18 April 2011

Tauhidulloh (Mengesakan Alloh swt)

A. Arti Tauhid.

Alloh swt adalah pencipta alam semesta dan seluruh isinya. Dia adalah Zat Yang Maha sempurna, Maha Suci dari semua sifat kekura-ngan dan kelemahan. Tidak butuh kepada siapa pun, sedangkan semuanya butuh kepada-Nya. Tidak ada sekutu ataupun pembantu bagi-Nya. Tidak beristri, tidak berputra, tidak bermula, dan tidak berakhir. Maha Kuasa atas segala sesuatu. Maha penyayang dan Maha pemberi. Alloh swt memerintahkan kepada hamba-hamba Nya agar tidak menyembah kecuali kepada-Nya saja. Itulah Tauhid.

وَقَضَى رَبُّكَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاهُمَا فَلا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلا كَرِيمًا (٢٣)

Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah (beribadah) kecuali ha-nya kepada-Nya. ...” [QS. Al-Isra’(17) : 23].

Tauhid adalah mengesakan Alloh swt dalam rububiyah-Nya, yaitu dalam perbuatan- perbuatan ketuhanan-Nya, dan dengan mengesakan dan memuliakan nama-nama dan sifat-sifat-Nya serta mengesakan Alloh swt pada hak-hak-Nya sebagai tuhan untuk seluruh alam. Jadi Tauhid artinya mengimani bahwa hanya Alloh-lah satu-satunya robb (tuhan), satu-satunya ilah (sesembahan), dan mengimani seluruh nama-nama-Nya dan sifat-sifat-Nya.

B. Lawan Tauhid Adalah Syirik.

Sebaliknya, Alloh swt melarang keras hamba-hamba-Nya berbuat syirik. Syirik arti-nya mengakui ada sesuatu selain Alloh yang menyamai Alloh dalam salah satu sifat-Nya, atau menandingi kekuasaan-Nya, atau mempersembahkan satu bentuk peribadatan kepada selain Alloh swt. Syirik yaitu menyekutukan Alloh swt dalam rububiyah-Nya atau dalam nama-nama dan sifat-sifat-Nya serta hak-hak ke-Ilahan-Nya, atau menyekutukan pada salah satu atau sebagiannya. Dan Alloh mengancam mereka dengan firman-Nya:

Sesungguhnya Alloh tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Alloh, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” [QS. An-Nisaa (4) : 48].

C. Kedudukan Tauhid.

1. Tauhid merupakan tujuan penciptaan manusia.

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada Ku saja.” [QS. adz-Dzâriyât (51) : 56].

2. Alam semesta berdiri di atas tauhid.

Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Alloh, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Alloh yang mempunyai ‘Arsy (singgasana) dari pada apa yang me-reka sifatkan.” [QS.al-Anbiyâ’ (21) : 22].

3. Siapa yang berbuat syirik dan meninggalkan tauhid, maka akan kekal di neraka Jahannam.

“... Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Alloh, maka pasti Alloh swt mengharamkan atasnya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zôlim itu seorang penolong pun.” [QS. al-Mâ’idah (5) : 72].

Barangsiapa mati dan dia beribadat (sewaktu hidupnya) kepada selain Alloh, masuklah ia kedalam neraka.” (HR. Al-Bukhari).

4. Alloh swt tidak mengampuni dosa syi-rik, bila pelakunya mati sebelum taubat.

“Sesungguhnya Alloh tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Alloh, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” [QS. An-Nisaa (4) : 48].

Diantara bentuk-bentuk kesyirikan yang sering terjadi ialah: memohon kepada selain Alloh swt sesuatu yang hanya dapat diberikan oleh Alloh swt (seperti jodoh, anak, kekayaan, kesembuhan, dll); mempersembahkan kurban atau menyembelih binatang untuk selain Alloh swt, atau untuk sesuatu yang dijadikan perantara antara makhluk dengan Alloh swt seperti kuburan, tempat-tempat keramat, dll; sihir dengan berbagai bentuknya seperti santet, tenung, pelet; dan perbuatan-perbuatan mistik-mistik lainnya seperti perdukunan, para normal, dan lain sebagainya.

Semua bentuk-bentuk syirik diatas tidak bisa dihalalkan oleh niat yang baik atau kata-kata “Yang kita tuju sebenarnya adalah Alloh swt” atau “Ini hanya sebagai ikhtiar” atau pun kata-kata lainnya yang menipu.

5. Siapa yang memegang tauhid dan tidak berbuat syirik, akan masuk surga.

Rosululloh saw bersabda:

Seorang laki-laki dari umatku dipanggil di hadapan para makhluk pada hari kiamat. Kemudian ditampakkan kepadanya 99 lembar catatan. Setiap lembarnya sejauh mata memandang. Kemudian dikatakan padanya: ‘Apakah engkau mengingkari ini?’. Ia berkata: ‘Tidak, wahai Robb!. Lalu dikatakan: ‘Apakah engkau memiliki suatu kebaikan?’. Maka laki-laki itupun tertunduk karena haibah (keagungan Alloh) sambil berkata: ‘Tidak wahai Robb!’. {Muslim mana yang dihadapan tuhannya, bahwa ia mengatakan (mengaku) memiliki suatu kebaikan. Dan muslim mana yang tidak memiliki dosa (kesalahan):red}. Maka dikatakan: ‘Tidak demikian. Karena engkau masih memiliki kebaikan disisi Kami, dan kamu tidak akan dizolimi!’. Maka dikeluarkan untuknya sebuah Bitoqoh (kartu amal) yang di dalamnya ada kesaksian ‘Asyhadu an Lâ Ilâha illalloh wa Asyhadu anna Muhammadar Rosûlulloh. Maka orang itu berkata: “Wahai Robbku, apakah artinya bitoqoh seperti ini?”. Maka dikatakan: “Kamu tidak akan dizolimi”. Kemudian 99 lembar catatan-catatan diletakkan dalam satu timbangan dan bitoqoh dalam timbangan yang lain, maka bitoqoh itupun lebih berat.” (HR.Tirmidzi dan Hâkim).

(Syahadat ialah persaksian dengan hati dan lisan, dengan mengerti maknanya dan mengamalkan apa yang menjadi tuntutannya, baik zhahir maupun batin).

Rosululloh saw tidak mencukupkan hanya dengan mengucapkan Laa ilaaha illAlloh akan tetapi harus pula dipahami dan diamalkan konsekuensinya.

Ucapan ini memang merupakan sebab untuk masuk surga (menjadi penyelamat dari kekekalan neraka), akan tetapi hal itu dapat dicapai bila terpenuhi syarat-syaratnya dan dihilangkan segala pembatalnya.

6. Tauhid merupakan sebab utama terhapusnya dosa-dosa.

Dari Anas bin Malik ra, ia mendengar Rosululloh saw bersabda bahwa Alloh swt berfirman
(dalam hadits Qudsi):

Wahai anak cucu Adam, seandainya engkau datang menemui-Ku dengan membawa kesalahan (dosa) sepenuh bumi namun dalam keadaan tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatupun (tidak syirik kepada-Ku), niscaya Aku akan menemuimu dengan membawa magfiroh (ampunan) sepenuh bumi pula!” (HR.Tirmidzi).

Demikian agung dan pentingnya kedudukan tauhid dalam Islam dan demikian sangat berbahaya pelanggarannya, yaitu syirik. Bahkan seluruh ritual peribadatan Islam adalah realisasi dari tauhid itu sendiri, dan tujuannya pun harus tauhid! Jika tidak demikian, maka sia-sialah seluruh peribadatan tersebut.

Dalam rangka mentauhidkan Alloh swt kita wajib meyakini sifat-sifat-Nya seperti maha pencipta, Yang memberi rizqi, Yang menghidupkan, Yang mematikan, Yang menyembuhkan orang sakit, Yang mengetahui perkara-perkara ghaib dll, serta kita tidak boleh memberikan sebagian dari sifat-sifat Ketuhanan tersebut kepada selain Alloh swt, wajib beribadah hanya kepada-Nya. Demikian juga Rosululloh saw telah mengarahkan ummatnya agar dalam berdoa dan memohon hanya ditujukan kepada Alloh swt semata, sebagaimana sabdanya:

Jika engkau hendak meminta maka mintalah kepada Alloh. Jika engkau hendak memohon pertolongan maka mohonlah pertolongan kepada Alloh....” (HR. Tirmidzi)

Alloh swt berfirman:
Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?”, niscaya mereka menjawab: “Alloh”. Katakanlah: “Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Alloh, jika Alloh hendak mendatangkan kemudaratan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilang-kan kemudaratan itu, atau jika Alloh hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya?. Katakanlah: “Cukup-lah Alloh bagiku”. Kepada-Nya lah bertawakal orang-orang yang berserah diri.” [QS.Az-Zumar (39) : 38].
--------------------------------------------------------

Rujukan:
  1. Kitab Tauhid, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.
  2. Kartu da’wah eL DaSI.
  3. Mudzakkiroh fit Tauhid, Abdur Razzaq Afifi –Rahimahulloh-.
  4. Al-Qoulul Mufid ‘ala Kitabit Tauhid, Muhammad bin soleh al-Utsaimin –rohimahulloh-.
  5. Al-Qoulus Sadid-Syarh Kitabit Tauhid, AbdurRahman bin Nashir as-Sa’di –rohimahulloh-.
  6. Tauhid Uluhiyah, Muhammad bin Ibrohim al-Hamd.
  7. At-Tauhid fi Masirotil ‘Amal al-Islamiy Bainal Waqi’ wal Ma’mul, Abdul Aziz bin Abdulloh az-Zugoibi al-Husaini.
  8. Sirotil Mustaqim, pustaka MIM.
  9. Hakekat Tauhid dan makna Laa ilaaha illAlloh, Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan Al Fauzan, pustaka Al-Haura.
  10. Ighatsatul Lahafan.
  11. Majmu’ah At Tauhid, dll.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar