Aqidah, adalah dasar utama dibangunnya umat ini, maka baik dan buruknya umat tergantung dari keselamatan aqidah dan fikrah nya. Dari sinilah risalah para nabi dimulai, guna memperbaiki aqidah umat itulah dakwah para nabi atau para rasul selalu menyerukan umatnya sebagaimana firman Alloh swt:
“... Sembahlah Alloh, sekali kali tiada se-sembahan yang hak bagimu selain Nya”... {Qs. Al-Araaf (7) : 59}.
Dan Alloh swt berfirman:
“Dan sesungguhnya kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan) sembahlah Alloh (saja) dan jauhilah thagut itu....” {Qs. An-Nahl (16) : 36}.
Dan Alloh swt menciptakan seluruh makhluk agar hanya menyembah Alloh swt semata, zat yang tiada sekutu bagi Nya; sebagaimana firman Nya:
“Dan telah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka menyembah Ku” {Qs. Adz-Zariat (51) : 56}.
Untuk itu ibadah adalah hak Alloh swt seperti dalam hadits nabi Muhammad saw, kepada Muadz bin Jabal ra,
“Tahukah kamu; apakah hak Alloh terhadap hamba Nya? Dan apakah hak hamba atas Alloh? “Rosululloh bersabada” hak Alloh yang harus ditunaikan hamba Nya adalah, mereka menyembah Nya dan tidak menyekutukan Nya dengan suatu apa pun; sedangkan hak hamba atas Alloh adalah, Alloh tidak akan menyiksa orang-orang yang tidak berbuat syirik sedikit pun. (HR. Bukhari; juz, XIII. Hal 300. kitab At-Tauhid).
Karena mendahulukan hak ini diatas seluruh hak yang lain dan keberadaannya sebagai asas yang menjadi dasar yang diba-ngunnya seluruh hukum-hukum agama kita, seperti firman Nya:
“Katakanlah : “marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhan mu” (yaitu) janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan “Dia” berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu-bapak...” {Qs. Al-An’am (6) : 151}.
Demikian halnya dengan orang yang mendirikan sholat fardhu dan shalat berulang kali telah berjanji kepada Alloh swt untuk menegakkan tauhid ini dalam ucapannya
“hanya kepada Mu ya Alloh kami menyembah dan hanya kepada Mu ya Alloh, kami minta pertolongan”. {Qs. Al-Fatihah (1) : 5}.
Dan dijelaskan pula dalam sabda rosululloh saw “Maka setiap anak yang dilahirkan atas fitrahnya.” Oleh sebab itu, timbulnya penyimpangan terhadap anak, disebabkan pendidikan yang rusak sebagaimana sabda Rosululloh saw menjelaskan “Maka kedua orangtua nyalah yang menyebabkan anak itu menjadi “Yahudi, Nasrani, atau Majusi”. (HR. Muslim dalam shahihnya no. 2047).
“Jadi” Tauhid merupakan asal perkara di bumi ini “sedang” kesyirikan merupakan hal yang baru muncul ke dalamnya. Seperti firman Alloh swt :
“Manusia itu adalah umat yang satu (setelah timbulnya perselisihan) maka Alloh mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan dan Alloh menurunkan bersama mereka kitab dengan benar untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara mereka yang diperselisihkan...”. {Qs. Al-Baqarah (2) : 213).
Dan juga firman Nya:
“Manusia dahulunya hanyalah satu umat kemudian mereka berselisih...” {Qs. Yunus (10) : 19}.
Demikian halnya dengan perkataan Ibnu Abbas ra “Antara nabi Adam as dan nabi Nuh as terdapat 10 generasi yang seluruhnya berada di atas Islam”.
Berkatalah Al-Allamah Ibnul Qoyyin “Ini adalah pendapat yang benar tentang ayat-ayat yang mendukungnya”. dan dishahihkan pula oleh Al Hafidz Ibu Katsir dalam tafsirnya “Yang pertama kali berbuat kesyirikan (adalah) kaum nabi Nuh tatkala mereka ghuluw (berlebih lebihan) terhadap orang-orang shalih dikalangan mereka; yang sombong dan menentang dakwah nabi nya.” Tafsir Ibnu Katsir 1/250 (Ighatsatul 2/201), demikian juga imam Bukhari berkata dalam kitab shahihnya (6/133).
Dari atsar yang diriwayatkan oleh imam Bukhari dari Ibnu Abbas d yang menjelaskan penyebab terjadinya kesyirikan pada kaum nabi Nuh, dapat kita simpulkan perkara penting sebagai berikut :
Bahayanya jika kita menggantungkan gambar-gambar di tembok dan membangun patung-patung di majelis-majelis atau tempat lainnya, hal itu bisa mendorong umat manusia untuk melakukan kesyirikan dimana mereka mengagungkan berlebihan (ghuluw) dan mereka berkeyakinan bahwasanya gambar dan patung atau tulisan itu dapat mendatangkan manfaat dan menolak marabahaya “sebagaimana terjadi pada kaum nabi Nuh.” Untuk itu berhati-hatilah sebelum kita berbuat sesuatu dimana akan me-nimbulkan gejala seperti yang di atas lebih baik kita tinggalkan karena kita diberikan akal dan pikiran untuk berfikir lebih jernih sesuai dengan fitrahnya. Apakah anda ingin seperti itu?
Referensi :
Syaikh DR. Shalih bin Al Fauzan - Pustaka “Al Haura”.
-------------------------------------------------------------------------------
Mutiara Hadits
Dari said bin Abdul Aziz dari Robi’ah bin Yazid dari Abu Idris al-Khawlani dari Abu Dzar, yaitu Jundub bin Junadah d dari Nabi dalam hadits Qudsi yang diriwayatkan dari Alloh swt: “Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku mengharamkan atas diriKu kezholiman, dan kedzholiman itu Ku jadikan haram di antara kalian. Maka dari itu, janganlah kalian saling menganiaya.
Wahai hambaKu, kalian semua itu terse-sat, kecuali orang yang Kuberi petunjuk, maka mohonlah petunjuk kepadaKu, kalian semua tentu Kuberi petunjuk itu. Wahai hambaKu, kalian semua lapar, kecuali orang yang Kuberi makan, maka mintalah makan kepadaKu, niscaya kalian semua tentu Kuberi makan.
Wahai hambaKu, kalian semua telanjang, kecuali orang yang Kuberi pakaian, maka min-talah pakaian kepadaKu, niscaya kalian semua tentu Kuberi pakaian. Wahai hambaKu, sesungguhnya
kalian semua berbuat kesalahan pada malam dan siang hari dan Aku yang mengampuni segala dosa, maka mohon ampunlah kepadaKu, pasti kalian semua Kuampuni.
Wahai hambaKu, sesungguhnya kalian semua tidak dapat berbuat sesuatu yang membahayakan-Ku dan tidak dapat memberikan manfaat kepadaKu.
Wahai hambaKu, andaikata orang yang paling awal hingga yang paling akhir dari golongan manusia dan golongan jin semuanya seperti hati seorang yang bertaqwa dari kalian, hal itu tidak akan menambah sedikitpun dari keagungan kerajaanKu.
Wahai hambaKu, andaikata orang yang paling awal hingga yang paling akhir dari golongan manusia dan golongan jin semuanya seperti hati seorang yang paling durjana dari kalian, hal itu tidak akan mengurangi sedikitpun keagungan kerajaan-Ku.
Wahai hambaKu, andaikata orang yang paling awal hingga yang paling akhir dari golongan manusia dan golongan jin berdiri se-rempak di suatu tanah yang tinggi, lalu setiap orang meminta sesuatu kepadaKu dan setiap orang Kuberi menurut permintaannya masing-masing, hal itu tidak akan mengurangi apa yang menjadi milikKu, melainkan hanya se-perti jarum bila dicelupkan kedalam laut (sebanyak air yang melekat pada jarum).
Wahai hambaKu, sesungguhnya semua itu adalah amalan amalanmu sendiri. Aku menghitungnya untukmu, lalu Aku memberikan balasannya.
Siapa yang mendapatkan kebaikan, hendaklah ia memuji Alloh; dan siapa yang mendapatkan selain itu, hendaklah jangan menyesali, kecuali dirinya sendiri.” Said berkata: “Apabila Abu Idris menceritakan hadits ini, dia duduk di atas kedua lututnya.” (HR. Muslim, 2577; at-Tirmidzi, 2495).
Kami (Imam an-Nawawi) juga meriwayatkannya dari Imam Ahmad bin Hanbal , dia berkata: “Tidak ada satu pun hadits penduduk Syam yang lebih mulia dari hadits ini.” (HR. Muslim, 2577; at-Tirmidzi, 2495).
“... Sembahlah Alloh, sekali kali tiada se-sembahan yang hak bagimu selain Nya”... {Qs. Al-Araaf (7) : 59}.
Dan Alloh swt berfirman:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلالَةُ فَسِيرُوا فِي الأرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ (٣٦)
“Dan sesungguhnya kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan) sembahlah Alloh (saja) dan jauhilah thagut itu....” {Qs. An-Nahl (16) : 36}.
Dan Alloh swt menciptakan seluruh makhluk agar hanya menyembah Alloh swt semata, zat yang tiada sekutu bagi Nya; sebagaimana firman Nya:
“Dan telah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka menyembah Ku” {Qs. Adz-Zariat (51) : 56}.
Untuk itu ibadah adalah hak Alloh swt seperti dalam hadits nabi Muhammad saw, kepada Muadz bin Jabal ra,
“Tahukah kamu; apakah hak Alloh terhadap hamba Nya? Dan apakah hak hamba atas Alloh? “Rosululloh bersabada” hak Alloh yang harus ditunaikan hamba Nya adalah, mereka menyembah Nya dan tidak menyekutukan Nya dengan suatu apa pun; sedangkan hak hamba atas Alloh adalah, Alloh tidak akan menyiksa orang-orang yang tidak berbuat syirik sedikit pun. (HR. Bukhari; juz, XIII. Hal 300. kitab At-Tauhid).
Karena mendahulukan hak ini diatas seluruh hak yang lain dan keberadaannya sebagai asas yang menjadi dasar yang diba-ngunnya seluruh hukum-hukum agama kita, seperti firman Nya:
“Katakanlah : “marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhan mu” (yaitu) janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan “Dia” berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu-bapak...” {Qs. Al-An’am (6) : 151}.
Demikian halnya dengan orang yang mendirikan sholat fardhu dan shalat berulang kali telah berjanji kepada Alloh swt untuk menegakkan tauhid ini dalam ucapannya
“hanya kepada Mu ya Alloh kami menyembah dan hanya kepada Mu ya Alloh, kami minta pertolongan”. {Qs. Al-Fatihah (1) : 5}.
Dan dijelaskan pula dalam sabda rosululloh saw “Maka setiap anak yang dilahirkan atas fitrahnya.” Oleh sebab itu, timbulnya penyimpangan terhadap anak, disebabkan pendidikan yang rusak sebagaimana sabda Rosululloh saw menjelaskan “Maka kedua orangtua nyalah yang menyebabkan anak itu menjadi “Yahudi, Nasrani, atau Majusi”. (HR. Muslim dalam shahihnya no. 2047).
“Jadi” Tauhid merupakan asal perkara di bumi ini “sedang” kesyirikan merupakan hal yang baru muncul ke dalamnya. Seperti firman Alloh swt :
“Manusia itu adalah umat yang satu (setelah timbulnya perselisihan) maka Alloh mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan dan Alloh menurunkan bersama mereka kitab dengan benar untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara mereka yang diperselisihkan...”. {Qs. Al-Baqarah (2) : 213).
Dan juga firman Nya:
“Manusia dahulunya hanyalah satu umat kemudian mereka berselisih...” {Qs. Yunus (10) : 19}.
Demikian halnya dengan perkataan Ibnu Abbas ra “Antara nabi Adam as dan nabi Nuh as terdapat 10 generasi yang seluruhnya berada di atas Islam”.
Berkatalah Al-Allamah Ibnul Qoyyin “Ini adalah pendapat yang benar tentang ayat-ayat yang mendukungnya”. dan dishahihkan pula oleh Al Hafidz Ibu Katsir dalam tafsirnya “Yang pertama kali berbuat kesyirikan (adalah) kaum nabi Nuh tatkala mereka ghuluw (berlebih lebihan) terhadap orang-orang shalih dikalangan mereka; yang sombong dan menentang dakwah nabi nya.” Tafsir Ibnu Katsir 1/250 (Ighatsatul 2/201), demikian juga imam Bukhari berkata dalam kitab shahihnya (6/133).
Dari atsar yang diriwayatkan oleh imam Bukhari dari Ibnu Abbas d yang menjelaskan penyebab terjadinya kesyirikan pada kaum nabi Nuh, dapat kita simpulkan perkara penting sebagai berikut :
Bahayanya jika kita menggantungkan gambar-gambar di tembok dan membangun patung-patung di majelis-majelis atau tempat lainnya, hal itu bisa mendorong umat manusia untuk melakukan kesyirikan dimana mereka mengagungkan berlebihan (ghuluw) dan mereka berkeyakinan bahwasanya gambar dan patung atau tulisan itu dapat mendatangkan manfaat dan menolak marabahaya “sebagaimana terjadi pada kaum nabi Nuh.” Untuk itu berhati-hatilah sebelum kita berbuat sesuatu dimana akan me-nimbulkan gejala seperti yang di atas lebih baik kita tinggalkan karena kita diberikan akal dan pikiran untuk berfikir lebih jernih sesuai dengan fitrahnya. Apakah anda ingin seperti itu?
Referensi :
Syaikh DR. Shalih bin Al Fauzan - Pustaka “Al Haura”.
-------------------------------------------------------------------------------
Mutiara Hadits
Dari said bin Abdul Aziz dari Robi’ah bin Yazid dari Abu Idris al-Khawlani dari Abu Dzar, yaitu Jundub bin Junadah d dari Nabi dalam hadits Qudsi yang diriwayatkan dari Alloh swt: “Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku mengharamkan atas diriKu kezholiman, dan kedzholiman itu Ku jadikan haram di antara kalian. Maka dari itu, janganlah kalian saling menganiaya.
Wahai hambaKu, kalian semua itu terse-sat, kecuali orang yang Kuberi petunjuk, maka mohonlah petunjuk kepadaKu, kalian semua tentu Kuberi petunjuk itu. Wahai hambaKu, kalian semua lapar, kecuali orang yang Kuberi makan, maka mintalah makan kepadaKu, niscaya kalian semua tentu Kuberi makan.
Wahai hambaKu, kalian semua telanjang, kecuali orang yang Kuberi pakaian, maka min-talah pakaian kepadaKu, niscaya kalian semua tentu Kuberi pakaian. Wahai hambaKu, sesungguhnya
kalian semua berbuat kesalahan pada malam dan siang hari dan Aku yang mengampuni segala dosa, maka mohon ampunlah kepadaKu, pasti kalian semua Kuampuni.
Wahai hambaKu, sesungguhnya kalian semua tidak dapat berbuat sesuatu yang membahayakan-Ku dan tidak dapat memberikan manfaat kepadaKu.
Wahai hambaKu, andaikata orang yang paling awal hingga yang paling akhir dari golongan manusia dan golongan jin semuanya seperti hati seorang yang bertaqwa dari kalian, hal itu tidak akan menambah sedikitpun dari keagungan kerajaanKu.
Wahai hambaKu, andaikata orang yang paling awal hingga yang paling akhir dari golongan manusia dan golongan jin semuanya seperti hati seorang yang paling durjana dari kalian, hal itu tidak akan mengurangi sedikitpun keagungan kerajaan-Ku.
Wahai hambaKu, andaikata orang yang paling awal hingga yang paling akhir dari golongan manusia dan golongan jin berdiri se-rempak di suatu tanah yang tinggi, lalu setiap orang meminta sesuatu kepadaKu dan setiap orang Kuberi menurut permintaannya masing-masing, hal itu tidak akan mengurangi apa yang menjadi milikKu, melainkan hanya se-perti jarum bila dicelupkan kedalam laut (sebanyak air yang melekat pada jarum).
Wahai hambaKu, sesungguhnya semua itu adalah amalan amalanmu sendiri. Aku menghitungnya untukmu, lalu Aku memberikan balasannya.
Siapa yang mendapatkan kebaikan, hendaklah ia memuji Alloh; dan siapa yang mendapatkan selain itu, hendaklah jangan menyesali, kecuali dirinya sendiri.” Said berkata: “Apabila Abu Idris menceritakan hadits ini, dia duduk di atas kedua lututnya.” (HR. Muslim, 2577; at-Tirmidzi, 2495).
Kami (Imam an-Nawawi) juga meriwayatkannya dari Imam Ahmad bin Hanbal , dia berkata: “Tidak ada satu pun hadits penduduk Syam yang lebih mulia dari hadits ini.” (HR. Muslim, 2577; at-Tirmidzi, 2495).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar