Marilah kita bertaqwa kepada Alloh swt, dan marilah kita realisasikan keimanan dengan melaksanakan risalah yang dibawa Rosululloh saw, karena kebahagiaan hakiki hanya dapat diperoleh dengan taat kepada Alloh swt dan Rosul-Nya.
Alloh swt berfirman:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ (١٠)
“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat”. {Qs. Al-Hujuraat (49) : 10}.
Rosululloh saw bersabda: “Seorang muslim adalah saudara dari muslim lainnya, dia tidak akan mendzoliminya maupun tidak akan membiarkannya. Orang yang membantu saudara-nya, maka Alloh akan membantunya. Orang yang melepaskan seorang muslim dari kesusahan-kesusahan, maka Alloh akan melepaskannya dari satu kesusahan diantara kesusahan-kesusahan pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang menutup aib seorang muslim, maka Alloh akan menutup aibnya pada hari kiamat”. (HR. Bukhori dan Muslim).
Demikianlah, Alloh swt dan Rosul-Nya mengabarkan kepada kita bahwa sesama muslim adalah bersaudara. Demikian ini diperintahkan Rosululloh saw dengan sabdanya:
“Dan jadilah kalian bersaudara, wahai hamba- hamba Alloh”.
Persaudaraan yang diperintah Rosululloh saw ini bukan sekedar ucapan lisan saja, atau pengakuan-pengakuan kosong. Tetapi ia membuahkan rasa yang tertanam di jiwa. Akarnya adalah cinta yang murni kepada Alloh swt. Hasilnya pergaulan baik dengan saudaranya, dan kemudian membelanya. Sebuah persaudaraan yang menuntut agar mencintai buat saudara kita, apa yang kita cintai buat diri kita sendiri, senang melihat saudaranya jadi orang yang shaleh, berwibawa, kuat, kaya dan berakhlak yang mulia.
Persaudaraan ini juga menuntut untuk sa-ling nasihat menasihati dengan cara terbaik, agar tujuan bisa tercapai.
Persaudaraan ini, juga menuntut agar kita membenci buat saudara kita, segala apa yang kita benci buat diri kita; tidak senang melihat saudara kita menjadi orang yang rusak, lemah, hina, dan memiliki akhlak yang rendah, jika kita melihat saudara kita rusak, maka kita tidak cukup mendo’akan kepada Alloh swt agar diperbaiki kondisinya. Akan tetapi, kita berdo’a kepada Alloh swt dan sambil melakukan usaha yang bisa menyelamatkan saudara kita dari kerusakan tersebut.
Diantara tuntunan lainnya dari persaudaraan ini, yaitu tidak menzhalimi saudara kita; baik dalam masalah hartanya, darahnya dan harga dirinya, sebagaimana kita tidak suka dizhalimi dalam masalah-masalah tersebut. Mungkinkah ada orang yang mengaku bersaudara dengan orang lain, sementara pada saat yang sama dia mengambil harta saudaranya tanpa alasan yang dibenarkan syari’at? Atau merebut barang dalam tawaran saudaranya?
Atau melamar wanita dalam pinangan saudaranya dengan ghibahnya (gunjingan)? Ini semua tidak mungkin dilakukan oleh seseorang kepada saudaranya, kecuali jika persaudaraan itu hanya sebatas pengakuan semata.
Khusus mengenai perbuatan terakhir, yaitu menzhalimi saudara dengan cara mengghibahnya, ini merupakan dosa besar. Namun layak disesalkan, ternyata perbuatan ini telah meluas dan diremehkan oleh orang-orang, padahal Alloh swt sangat jelas menerangkan hal ini dalam firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلا تَجَسَّسُوا وَلا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ (١٢)
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang”. {Qs. Al-Hujuraat (49) : 12}.
Saudaraku…!! Kembali kepada sabda Rosululloh saw,
“Barangsiapa membantu kebutuhan saudaranya, maka Alloh akan membantu kebutuhannya”.
Alangkah besar balasan yang Alloh swt janjikan. Misalnya, saudara kita mempunyai kebutuhan, kemudian kita datang memenuhi dan membantunya, maka Alloh swt akan memenuhi kebutuhan dan membantu kita dalam memenuhinya. Maka semua orang yang beriman dengan janji Rosululloh saw, sudah semestinya senantiasa membantu saudaranya. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk saudara kita. Misalnya, membantu yang kehilangan, membantu orang yang di zhalimi atau yang berbuat zhalim, membantu saudara kita yang lemah, baik secara ekonomi atau fisik, dan tentunya masih banyak lagi sesuai diri kita masing-masing. Intinya, orang yang membantu kebutuhan saudaranya, baik nilainya besar atau kecil, maka Alloh akan membalasnya sesuai dengan keikhlasannya.
Dalam sebuah hadits, Rosululloh saw bersabda:
“Hak seorang muslim atas seorang muslim yang lain ada enam. Rosululloh saw di-tanya: “Apakah itu, wahai Rosululloh?” beliau bersabda, “Jika engkau menjumpainya, maka ucapkanlah salam kepadanya. Jika ia mengundangmu, maka penuhilah undangannya. Jika ia meminta nasihat, maka nasihatilah dia. Jika ia bersin lalu mengucapkan alhamdulillah, maka do’a-kan-lah (dengan yarhamukalloh). Jika ia sakit, maka jenguklah ia, dan jika ia meninggal, maka iringilah jenazahnya (ke kubur)”. (HR. Muslim).
Dalam hadits ini, Rasulullah saw memberitahukan bahwa seorang muslim memiliki hak atas muslim lainnya. Diantara hak itu, ialah mengucapkan salam ketika berjumpa. Jika jauh darinya atau kira-kira tidak mendengar salamnya, maka hendaklah ia menggabungkan antara mengucapkan salam sambil memberikan isyarat, agar saudaranya mengetahui bahwa saudaranya mengucapkan salam kepadanya.
Sunnahnya, orang yang lebih muda me-ngucapkan salam kepada yang lebih tua. Yang lebih sedikit kepada yang lebih banyak (orangnya).
Orang yang berada di kendaraan kepada yang jalan. Dan yang jalan kepada yang duduk. Jika orang yang semestinya memulai salam ini tidak memulainya, maka hendaklah yang lain mengucapkan salam. Jangan sampai sunnah ini ditinggalkan, apalagi diganti dengan ucapan- ucapan yang tidak diajarkan syari’at dan tidak mengandung do’a, seperti: hai, hallo, dan lain sebagainya. Karena perbuatan mengganti itu adalah perbutan mengekor kepada orang-orang kafir. Wal iyadzu billah.
Alangkah naif jika ada seorang muslim berjumpa dengan saudaranya lalu mengucapkan kata-kata orang kafir dan bukan mengucapkan salam sebagaimana petunjuk Rosul-Nya. Padahal kita sudah mengetahui, salam itu memiliki berbagai kelebihan dan keutamaan. Oleh sebab itu, hendaklah kita menghidupkan sunnah ini, supaya tali persaudaraan kita semakin kokoh.
Diantara hak saudara kita juga, yaitu memberi nasihat jika saudara kita itu meminta nasihat. Sehingga hendaknya kita memberikan saran dengan sesuatu, yang kita sukai bagi diri kita sendiri, janganlah menipu saudara kita. Jika saudara kita mengajak bermusyawarah tentang bersahabat tentang persahabatan atau menikahi seseorang, maka hendak-lah kita memberikan saran ke arah kebaikan. Juga memperingatkannya dari bahaya yang mengancamnya, jika ia bergaul atau menikah dengan orang tersebut. Dan jika saudara kita meminta penjelasan tentang sesuatu yang harus dijauhi, maka hendaklah kita menjelaskan kepadanya agar ia menjauhinya, sebagaimana Rosululloh saw menjelaskan kepada Fatimah Binti Qais ra tentang dua lelaki yang melamarnya.
Saudaraku,! Diantara hak saudara yang lainnya, yaitu mendo’a-kannya jika bersin. Kita disunnahkan mengucapkan “Yarhamukalloh” kepada orang yang bersin jika dia mengucapkan “Alhamdulillah”. Jika ia tidak megucapkan “Alhamdulillah” maka kita tidak disunnahkan mendoakannya. Hal seperti ini juga masalah yang banyak dilalaikan banyak orang, baik yang bersin ataupun yang mendengarnya. Orang yang bersin, tidak lagi menganggap bahwa itu merupakan rahmat Alloh swt sehingga kita menyaksikan mereka tidak lagi mengatakan Alhamdulillah; akan tetapi justru mengucapkan kata-kata yang tak bermakna, bahkan kadang mengandung dosa.
Saudaraku!! Hak lainnya bagi seorang muslim atas muslim lainnya juga, yaitu menjenguknya ketika sakit. Orang yang sedang menjenguk saudaranya sesama muslim yang sakit, maka ia senantiasa dalam kebaikan. Orang yang sedang menjenguk orang sakit, hendaknya mengucapkan kata-kata yang bisa menimbulkan optimisme pada saudaranya yang sakit, dan mendo’akan sesuai dengan yang diajarkan Rosululloh saw, karena itulah sebaik-baik petunjuk. Juga jangan lupa untuk mengingatkan saudara kita yang sedang sakit, agar senantiasa mengingat dan menunaikan hak-hak Alloh swt dan hak-hak manusia se-suai kemampuannya. Demikian juga dalam hal mengurus jenazahnya bila saudara kita meninggal, hendaknya ikut mengiringinya sampai kubur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar