudian bertanya tentang sesuatu (yang akan terjadi), maka shalatnya tidak diterima selama empat puluh malam (hari).” [HR. Muslim].

Itulah ancaman bagi orang yang mendatangi dukun, yaitu tidak diterima shalatnya selama empat puluh hari.

2. Nabi SAW, bersabda:
“Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal atau dukun lalu membenarkan perkataannya,
sungguh ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad.” [HR. Ahmad dan al- Hakim; dishahihkan oleh al- Bani].

Bahkan Rasulullah berlepas diri dari siapa saja yang melakukan praktek perdukunan atau meminta jasa dukun dan tukang sihir. Ini menunjukan bahwa perbuatan tersebut sangat besar dosa-nya dan sangat diingkari oleh Rasulullah saw. Beliau bersabda
“Bukan dari golongan kami, 0rang yang menentukan nasib sial dan untung berdasarkan tanda-tanda benda (baik burung atau yang lainnya), yang bertanya dan yang menyampaikannya, atau yang bertanya kepada dukun dan yang mendukuninya, atau yang menyihir dan yang meminta jasa tukang sihir. [HR. Al Bazzar, de-ngan sanad yang baik].

Saudaraku...

Syirik adalah perbuatan terkeji didunia. Syirik adalah suatu dosa yang tidak terampuni di akhirat kelak kalau pelakunya tidak bertaubat semasa hidupnya didunia. Kekal dia di neraka yang menyala-nyala, membakar seluruh tubuhnya dan api akan memenuhi rongga dadanya. Sakaratul maut selalu menggumulinya dengan penuh kepedihan. Tiada kematian yang menuntaskan dan tiada pula hidup yang menyenangkan. Naudzubillahi min dzalik.

Sebagaimana firman Allah SWT, yang artinya: “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang lain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. ...” {Qs. An-Nisa (4) : 116}.

Melakukan syirik akan menghapus amal perbuatan pelakunya dan membawa kerugian di akhirat kelak

Firman allah swt :

وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ (٦٥)


“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: “Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” {Qs. Az-Zumar (39) : 65}.

Saudaraku...
Perdukunan dan sihir keduanya adalah syirik yang besar yang menjadikan seseorang sebagai hamba syaitaanir rajim. Alangkah ruginya seseorang yang demi mencapai tujuan keduniaan yang remeh bersedia melakukan kesyirikan seperti itu. Dia telah menjual kehidupan akhirat yang abadi dengan dunia yang sedikit.

Jangan sekali-kali seorang Muslim tertipu oleh para dajjal yang menamakan diri mereka sebagai ahli supranatural, paranor-mal, orang pintar atau ahli hikmah, orang yang mengaku dilayani oleh banyak Jin, meskipun mereka katakan bahwa jinnya itu muslim. Mereka adalah penjerumus para hamba Allah ke neraka Jahannam, mereka adalah para pembual besar. Mereka sama sekali tidak akan pernah mengadakan sesu-atu tanpa izin Allah SWT. Mereka tidak akan pernah bisa memberi sesuatu atau mencela-kakan seseorang selain dari apa yang telah Allah tuliskan di Lauhul mahfuzh sebelum Allah menciptakan makhluk-Nya. Tidak ada satu makhluk pun didunia ini yang sanggup merubahnya. Perubahan dari kemiskinan menjadi kekayaan atau sebaliknya hanya ada di tangan Allah SWT semata.

Tuntutlah ilmu agama dari sumber yang benar. Tanpa ilmu yang benar, kita tidak akan bisa mendekatkan diri kepada-Nya. Berjanjilah kepada-Nya dengan tulus dan ikhlas bahwa kita tidak akan terjatuh kepada kesyirikan. Bertawakallah hanya kepada-Nya. Dan hadapilah kehidupan ini dengan keimanan.

Referensi :
  1. Buletin Al-Huda, Bogor.
  2. Digital Quran ver 3.2.
  3. Ringkasan Shahih Muslim, Imam Al-Mundziri, Pustaka Amani, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar