23 April 2011

Mengapa Harus Belajar Ilmu Syar’i

Sesungguhnya Alloh swt menciptakan hamba-Nya bukan karena iseng, tapi dengan tujuan yang pasti yakni untuk beribadah kepada-Nya. Ibadah tidak diterima jika tidak ikhlas dan sesuai contoh sehingga dalam beribadah harus didasarkan ilmu syar’i.


Tujuan Penciptaaan Makhluk

Ketahuilah wahai saudaraku yang semoga Alloh swt melimpahkan rahmat-Nya kepada-mu, bahwasanya Alloh swt menciptakan alam semesta ini bukanlah karena iseng atau sekedar main-main, akan tetapi Alloh swt menciptakan alam semesta ini dengan tujuan yang pasti yakni untuk menguji siapa diantara hamba-Nya yang pantas untuk memasuki surga yang penuh kenikmatan dan siapa diantara hamba-Nya yang pantas untuk disiksa di neraka. Alloh swt berfirman,

أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لا تُرْجَعُونَ (١١٥)


“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” {Qs. Al-Mu’minun (23) : 115}.

Alloh swt juga berfirman,

Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main.” {Qs. Al-Anbiyaa (21) : 16}.

Kemudian Alloh swt menjelaskan tujuan penciptaan kehidupan ini.

“Maha Suci Alloh Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” {Qs. Al-Mulk (67) : 1-2}.

Fudhail bin ‘Iyad menjelaskan bahwa yang paling baik amalnya adalah yang paling ikhlas dan paling benar (sesuai contoh).

Perhatikanlah wahai saudaraku, Alloh swt tidak mengatakan yang paling banyak amalnya! akan tetapi yang paling baik amalnya, sehingga dalam beramal perlu ilmu karena amalan tanpa didasari dengan ilmu itu tidak diterima, selain itu beramal perlu keikhlasan, hanya karena Alloh swt saja.

Alloh swt juga menjelaskan bahwa tujuan penciptaan adalah untuk beribadah kepada-Nya.

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. {Qs. Adz-Dzariaat (51) : 56}.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata “Makna ibadah adalah taat kepada Alloh swt dengan menjalankan apa-apa yang diperintahkan-Nya melalui lisan-lisan para rasul.”

Beliau menjelaskan lagi bahwa “Ibadah adalah hal yang mencakup segala perkataan dan perbuatan, baik yang lahir maupun yang bathin yang dicintai dan diridhai Alloh swt.


Alloh swt mengirim utusan yang harus ditaati

Alloh swt tidak membiarkan begitu saja makhluk yang telah diciptakan-Nya, bahkan membimbing mereka dengan diutusnya para rasul yang bertugas untuk menunjukkan jalan kebaikan dan memperingatkan dari jalan-jalan keburukan.

“Sesungguhnya Kami mengutus kamu de-ngan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Dan tidak ada suatu umatpun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan. {Qs. Faathir (35) : 24}.

Taat kepada Rasul berarti juga taat kepada Alloh swt

“Katakanlah: ’Jika kamu (benar-benar) mencintai Alloh, ikutilah aku, niscaya Alloh mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.’ Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penya-yang”. {Qs. Ali-Imran (3) : 31}.

Rosululloh saw bersabda,

“Semua umatku akan masuk surga, kecuali yang enggan”. Para Sahabat bertanya “Ya Rasulullah, siapa yang enggan tersebut?” Beliau menjawab “Barangsiapa yang taat kepadaku, niscaya akan masuk surga dan barang siapa yang mendurhakaiku maka dialah yang telah enggan masuk surga” (HR. Bukhari).

Adakah jalan selain dengan mempelajari Al-Quran dan Hadits, kita dapat memahami apa-apa yang diperintahkan dan dilarang?

Paham tidaknya seseorang tentang Islam merupakan salah satu tanda keselamatan seseorang, dalam sebuah hadits Rosululloh saw bersabda,

“Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Alloh, maka Alloh akan membuatnya pandai dalam agamanya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Apakah kebaikan di dunia itu? Kebaikan di dunia adalah ilmu dan amal shalih. Adapun kebaikan di akhirat adalah surga.

Rosululloh saw menegaskan bahwa amalan yang tidak dicontohkan tidak akan diterima sebagaimana sabdanya,

“Barangsiapa yang beramal tanpa ada perintahnya, maka amalan tersebut tidak diterima.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Oleh karena itu, menuntut ilmu syar’i menjadi kewajiban setiap muslim, yakni ilmu yang apabila seseorang tersebut tidak mengetahuinya dapat terjatuh dalam pelanggaran aturan Alloh swt, apakah berupa melakukan keharaman yang seharusnya dia tinggalkan atau berupa meninggalkan kewajiban yang seharusnya dia laksanakan, yakni ilmu tentang tauhid, aqidah, shalat, wudhu, puasa dan lain sebagainya.


Referensi
1. Syarh Tsalatsatil Ushul, Syaikh Utsaimin.
2. Kitabul Ilmi, Syaikh Utsaimin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar