Bagaimana kita menyikapi Musibah
Kita sebagai hamba Alloh tidak akan pernah lepas dari kehendak dan taqdir Alloh. Alloh berfirman:
“Dan kalian tidak dapat menghendaki (menem-puh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Alloh, Robb semesta alam.” {Qs. At-Takwir (81) : 29}.
Kehendak Alloh pasti akan terjadi pada kita dan dalam kehidupan kita semua, dengan terpaksa ataupun rela hati kita menerimanya. Oleh karena itu, sebagai seorang muslim sudah seyogyanya bagi kita untuk tidak salah langkah dalam menyikapi datangnya musibah tersebut. Mungkin ada di antara kita yang meng-hadapinya dengan keluh kesah, frustasi, jengkel atau bahkan dengan melampiaskannya dalam berbagai bentuk tindakan yang tidak tepat, bahkan sampai ada yang berani menyalahkan dan menghujat Alloh dengan lontaran kata menggerutu: “Tuhan tidak adil!”
Untuk itu, Islam mengajarkan kepada kita bagaimana seharusnya kita bersikap tatkala musibah datang, yaitu:
1. Apapun yang terjadi, bahkan meskipun musibah datang dengan bertubi-tubi dan bergelombang, kita tidak boleh dan bahkan jangan pernah su’uzhon (buruk sangka) kepada Alloh . Nabi ber-sabda:
“Janganlah salah seorang di antara kalian mati melainkan dalam keadaan berprasangka baik kepada Alloh.” (HR. Bukhori dan Muslim).
Alloh berfirman dalam hadits qudsi-Nya: “Aku tergantung persangkaan hamba-Ku kepada-Ku” (HR. Bukhori dan Muslim).
Karena dengan husnuzhon (baik sangka) kepada Alloh atas musibah yang me-nimpa kita, maka musibah ini akan berubah menjadi rahmat dan anugerah, kesedihan menjadi kegembiraan, kegetiran hidup menjadi kebahagiaan. Dan pada akhirnya, musibah inipun dapat menjadi pelengkap indahnya kehidupan seorang muslim, kare-na kehidupan seorang muslim, semua hal yang dialaminya adalah sesuatu yang berharga baginya.
Rosululloh bersabda:
“Saya merasa kagum terhadap urusan seorang mukmin, ka-rena semua urusannya adalah baik baiknya, dan hal yang demikian ini tidak akan dapat dijumpai melainkan hanya dalam diri seorang mukmin. Yaitu apabila dia mendapat kebahagiaan, diapun akan bersyukur, dan hal ini baik baginya. Dan apabila dia mendapat kesusahan atau musibah, diapun akan bersabar, maka hal ini baik baginya.” (HR. Muslim).
Sebaliknya, Alloh berfirman tentang sikap orang-orang kafir yang berburuk sangka kepadaNya:
“dan yang demikian itu adalah prasangkamu yang telah kamu sangka terhadap Robb-mu, prasangka itu telah membinasakan kamu, Maka jadilah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” {Qs. Fushshilat (41) : 23}.
2. Dan apapun yang terjadi, jangan pernah berpaling dari agama Alloh , yaitu ajaran Islam yang tercinta, mulia dan yang mendatangkan kebahagiaan bagi kita, di dunia maupun di akhirat.
Rosululloh bersabda:
“Setiap amal perbuatan pasti akan datang masa semangat (seperti saat gembira) dan ada pula masa lemahnya (seperti saat ditimpa musibah). Barangsiapa yang saat masa semangatnya datang dia tetap beramal sunnah (Islam), maka dia akan beruntung. Dan barangsiapa yang saat masa lemahnya datang dia beramal selainnya (yang paling parah adalah hingga kufur), maka dia akan hancur binasa.” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban dan ath-Thohawi dengan sanad hasan).
3. Jauhilah segala perbuatan dosa yang menjadi pendorong dan penyebab datangnya musibah, seperti syirik, perbuatan zina, mencuri, judi, membunuh, durhaka kepada orang tua dan perbuatan-perbuatan maksiat lainnya.
4. Perbanyaklah doa dan istighfar.
“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun.” {Qs. al-Anfal (8) : 33}.
5. Jangan pernah mengharapkan kematian. Karena apapun yang terjadi, kehidupan kita sangatlah berharga, terutama kehidupan seorang muslim. Nabi bersabda,
“Janganlah salah seorang di antara kalian mengharapkan kematian karena penderitaan yang menimpanya.” (HR. Bukhori).
Saudaraku se-Islam yang dirahmati Alloh… sebagai seorang muslim kita meyakini rukun iman yang ke-enam, yaitu percaya kepada takdir Alloh , yang baik dan yang buruk.
Saudaraku… gempa bumi dan musibah lainnya yang baru-baru ini terjadi tidak lepas dari takdir Alloh . Kemudian apa hikmah di balik musibah tersebut?
Pertama: untuk menguji keimanan kita. Setiap orang yang beriman pasti akan diuji oleh Alloh , agar diketahui siapa yang benar-benar beriman dan siapa yang dusta. Alloh berfirman (artinya):
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka,....” {Qs. Al-Ankabut (29) : 2-3}.
Orang-orang yang beriman akan tabah dan sabar dalam menghadapi ujian tersebut dan tidak akan goyah sedikitpun ke-imanannya kepada Alloh .
Kedua: musibah –sekecil apapun- akan menggugurkan dosa-dosa. Nabi ber-sabda,
“Tidaklah seorang muslim ditimpa keletihan atau penyakit, atau kesusahan atau gangguan atau kemurungan, bahkan hingga duri yang menusuknya melainkan Alloh leburkan dengan dosa-dosanya.” (HR. Bukhori).
Bahkan boleh jadi, musibah itu terus menerus menimpa seorang mukmin sehingga ia berjalan di muka bumi tanpa memiliki dosa sedikitpun.
Ketiga: tabah dan sabar dalam menyikapi musibah dan cobaan adalah jalan menuju ke surga. Alloh berfirman (artinya):
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Alloh?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Alloh itu amat dekat.” {Qs. Al-Baqoroh (2) : 214}.
Sebagai orang yang beriman, kita yakin bahwa kehidupan dunia ini bukanlah kehidupan yang sebenarnya. Kehidupan yang sebenarnya adalah di akherat kelak. Oleh karena itu, janganlah kita larut dalam ke-sedihan karena kehilangan dunia. Harapan terbesar dan cita-cita tertinggi seorang mukmin adalah surga yang kekal abadi.
Keempat: musibah adalah teguran dari Alloh kepada hamba-hambaNya agar mereka kembali ke jalanNya dan bertaubat kepadaNya. Alloh berfirman (artinya),
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Alloh merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. {Qs. Ar-Ruum (30): 41}.
Kelima: Alloh menginginkan agar kita tadhorru’ (tunduk dan merendahkan diri) kepadaNya serta bertaubat ketika datang musibah dan cobaan. Sebagaimana firmanNya:
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rosul-rosul) kepada umat-umat yang sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka bermohon (kepada Alloh) dengan tunduk merendahkan diri. Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Alloh) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras dan syaitanpun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan.” {Qs. Al- An’aam (6): 42-43}.
Ketika terjadi gempa bumi yang dahsyat pada zaman Khalifah ‘Umar bin Abdul ‘Aziz maka beliau selaku khalifah kaum muslimin menyuruh kepada seluruh gubernurnya untuk memerintahkan rakyatnya bertaubat kepada Alloh , bertadharru’ dan memohon ampun atas dosa-dosa mereka.
Wahai saudaraku… gempa bumi, gelombang tsunami, dan gunung meletus yang terjadi kemarin, menuntut kita semua untuk segera bertaubat kepada Alloh dari semua yang diharamkan olehNya, mentaati-Nya, menerapkan syari’atNya serta menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar.
Referensi : Kartu Da’wah eL DaSI
Kita sebagai hamba Alloh tidak akan pernah lepas dari kehendak dan taqdir Alloh. Alloh berfirman:
وَمَا تَشَاءُونَ إِلا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ (٢٩)
“Dan kalian tidak dapat menghendaki (menem-puh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Alloh, Robb semesta alam.” {Qs. At-Takwir (81) : 29}.
Kehendak Alloh pasti akan terjadi pada kita dan dalam kehidupan kita semua, dengan terpaksa ataupun rela hati kita menerimanya. Oleh karena itu, sebagai seorang muslim sudah seyogyanya bagi kita untuk tidak salah langkah dalam menyikapi datangnya musibah tersebut. Mungkin ada di antara kita yang meng-hadapinya dengan keluh kesah, frustasi, jengkel atau bahkan dengan melampiaskannya dalam berbagai bentuk tindakan yang tidak tepat, bahkan sampai ada yang berani menyalahkan dan menghujat Alloh dengan lontaran kata menggerutu: “Tuhan tidak adil!”
Untuk itu, Islam mengajarkan kepada kita bagaimana seharusnya kita bersikap tatkala musibah datang, yaitu:
1. Apapun yang terjadi, bahkan meskipun musibah datang dengan bertubi-tubi dan bergelombang, kita tidak boleh dan bahkan jangan pernah su’uzhon (buruk sangka) kepada Alloh . Nabi ber-sabda:
“Janganlah salah seorang di antara kalian mati melainkan dalam keadaan berprasangka baik kepada Alloh.” (HR. Bukhori dan Muslim).
Alloh berfirman dalam hadits qudsi-Nya: “Aku tergantung persangkaan hamba-Ku kepada-Ku” (HR. Bukhori dan Muslim).
Karena dengan husnuzhon (baik sangka) kepada Alloh atas musibah yang me-nimpa kita, maka musibah ini akan berubah menjadi rahmat dan anugerah, kesedihan menjadi kegembiraan, kegetiran hidup menjadi kebahagiaan. Dan pada akhirnya, musibah inipun dapat menjadi pelengkap indahnya kehidupan seorang muslim, kare-na kehidupan seorang muslim, semua hal yang dialaminya adalah sesuatu yang berharga baginya.
Rosululloh bersabda:
“Saya merasa kagum terhadap urusan seorang mukmin, ka-rena semua urusannya adalah baik baiknya, dan hal yang demikian ini tidak akan dapat dijumpai melainkan hanya dalam diri seorang mukmin. Yaitu apabila dia mendapat kebahagiaan, diapun akan bersyukur, dan hal ini baik baginya. Dan apabila dia mendapat kesusahan atau musibah, diapun akan bersabar, maka hal ini baik baginya.” (HR. Muslim).
Sebaliknya, Alloh berfirman tentang sikap orang-orang kafir yang berburuk sangka kepadaNya:
“dan yang demikian itu adalah prasangkamu yang telah kamu sangka terhadap Robb-mu, prasangka itu telah membinasakan kamu, Maka jadilah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” {Qs. Fushshilat (41) : 23}.
2. Dan apapun yang terjadi, jangan pernah berpaling dari agama Alloh , yaitu ajaran Islam yang tercinta, mulia dan yang mendatangkan kebahagiaan bagi kita, di dunia maupun di akhirat.
Rosululloh bersabda:
“Setiap amal perbuatan pasti akan datang masa semangat (seperti saat gembira) dan ada pula masa lemahnya (seperti saat ditimpa musibah). Barangsiapa yang saat masa semangatnya datang dia tetap beramal sunnah (Islam), maka dia akan beruntung. Dan barangsiapa yang saat masa lemahnya datang dia beramal selainnya (yang paling parah adalah hingga kufur), maka dia akan hancur binasa.” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban dan ath-Thohawi dengan sanad hasan).
3. Jauhilah segala perbuatan dosa yang menjadi pendorong dan penyebab datangnya musibah, seperti syirik, perbuatan zina, mencuri, judi, membunuh, durhaka kepada orang tua dan perbuatan-perbuatan maksiat lainnya.
4. Perbanyaklah doa dan istighfar.
“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun.” {Qs. al-Anfal (8) : 33}.
5. Jangan pernah mengharapkan kematian. Karena apapun yang terjadi, kehidupan kita sangatlah berharga, terutama kehidupan seorang muslim. Nabi bersabda,
“Janganlah salah seorang di antara kalian mengharapkan kematian karena penderitaan yang menimpanya.” (HR. Bukhori).
Saudaraku se-Islam yang dirahmati Alloh… sebagai seorang muslim kita meyakini rukun iman yang ke-enam, yaitu percaya kepada takdir Alloh , yang baik dan yang buruk.
Saudaraku… gempa bumi dan musibah lainnya yang baru-baru ini terjadi tidak lepas dari takdir Alloh . Kemudian apa hikmah di balik musibah tersebut?
Pertama: untuk menguji keimanan kita. Setiap orang yang beriman pasti akan diuji oleh Alloh , agar diketahui siapa yang benar-benar beriman dan siapa yang dusta. Alloh berfirman (artinya):
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka,....” {Qs. Al-Ankabut (29) : 2-3}.
Orang-orang yang beriman akan tabah dan sabar dalam menghadapi ujian tersebut dan tidak akan goyah sedikitpun ke-imanannya kepada Alloh .
Kedua: musibah –sekecil apapun- akan menggugurkan dosa-dosa. Nabi ber-sabda,
“Tidaklah seorang muslim ditimpa keletihan atau penyakit, atau kesusahan atau gangguan atau kemurungan, bahkan hingga duri yang menusuknya melainkan Alloh leburkan dengan dosa-dosanya.” (HR. Bukhori).
Bahkan boleh jadi, musibah itu terus menerus menimpa seorang mukmin sehingga ia berjalan di muka bumi tanpa memiliki dosa sedikitpun.
Ketiga: tabah dan sabar dalam menyikapi musibah dan cobaan adalah jalan menuju ke surga. Alloh berfirman (artinya):
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Alloh?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Alloh itu amat dekat.” {Qs. Al-Baqoroh (2) : 214}.
Sebagai orang yang beriman, kita yakin bahwa kehidupan dunia ini bukanlah kehidupan yang sebenarnya. Kehidupan yang sebenarnya adalah di akherat kelak. Oleh karena itu, janganlah kita larut dalam ke-sedihan karena kehilangan dunia. Harapan terbesar dan cita-cita tertinggi seorang mukmin adalah surga yang kekal abadi.
Keempat: musibah adalah teguran dari Alloh kepada hamba-hambaNya agar mereka kembali ke jalanNya dan bertaubat kepadaNya. Alloh berfirman (artinya),
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Alloh merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. {Qs. Ar-Ruum (30): 41}.
Kelima: Alloh menginginkan agar kita tadhorru’ (tunduk dan merendahkan diri) kepadaNya serta bertaubat ketika datang musibah dan cobaan. Sebagaimana firmanNya:
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rosul-rosul) kepada umat-umat yang sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka bermohon (kepada Alloh) dengan tunduk merendahkan diri. Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Alloh) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras dan syaitanpun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan.” {Qs. Al- An’aam (6): 42-43}.
Ketika terjadi gempa bumi yang dahsyat pada zaman Khalifah ‘Umar bin Abdul ‘Aziz maka beliau selaku khalifah kaum muslimin menyuruh kepada seluruh gubernurnya untuk memerintahkan rakyatnya bertaubat kepada Alloh , bertadharru’ dan memohon ampun atas dosa-dosa mereka.
Wahai saudaraku… gempa bumi, gelombang tsunami, dan gunung meletus yang terjadi kemarin, menuntut kita semua untuk segera bertaubat kepada Alloh dari semua yang diharamkan olehNya, mentaati-Nya, menerapkan syari’atNya serta menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar.
Referensi : Kartu Da’wah eL DaSI
Media Hikmah ....
Suatu ketika Rosululloh bercerita ada seorang pengelana yang kehilangan unta dan seluruh bawaannya di tengah padang pasir. Apa perasaan orang itu, tentu sangat bersedih. Namun, setelah beberapa saat dalam keadaan putus asa itu, tiba-tiba dari kejauhan nampaklah unta yang hilang itu berjalan mendekat. Apa perasaannya? tentu gembira sekali.
Kata Nabi , “Demi Alloh, Alloh lebih gembira dengan taubat hamba-Nya dari pada seseorang di antara kamu yang menemukan kembali miliknya yang hilang di tengah padang.” Rosululloh sedang menerangkan tentang taubat, dan betapa keluasan Rahman dan Rahim serta Maha Pengampunnya Alloh.
Taubat yang diperintahkan agar dilakukan oleh kaum mu’minin adalah taubat nasuha (yang semurni-murninya) seperti disebut dalam Al Quran:
“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Alloh dengan taubat yang semurni-murninya.” {Qs. at-Tahrim (66) : 8}.
Kata Nabi , “Demi Alloh, Alloh lebih gembira dengan taubat hamba-Nya dari pada seseorang di antara kamu yang menemukan kembali miliknya yang hilang di tengah padang.” Rosululloh sedang menerangkan tentang taubat, dan betapa keluasan Rahman dan Rahim serta Maha Pengampunnya Alloh.
Taubat yang diperintahkan agar dilakukan oleh kaum mu’minin adalah taubat nasuha (yang semurni-murninya) seperti disebut dalam Al Quran:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ يَوْمَ لا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (٨)
“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Alloh dengan taubat yang semurni-murninya.” {Qs. at-Tahrim (66) : 8}.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar