“Al-Qur’an bukan lagi dianggap sebagai wahyu suci dari Alloh kepada Muhammad , melainkan merupakan produk budaya (muntaj tsaqafi) sebagaimana yang digulirkan oleh Nasr Hamid Abu Zaid. Metode tafsir yang digunakan adalah hermeneutika, karena metode tafsir konvesional dianggap sudah tidak sesuai dengan zaman. Amin Abdullah mengatakan bahwa sebagian tafsir dan ilmu penafsiran yang diwarisi umat Islam selama ini dianggap telah melanggengkan status quo dan kemerosotan umat Islam secara moral, politik, dan budaya. Hermeneutika kini sudah menjadi kurikulum resmi di UIN/IAIN/STAIN seluruh Indonesia. Bahkan oleh perguruan tinggi Islam di nusantara ini hermeneutika makin digemari” (Hasil penelitian Litbang Departemen Agama terhadap paham Islam Liberal tentang al-Qur’an yang berkembang di Yogyakarta; didiskusikan tanggal 14 November 2006).
Saudaraku, kalau kita amati, memang JIL (Jaringan Islam Liberal) itu selalu memiliki pendapat yang berbeda dari kebanyakan masyarakat muslim di Indonesia.
Entah memang sebuah ketidaksengajaan atau sebuah kesengajaan (hanya untuk mengejar sensasi). Contoh dari nyeleneh JIL; mereka mengatakan bahwa jilbab tidak wajib bagi wanita, menyatakan penghalalan nikah seorang wanita Muslimah dengan laki-laki kafir, pendukungan terhadap penolakan RUU anti pornografi, pembela aliran-aliran sesat, mengatakan bahwa semua agama sama dan semua agama benar (pluralism) dan lain-lain.
Ketidaksengajaan kita rasa tidak mungkin, sebab kebanyakan dari pendukungnya adalah orang-orang “Intelektual Muslim” yang seharusnya bisa memahami kaidah-kaidah syari’at secara tepat. Maka sangat tepat jika dikatakan bahwa kesengajaan ini adalah sebuah perintah dan maklumat dari Big Boss mereka, agar mereka dapat menjadi corong-corong Liberal di Indonesia dan menaburkan kesesatan dan keraguan terhadap aqidah umat islam yang benar.
Ide-Ide Pokok Islam Liberal
Ide Pokok Islam Liberal terbagi menjadi beberapa Ide:
1. Kritik terhadap Teks al-Qur'an. Diantara tokoh kontroversi pemikiran Islam Liberal saat ini ialah Nasr Hamid Abu Zaid kelahiran Mesir yang kini sedang bertugas di Institut Pengkajian Asia, Universitas Leiden, Belanda, dan telah dihukum murtad oleh Badan Fatwa, Universitas al-Azhar, beberapa tahun lalu dikarenakan kritikannya kepada al-Qur’an dan aspek penting lainnya dalam Islam.
Seperti ucapannya ketika membicarakan tentang konsep wahyu dan kenabian Muhammad, dia memandang “Al-Qur’an hanya pada tingkat perkataan, bukanlah wahyu yang turun dari langit dalam bentuk kata-kata yang benar sebagaimana pernyataan klasik yang masih dipegang oleh berbagai kalangan, tetap merupakan spirit wahyu yang disaring melalui dan sekaligus diekspresikan dalam batasan intelek dan kemampuan bahasannya”.
Bahkan parahnya mereka tidak mau menyatakan “Alloh berfirman dalam al-Qur’an” sebab mereka menyatakan bahwa al-Qur’an adalah kata-kata Muhammad atau al-Qur’an adalah karya bersama antara Tuhan dan Muhammad.”
Selanjutnya Nasr juga menolak metode penafsiran dari para mufassir (penafsir) dari kelompok Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Untuk itu maka kelompok Liberal telah menemukan sebuah metode penafsiran tersendiri yang terkenal dengan metode Hermeunetika.
