27 April 2011

Khutbah Iedul Fitri 1430 H, Ustadz Abu Bakar Ba’asyir {Amir Jama’ah Anshorut Tauhid}

as-salamu alaikum warohmatullohi wa barokatuh



{kemudian beliau membaca: Qs. Ali Imron (3) : 102, an-Nisa’ (4) : 1, al-Ahzab (33) : 70-71}



Hari ini, kaum muslimin sedunia menyambut hari besar dengan takbir dan sholat ied setelah sebulan penuh beribadah shiyyam dan qiyyam Romadhon. Semoga ibadah kita dalam bulan romadhon di terima Alloh sehingga dibersihkan dari dosa-dosa yang kita lakukan. Begitu ramai dan gegap gempitanya merayakan hari besar ini seolah kita lupa dengan realitas sesungguhnya. Bahkan sampai bencana-bencana yang menimpa seperti sejenak terlupakan.

Kaum muslimin rohimakumulloh,

Takbir yang kita kumandangkan sejak tadi malam sampai pagi hari ini seharusnya dibuktikan dengan tegaknya hukum-hukum Alloh di muka bumi, termasuk di Indonesia.

Tasbih yang kita lantunkan semestinya juga terwujud dengan bersihnya kehidupan kita dari penyembahan kepada berbagai macam berhala. Tahmid yang kita syiarkan selayaknya pada saat bersamaan diiringi dengan terciptanya kemuliaan hakiki bagi Islam dan kaum muslimin.

Kaum muslimin rohimakumulloh,
Marilah kita jernihkan pandangan dan fikiran kita kemudian kita teropong pemandangan di sekitar kita dengan al-Qur-an al-Karim dan as-Sunnah asy-Syariifah, akan kita lihat kesedihan dan kehinaan nampak nyata dan jelas mewarnai rona kehidupan ummat Islam. Terlihat jelas, terpaan berbagai bencana menimpa silih berganti kepada kaum muslimin. Bahkan deraian air mata kesedihan kita tidaklah sanggup menjernihkan perwajahan ummat yang kelam ini.

Bencana dengan berbagai bentuknya itu, mulai dari bencana alam, tersebarnya wabah penyakit dari yang biasa hingga yang aneh-aneh, hancurnya tatanan moral di masyarakat, merebaknya kriminalitas dalam skala yang terus meningkat dari segi kwantitas maupun kwalitasnya. Hingga terjadinya serangan-serangan militer yang jahat dan keji disertai pembantaian oleh kekuatan persenjataan barat yang kafir kepada masyarakat sipil dan para mujahidin Islam yang lemah di berbagai belahan dunia.

Disamping itu, Diinul Islam juga diobok-obok hingga pengamalan Ummat Islam menjadi kacau balau. Segala bencana tersebut ada yang hanya berpengaruh pada nasib kita di dunia namun tidak jarang juga berakibat buruk kepada diinul Islam yang kita anut sehingga menyebabkan tidak selamatnya nasib kita kelak di akhirat. Juga yang lebih menyedihkan lagi, ketika bencana-bencana itu merusak dan menghinakan kehidupan dunia dan akherat kita. Wallohul Musta’an.

Berbagai fitnah keji yang dilancarkan oleh kekuatan-kekuatan anti Islam bukan saja terjadi di negeri-negeri dimana kaum muslimin berstatus minoritas namun juga marak terjadi di negeri-negeri yang konon dihuni mayoritas muslim seperti di negeri kita, Indonesia ini. Dari jaman awal kemerdekaan hingga saat ini, nasib kaum muslimin belum berubah. Kita selalu didzalimi oleh mereka yang berkuasa dari zaman orde lama, orde baru hingga orde reformasi sekarang ini. Kita tidak boleh menerapkan Syari’at Islam secara kaaffah pada tataran kehidupan nyata di Negara ini. Kita hanya boleh meyakini kebenaran dinul Islam tapi kita dihalangi mendakwahkan hal itu secara jelas dan menyeluruh ditengah masyarakat kita.

Orang-orang yang jahat dan bodoh itu berkata, bahwa kita hidup harus mengakui juga kebenaran agama-agama lain. Kare-na itu kita harus bertoleransi terhadap kemusyrikan dan kemunkaran agama lain, berdo’a bersama dan berbagai bid’ah-bid’ah berbahaya lainnya.

Apabila kita mengoreksi kebathilan itu maka labelling dan stigmatisasi sebagai ‘Islam Garis Keras, Fundamentalis dan berbagai penyebutan yang keji serta tendensius segera saja ditempelkan kepada kita. Padahal kita hanya menyampaikan apa adanya kebenaran sesuai petunjuk Alloh dan RosulNya, kita hanya ingin mengamalkan Islam garis lurus [hanif] tidak bengkok ke kanan dan juga tidak bengkok ke kiri.

Kaum muslimin rohimakumulloh

Namun meskipun hebat tekanannya, kita tidak boleh takut provokasi dan propaganda sesat mereka. Kenapa? Karena Alloh telah mengabarkan melalui al-Qur’anul Karim bahwa memang begitulah watak kafir dan kaki tangannya yang berada dalam tubuh ummat Islam yakni kalangan munafik. Kebusukan mereka itu sudah diungkap oleh Dzat Yang Maha Tahu, maka Alloh melarang kita menjadikan orang-orang kafir itu sebagai teman kepercayaan.

Alloh berfirman:

{beliau membacakan QS. Ali Imron: 118-119, yang artinya:}

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudaratan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya. Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata: “Kami beriman”; dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari lantaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): “Matilah kamu karena kemarahanmu itu”. Sesungguhnya Alloh mengetahui segala isi hati.” {Qs. Ali Imron (3) : 118-119}.

Kaum muslimin rohimakumulloh.

Sudah seharusnya kita semua sadar bahwa bencana-bencana yang menimpa kita adalah dikarenakan kesalahan dan ulah ta-ngan kita sendiri. Alloh tidak menimpa-kan berbagai musibah itu melainkan agar kita kembali kepada ajaranNya yang agung secara menyeluruh. Kita juga tidak mungkin dirubah nasib kita oleh Alloh jika kita hanya menajamkan kepandaian kita dalam menangisi keadaan seraya seolah-olah sedang berdzikir kepadaNya namun nyatanya kita campakkan syari’at Islam dari kehidupan.

Bencana-bencana itu terjadi karena kita -kaum muslimin sendiri- melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap hal-hal yang pokok dalam Diinul Islam {ushuluddin} yakni:

a. Menerima kesesatan paham nasionalisme sebagai asas dan sistim Negara padahal ini bertentangan dengan wahyu Alloh yang menjelaskan bahwa asas dan sistim Negara harus Syari’at Islam.

Sejarah memperlihatkan bahwa ada ke-salahan langkah dalam menyusun pembentukan negara ini. Yakni memakai manhaj mudahanah/ sikap lemah lembut dengan kaum kafir yang mengharuskan kita untuk melepas asas Syari’at dan menerima asas nasionalisme, sehingga rusaklah prinsip-prinsip diinul Islam yang mestinya harus kita tegakkan. Penyimpangan tersebut mengakibatkan turunnya azab Alloh hingga hari ini. Hal ini jelas diterangkan Alloh dalam firmanNya (yang artinya):

“Dan sesungguhnya mereka hampir memalingkan kamu dari apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, agar kamu membuat yang lain secara bohong terhadap Kami; dan kalau sudah begitu tentulah mereka mengambil kamu jadi sahabat yang setia. Dan kalau Kami tidak memperkuat (hati) mu, niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka, kalau terjadi demikian, benar-benarlah Kami akan rasakan kepadamu (siksaan) berlipat ganda di dunia ini dan begitu (pula siksaan) berlipat ganda sesudah mati, dan kamu tidak akan mendapat seorang penolongpun terhadap Kami. {Qs. al-Isroo’ (17) : 73-75}.

Jadi para pendahulu telah salah dengan menjadikan nasionalisme sebagai dasar pembentukan Negara. Padahal paham nasionalisme sama sekali tidak terkait dengan Islam bahkan saling bertentangan. Golongan yang pertama kali mengamalkan nasionalisme adalah orang-orang Yahudi yang dimurkai Alloh . Yakni nampak ketika kalangan Bani Israel itu menolak kerasulan Nabi Muhammad hanya lantaran beliau bukan dari kala-ngan mereka yang keturunan Nabi Ya’kub sedangkan Nabi Muhammad adalah bangsa Arab keturunan nabi Ismail. Orang-orang Yahudi sebenarnya tahu kebenaran akan kerasulan Nabi Muhammad namun ‘nasionalisme’ itu menyuruh mereka berdusta dan menolak kebenaran.

Maka jika ada yang mengawinkan Islam dengan Nasionalisme, jelas mereka melanggar prinsip-prinsip pokok Diinul Islam. dan hasil ‘selingkuhan’ ini pastilah hanya mendatangkan azab dari sisi Alloh . dan buah inilah yang kita terima dari dulu hingga sekarang ini.

Islam memandang siapapun dan apapun kebangsaan serta kewarganegaraannya selama mereka muslim, mereka adalah saudara kita sedangkan ajaran nasionalisme mengajarkan bahwa persaudaraan hanya dibatasi tanah kelahiran, lokasi tinggal dan asal keturunan. Maka sesungguhnya bencana peperangan yang buruk dan keji yang terjadi antar ummat manusia tanpa alasan yang haq adalah bermula dari paham nasionalisme yang amat sempit dan picik ini.
b. Menerima paham syirik demokrasi sebagai alat perjuangan menegakkan Islam dimana hal ini bertentangan dengan petunjuk Alloh dan RosulNya yang telah menetapkan dakwah dan jihad sebagai jalan satu-satunya dalam memperjuangkan Islam.

Kesalahan fatal yang telah kami terangkan diatas bukan segera dikoreksi malah kaum muslimin justru terjebak dengan kesalahan berikutnya. mereka mengadopsi ‘anak haram’ demokrasi sebagai alat untuk memperjuangkan Islam, akhirnya langkah perjuangan mereka makin menjauh dari ketentuan-ketentuan syari’at, Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un......

Hal ini telah diterangkan Alloh dalam firmanNya: {yang artinya sbb-pen}

“dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.” {Qs. al-An’am (6): 153}

Akibat menerima paham syirik ini, kaum muslimin berpecah belah bukan hanya pada label golongan dan bendera partai tapi me-reka juga tidak lagi peduli dengan prinsip-prinsip Diinul Islam. Dalam merebut suara rakyat berbagai prinsip dikorbankan dan banyak cara dilakukan walaupun menyelisihi nilai dan kaedah kebenaran. Prinsip mudalisin [penjilatan] dan mudahanah [pelunakkan sikap] diamalkan padahal mencederai aqidah tauhid. Bahkan akhirnya muncul sikap ruknun [cenderung pada kezaliman] dan tawalli [mendukung kekafiran] yang jelas-jelas me-ngeluarkan pelakunya dari Islam pun mereka lakukan. itulah sebagai akibat dan tuntutan ajaran demokrasi.

c. Ummat Islam tidak mengamalkan secara kaaffah sehingga ditimpakan siksa oleh Alloh berupa kehinaan di dunia.

Alloh berfirman (yang artinya) :

“... Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Alloh tidak lengah dari apa yang kamu perbuat” {Qs. al-Baqoroh (2) : 85}.

Walaupun khithob ayat ini awalnya adalah kaum Yahudi namun Ibrohnya menjadi umum dan dapat menimpa siapa saja yang berperilaku sama dengan Yahudi termasuk kaum muslimin. Setelah kaum muslimin mengikuti langkah buruk Yahudi de-ngan memilih nasionalisme sesat sebagai dasar pembentukan Negara dan mengadopsi demokrasi yang syirik sebagai jalan perjua-ngan, maka kesesatan berikutnya adalah sikap memilah dan memilih ajaran Islam yang selaras dengan hawa nafsunya. Naudzubillah min dzalik..

Di pentas masyarakat, kita disodorkan berbagai paradoks [kondisi saling berbenturan] yang membingungkan dan melahirkan kepribadian ummat yang terbelah [split personality] hingga pada akhirnya justru membentuk karakter hipokrit [munafik] yang amat berbahaya bagi kaum muslimin itu sendiri. Sebab kaum munafik inilah yang berperan utama sebagai agen-agen perusak Islam dan pelemah kaum muslimin dari dalam yang sangat tidak mudah bagi kita dalam menghadapinya.

Apalagi kalau kaum munafik inilah yang memegang kendali masyarakat dengan kekuasaan sistim dan senjata maka akan hancurlah masyarakat karena mereka akan mengumbar kemunkaran dengan memberi izin dan perlindungan terhadap tempat dan aktivitas serta pelaku kemunkaran. Sebaliknya, mereka akan menekan, mengintimidasi bahkan menangkap dan menyiksa pelaku amar ma’ruf nahi munkar dengan tuduhan mengganggu keamanan dan keter-tiban masyarakat. Oleh sebab itu, jika kita menyerukan apalagi melakukan jihad maka segera tuduhan teroris akan segera mereka tempelkan. Pesantren sebagai tempat menyemai aqidah, syari’at dan akhlaq dituduh sarang teroris karena memang dari sinilah lahir para da’i dan mujahid yang gemar ber-amar-ma’ruf nahi munkar serta suka berjihad di jalan Alloh .

Alloh berfirman (yang artinya) :
“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang mungkar dan melarang berbuat yang makruf dan mere-ka menggenggamkan tangannya. Mereka telah lupa kepada Alloh, maka Alloh melupakan me-reka. Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik. {Qs. at-Taubah (9): 67}

Lihatlah juga bagaimana mereka menyebut bulan Romadhon sebagai bulan suci tapi mereka malah memenuhi bulan romadhon dengan amalan-amalan leghwi [sia-sia] yang semakin menjauhkan ummat dari konteks Romadhon sendiri. Keshalehan hanya dijadikan kosmetik sesaat demi meraup keuntungan berlipat. Nuzulul Qur’an dirayakan dari pedesaan hingga istana kenegaraan tapi pe-rintah dan larangan Alloh dalam al Qur-an mereka tidak pedulikan! Sikap dan perilaku keliru yang mengambil sebagian ajaran Islam dan mencampakkan sebagian lainnya inilah yang menimbulkan murka Alloh . Hingga bencana-bencana terus menimpa kita, hanya sayangnya kebanyakan kita tetap sombong dan tidak mau menyadari kesalahan-kesalahan yang kita lakukan. Malah sebagian kita justru sibuk mencari-cari pembenaran atas kekeliruan itu. Yakni melabelkan kelompok dan amaliyahnya yang telah sesat jalan de-ngan penamaan-penamaan syar’i yang agung atas nama ijtihad, dakwah, siyasah syar’iyah dan lain sebagainya.

Kaum muslimin rohimakumulloh,
Namun sebagian orang yang beriman, kita tidak mau terus menerus tenggelam dalam kekeliruan yang membahayakan nasib kita di dunia dan akhirat. Kalau ada yang rajin menutup-nutupi kesalahan itu karena mereka merasa lebih pandai dalam ilmu agama dengan gelar-gelar akademik yang dimilikinya. Yang dengan itu mereka merasa aman dan nyaman berdampingan dengan para Thughyaan maka kita nyatakan bahwa kita baro’ [berlepas diri] dari aktivitas, ke-lompok dan pemimpin-pemimpin mereka.

Satu-satunya jalan selamat bagi kita adalah mewujudkan agenda perjuangan secara totalitas dan bersungguh-sungguh yakni menegakkan Tauhid dengan Sunnah dan mengamalkan Sunnah dalam bingkai Tauhid. Hingga tidak terpisah antara Tauhid dan Sunnah itu sampai Alloh memenangkan urusan ini atau kita menerima musibah di jalan Alloh karena istiqomah dalam dakwah dan Jihad di jalanNya.

Sasaran pokok perjuangan kita adalah meluruskan sistim Negara yang merupakan karunia Alloh ini dari sistim syirik kepada sistim Tauhid maka agenda perjuangan itu dapat kita wujudkan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Tashfiyatul Aqidah, yakni memurnikan keyakinan kita dari segala hal yang merusak iman seperti syirik, nifaq, fasiq serta ideologi-ideologi kufur lainnya, baik secara individu, masyarakat maupun negara.
2. Tajdiidul ‘Amal, yakni memperbaharui amaliyah ‘ubudiyah dan mu’amalah kita dari hal-hal yang menyelisihi Sunnah seperti; bid’ah, riba, sistim pemerintahan jahiliyah dan sebagainya.
3. Tahriirul Ummah, yakni berjuang membebaskan ummat Islam dari kehinaan yang meliputi kehidupan mereka saat ini kepada kemuliaan Islam dan kaum muslimin dengan jalan yang disunnahkan yaitu dakwah dan jihad. Dan dengan sasaran yang jelas menuju terbentuknya baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur.

Kemudian kita juga paham, bahwa hal itu semua harus kita lakukan dalam bingkai Jama’ah yang akan menata shof dan langkah perjuangan secara kokoh dan teratur rapi hingga Alloh berkenan mendatangkan kecintaanNya pada kita dalam bentuk pertolonganNya yang amat kuat dan tidak terkalahkan.

Hasbunalloh wa ni’mal wakil ni’mal maula wa ni’man nashiir, Allohu Akbar wa lillahil hamd!

Akhirnya, marilah kita berdo’a kepada Alloh Azza wa Jalla:

(kemudian beliau membaca doa)


Referensi :

Sariyah Da’wah wal I’lam Jamaah Ansharut Tauhid, Imaroh Jawa Tengah.

2 komentar:

  1. Ketika Rasulullah Saw. menantang berbagai keyakinan bathil dan pemikiran rusak kaum musyrikin Mekkah dengan Islam, Beliau dan para Sahabat ra. menghadapi kesukaran dari tangan-tangan kuffar. Tapi Beliau menjalani berbagai kesulitan itu dengan keteguhan dan meneruskan pekerjaannya.

    BalasHapus
  2. ya, mari kita bersama-sama berusaha dengan sekuat tenaga kita, untuk mencurahkan tenaga, harta dan pikiran kita untuk kejayaan islam. bahkan nyawa kita sekalipun.


    syukron ya akhi atas kunjungannya....

    BalasHapus