2. Ide pluralis agama. Selain dari kajian kritis mengenai al-Qur’an, satu lagi dari aspek pemikiran yang sedang berkembang saat ini yaitu pluralisme dalam beragama. M. Anis Thoha menjelaskan “Pluralisme agama adalah kondisi hidup bersama antara agama yang berbeda-beda dalam satu komunitas dengan tetap mempertahankan ciri-ciri spesifik atau ajaran masing-masing.” Sekali lagi sebenarnya seluruh produk ide ini tidak ada sama sekali di dalam Islam. Karena cikal bakal dari pluralisme agama ini berasal dari Barat. Bahkan beberapa peneliti dan sarjana Barat justru menganggap bahwa pluralisme ini memiliki akar kuat dalam pemikiran agama timur, khususnya dari India.
Di Indonesia diantara tokoh yang aktif dalam menjalankan pluralisme ini adalah Nur Cholis Majid atau lebih dikenal dengan Cak Nur. Dalam buku yang pernah dikarangnya dia pernah menuliskan “Umat Islam pun diperintahkan untuk senantiasa menegaskan bahwa kita semua, para pemegang kitab suci yang berbeda-beda adalah sama-sama penyembah Tuhan yang Maha Esa, dan sama-sama pasrah (muslim) kepada-Nya”
3. Penolakan terhadap syari’at Islam. Golongan Islam Liberal adalah kelompok yang sangat gencar di dalam penolakan ter-hadap syari’at Islam. Bukan hanya penolakan terhadap syari’at dalam Negara, tetapi juga merambah terhadap penerapan syari’at di dalam kehidupan keseharian, penolakan pemakaian jilbab, penolakan hukum waris dan masalah pernikahan beda agama. Khususnya di Indonesia isu ini yang paling sering diangkat oleh kelompok Islam Liberal yang menamakan dirinya dengan JIL (Jaringan Islam Liberal).
Sedangkan tokoh di Sudan yang sangat popular dalam menolak penegakkan syari’at Islam adalah Abdullah Na’im. Abdullah mempopulerkan bahwa “Syari’at adalah kemanusiaan, bukan sebuah kemutlakan dari Tuhan.”
Konspirasi Yahudi Di Balik Islam Liberal
Seluruh bentuk kesesatan dan kerusakan yang ada di tubuh Umat Islam tidak ada yang lepas dari tangan-tangan Yahudi di dalamnya.
Aliran-aliran sesat atau Golongan Islam Liberal contohnya merupakan salah satu dari kelompok yang dibuat oleh Yahudi untuk menghancurkan Islam dari dalam. Islam liberal adalah satu jaringan yang melibatkan kekuasaan politik dan intelektual yang mencoba untuk mengasimilasi ide Islam Liberal (kebebasan berfikir) dengan kerangka pemikiran yang baik dalam politik, ekonomi dan sosial.
Ternyata pendiri dari ide Islam Liberal adalah seorang Yahudi yang bernama Leonard Blinder, seorang sarjana berketurunan Yahudi yang memulai ide Liberal ini dengan bukunya yang berjudul Islamic Liberalism: A Critique of Development Idoligies. Kemudian ide ini diikuti oleh para intelektual muslim.
Selain itu kelompok-kelompok Islam Liberal dan alat-alat propaganda yang ada di beberapa Negara mayoritas (penduduknya) Islam telah didanai oleh kekuatan Yahudi yang berkedok badan kemasyarakatan, pendidikan, sosial, dan lain sebagainya. Seperti di Indonesia kelompok JIL (Jaringan Iblis La’natulloh) sebagai pengusung Islam Liberal di Indonesia dikabarkan kerap mendapatkan kucuran dana dari Asia Foundation yang diketahui merupakan salah satu lembaga Yahudi yang spesialis menangani kelompok-kelompok pengusung Liberalisme di Asia.
Sedangkan di Malaysia, IKD (Institut Kajian Dasar) diantaranya adalah didanai oleh Konrad Adenauer Foundation, sebuah yayasan yang dibentuk di Jerman atas desakan Amerika yang dianggap denda terhadap kekalahan Jerman pada Perang Dunia II.
Jadi jelas bahwa gerakan Islam Liberal merupakan proyek raksasa yang digunakan untuk menghancurkan Islam dari dalam.
Tokoh-Tokoh Islam Liberal
Gerakan Islam Liberal bukan hanya gerakan lokal semata, tapi sebuah gerakan global yang merambah ke seluruh belahan Negara Islam, mungkin bisa dikatakan bahwa setiap Negara memiliki jargon-jargon dari gerakan ini. Inilah diantara tokoh-tokoh gerakan Islam Liberal yang ada di dunia:
- Ali Bula (Turki)
- Mohammad Talbi (Tunisia)
- Humayun Kabir (India)
- Syed Wahiduddin (India)
- Abdul Karim Soroush (Iran)
- Farid Esack (Afrika Selatan)
- Hassan Hanafi (Mesir)
- Amina Wadud Muhsi (Amerika Serikat)
- Abdullah an-Na’im (Sudan)
- Ulil Absar Abdalla (Indonesia)
- Muhammad Arkoun (al-Jazair)
- Fattimi Mernissi (Maroko), dll.
Bahkan beberapa penyokong dari Islam Liberal ini merupakan orang-orang penting seperti:
- Syeikh Ali Abdul Raziq (Mesir, mantan menteri Auqaf).
- Asyraf Ali Asyqar (India-Ulama Hadits).
- Marina Mahathir (Anak mantan Perdana Menteri Malaysia).
- Alwi Shihab (Indonesia, mantan menteri luar negeri).
Islam Liberal Sebuah Agama baru
Dibentuknya Mazhab Islam Liberal se-sungguhnya memiliki maksud untuk memutarbalikkan kebenaran Islam, menabur keraguan untuk mendangkalkan keyakinan umat, dan berusaha untuk menjauhkan umat Islam. Sampai di Indonesia radio satelit pertama di Indonesia “68 H” didirikan untuk menjadi alat propaganda Islam Liberal. Bahkan sampai batas tertentu, mazhab ini berusaha memurtadkan umat Islam untuk kemudian mendorong mereka agar memeluk keyakinan baru (demokrasi, sekulerisme, sinkretisme, humanisme).
DR. Anis Malik Thoha menyimpulkan bahwa seluruh gagasan yang dikembangkan oleh JIL merupakan gagasan agama baru dan jika ide ini dikembangkan di Negara yang mayoritas penduduknya adalah Islam, maka sangat me-nguntungkan sekali bagi proses kristenisasi .
Diantara ajaran JIL adalah pluralisme, maka pluralisme ini adalah agama baru, dimana dia punya tuhan sendiri, nabi sendiri, kitab suci dan ritual keagamaan sendiri, sebagaimana humanisme adalah sebuah agama seperti yang dikatakan August Comte, lanjutnya. Lebih jelasnya kami hendak menjelaskan dengan teori civil religion yang dikembangkan oleh seorang sosiolog modern yang berkebangsaan Amerika, yaitu Robert N. Bellah. Dalam studi kasusnya, Bellah menjadikan Amerika Serikat sebagai sebuah Negara yang pluralis dan demokratis. Dalam pengamatannya yang berkembang di Amerika adalah civil menjadi sebuah agama, yaitu agama yang tidak berpihak pada agama-agama tradisional apapun yang dipeluk oleh warga Amerika.
Buktinya menurut dia, adalah tidak ada seorangpun presiden Amerika hingga saat ini yang tidak menyebut nama God dalam pidato resmi kenegaraannya. Dan tidak ada seorangpun dari presiden Amerika yang menyebut nama Tuhan agamanya atau agama tertentu (Seperti Jesus Crist). Dari sini ia menyimpulkan bahwa God disini adalah Tuhannya rakyat Amerika adapun kitab sucinya adalah teks-teks yang disucikan secara nasional, seperti the Text of Declaration of Independence, dan nabi mereka adalah para pendiri Amerika dan presidennya. Sedangkan ritual keagamaan adalah hari-hari besar nasional mereka.
Inilah hakikat sebenarnya Islam Liberal. Strategi yang sedang digunakan oleh Libe-ral adalah mengaburkan pemahaman Islam yang benar dan membuat kaidah baru dalam agama Islam, tetapi tanpa disadari mengarah kepada pembentukan sebuah agama baru. Dan tentu saja Islam Liberal merupakan Yahudi berkedok Islam yang hendak menerkam keyakinan yang telah absolut dari umat Islam, maka tidak ada jalan lain melainkan harus tetap waspada dalam meng-hadapi gempuran Yahudi berkedok Islam ini.
Referensi :
- Majalah Dunia Islam E.3, Mei 2006 M, Dari berbagai Sumber.
- 50 tokoh Islam Liberal, Budi Handrianto, Hujjah Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar