22 April 2011

Pengaruh- Pengaruh Ajaran Yahudi di Asia Tenggara

وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلا نَصِيرٍ (١٢٠)


“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Alloh Itulah petunjuk (yang benar)”. dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemau-an mereka setelah pengetahuan datang kepada-mu, Maka Alloh tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” {Qs. Al-Baqarah (2) :120}.

Dari Abi Sa’id ra, Rosululloh saw bersabda,:

“Kamu sekalian akan mengikuti jejak-jejak orang sebelum kamu, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta sehingga walaupun mereka masuk ke lubang biawak, niscaya kamu mengikuti jejaknya itu”. Kami bertanya: “Ya Rosululloh, orang Yahudi dan Nashroni-kah?” Jawab Nabi saw: “Maka siapa pula? (siapa lagi kalau bukan mereka?)” (Hadits Sohih Riwayat al-Bukhori).

Sabda Nabi saw:

“Siapapun yang meniru-niru suatu kaum, maka ia telah termasuk ke dalam golongan kaum itu.” (HR. Ahmad dan Abu Daud).

Dan disebutkan dalam hadits shohih al-Bukhori, Rosululloh  melarang menyerupai kebiasaan orang Yahudi dan Nashrani.

Pada masa awal perkembangan Islam di Asia Tenggara, pengaruh-pengaruh ajaran Yahudi telah tampak di antaranya:

1. Membaurkan aqidah dan syari’at Islam dengan ajaran agama setempat.
Diantaranya: Dewa-dewa masih dipercaya dan diberi sajian, misalnya dewa jahat “Kala” sangat ditakuti terutama di Jawa, sehingga diadakan upacara ruatan untuk menghindari kejahatannya. Upacara-upacara yang berasal dari ajaran agama Hindu, Budha tetap dilakukan ketika hamil 7 bulan, melahirkan, kematian dsb. Kitab Mahabharata dan Ramayana diberi unsur-unsur Islam.

Kebiasaan mengikuti agama setempat itu adalah kebiasaan orang-orang Yahudi yang telah ditiru oleh orang-orang Nashrani, kemudian diikuti pula oleh kaum Syi’ah, sufi dan pengikut para filusuf. Orang Yahudilah penanam sistem adaptasi taqiah tersebut. Orang Yahudi yang mengembara di negeri orang telah mengambil alih ajaran agama Mesir, Kan’an, Khaldan, Assiria, dan filsafat Yunani, lalu diberinya baju Yahudi.

Pembauran ajaran Islam dengan agama setempat telah terjadi di Indonesia, Malaysia dan sekitarnya.


2. Dongeng Israiliat.

Dongeng-dongeng ini berpangkal dari orang-orang Yahudi, mereka masuk Islam kemudian mereka bercerita tentang asal kejadian alam, tentang Nabi-nabi yang menyimpang, malaikat yang berdosa dan sebagainya.

Pandangan Yahudi terhadap Nabi Isa as dan Maryam: “Yesus itu bukan orang suci, ia anak haram yang lahir dari Maria seorang Pelacur.” (Jesus of Nazaret: 47-54).
(Catatan: Mariam itu wanita suci bukan pelacur, sedangkan Nabi Isa as adalah seorang Rosul).

Dongeng-dongeng Israiliat kelak dibukukan dan tersebar di kalangan umat Islam. Di antara mereka pembawa dongeng-dongeng itu: Wahab bin Munabih, Kabul Akhbar dan Abdullah bin Sabba. Untuk memperkuat dongeng Israiliat itu dibuatnya hadits-hadits palsu oleh kaum munafiq dari bangsa Yahudi pula.

Dongeng Israiliat tersebar sampai ke Asia Tenggara, dibawa oleh penyebar-penyebar agama Islam sebagai bumbu dakwah dan tablighnya secara lisan ataupun tulisan dalam bahasa melayu. Pada abad XIV Masehi telah ditemukan kitab tulisan tangan tentang do-ngeng-dongeng tersebut.


3. Berpantang pada hari Sabtu.

Berpantang pada hari sabtu termasuk syari’at agama bangsa Yahudi yang tertulis dalam Sefer Taurat. Melalui hadits-hadits palsu buatan Yahudi, kebiasaan ini tersebar pada masyarakat Islam. Mereka berpantang bepergian jauh, menikah, bercukur, mendirikan rumah atau membuka kebun pada hari sabtu, kecuali diberi penangkal azimat-azimat. Para kahin (dukun) telah menyediakan dirinya untuk membuat penangkal-penangkalnya. (Catatan: Islam tidak pernah mengajarkan ini. Alloh swt Yang Maha Bijak telah berkehendak bahwa hal-hal yang tidak kita inginkan (bala’) tidak bisa ditolak kecuali dengan melaksanakan perintah-perintah Alloh swt yang Mulia. Ali ra pernah berkata: “Tidak turun petaka (bala’) itu melainkan karena dosa dan tidak akan diangkat melainkan dengan taubat.”).


4. Membuat rumah kubur dan beribadat diatasnya.

Orang Yahudi telah meniru kebiasaan orang Mesir (Fir’aun) dan Khaldan dalam pembuatan rumah kubur, lalu diikuti oleh orang Nashrani dan akhirnya ditiru kaum Sufi. Jika guru besar di antara mereka meninggal, dibangunnya rumah kubur, berkubah dan didalamnya berkelambu. Kuburan semacam ini dinamakan “Keramat wali” yang dipuja dan tempat bertawasul.
(Catatan: Islam melarang adanya bangunan diatas kuburan).

Diriwayatkan dari Aisyah dan Abdullah bin ‘Abbas keduanya mengatakan : Ketika ada orang datang kepada Rosululloh saw beliau mengusapkan bajunya pada wajahnya, lalu beliau membuka wajahnya dan dalam keadaan begitu beliau bersabda, “Laknat Alloh atas orang-orang Yahudi dan Nashrani yang menjadikan kubur nabi me-reka sebagai tempat shalat.” Beliau mengingatkan apa yang diperbuat oleh mereka. [Hadits ini juga diriwayatkan oleh Al-Bukhori, nomor hadits 435-436].


5. Bersumpah atas nama nabi.

Orang-orang Yahudi biasa meletakkan kedua belah telapak tangannya di atas kitab Taurat lalu mengucapkan sumpahnya dimulai dengan: “Demi Yehowa, demi Mosa, demi Daud, demi Ezra, dsb.” Ataupun ia bersumpah: “Demi Yehowa, demi Mosa, demi Daud, dan Taurat di atas kepalaku.” Bahkan dalam Sefer Qabbala III: 21 tertulis: “….jika kamu tidak mengakuinya juga maukah kamu bersumpah mayat atau menginjak Taurat?” kebiasaan ini tersebar pada masyarakat Islam, timbullah ucapan Demi Alloh demi Rosululloh sambil meletakkan kedua belah telapak ta-ngan di atas al-Qur’an atau dijunjungnyalah al-Qur’an itu. Bahkan ada yang melewati batas: “Demi Alloh, demi Rosululloh, aku benar-benar tidak melakukannya, aku berani walaupun disuruh menginjak atau menduduki al-Qur’an.” (Na’udzubillah. Kebiasaan ini sudah dianggap ketentuan yang mesti di dalam persidangan sekarang ini).


6. Memuliakan seorang sahabat dan mencela yang lainnya.

Nabi Musa as mempunyai beberapa orang sahabat yang terpercaya. Orang Yahudi biasa memuja seseorang diantaranya dan mencaci maki sahabat nabi Musa as lainnya. Pengaruh ini dibawa oleh Abdullah bin Sabba, timbullah pemujaan terhadap sahabat Ali ra dan mencaci maki sahabat nabi  lainnya.

(Ini adalah aliran buatan Yahudi yang mengaku sebagai Islam yang menamakan di-rinya Syi’ah, Semoga Alloh  melaknatnya).


7. Gemar membuat upacara bid’ah.

Orang Yahudi telah membuat pelbagai upacara peribadatan baru untuk melengkapi syari’at Nabi Musa , kian lama kian bertambah sampai akhirnya Taurat sendiri diubahnya, diberi tambahan dan pengurangan. Kebiasaan ini menular pada ummat Islam dan sampai pula ke Asia Tenggara, mereka tidak puas dengan syari’at yang dicontohkan Nabi  sehingga diberilah pelbagai macam bumbu dan tambahan-tambahan.

(Kita dilarang membuat hal-hal baru di dalam syari’at Islam).

Barangsiapa mengada-adakan suatu perkara baru di dalam urusan (agama) kami ini padahal bukan termasuk darinya, maka ia tertolak.” (Muttafaqun ‘alaih).


8. Penambahan makanan yang haram.

Karena pengaruh orang-orang Yahudi, makanan yang diharamkan dalam al-Qur’an ditambah dengan binatang yang telah diharamkan dalam Taurat. Kebiasaan semacam ini konon dimulai oleh orang-orang Yahudi di Iraq, mereka masuk Islam tetapi kebiasaan berpantang makanan di dalam taurat sudah terbiasa, murid-murid mereka akhirnya menuruti gurunya itu. Kebiasaan ini akhirnya menjadi hukum dan tersebarlah sampai ke Asia Tenggara, dibawa penyebar Islam dari Yaman Selatan.


9. Kebiasaan menjual barang haram.

Karena makanan itu haram, terpaksa dijual kepada orang lain yang menyukainya.


10. Pengaruh Yahudi lainnya yakni: Mempersukar peribadatan, menghalalkan riba dengan diberi istilah lain, menikahkan perempuan hamil, istilah Nabi besar, membuat sistem kerahiban dan lain-lainnya.

Sistem kerahiban inilah yang menyebabkan timbulnya pemujaan guru yang dianggap sebagai wali Alloh. Dikarangnya manaqib guru tersebut dengan cerita yang aneh-aneh dan bertentangan dengan Islam. Di Asia tenggara tersebar cerita tentang Wali Sembilan yang mirip cerita-cerita Hindu, cerita tentang Syarif Kabungsuan, Syekh Makudum dsb. Dalam cerita wali-wali di Asia Tenggara itu, biasanya selalu dihubungkan dengan keturunan sahabat Ali ra.

Wallohu’alam..
---------------


Referensi :
  1. Buku: Kabut-kabut Fremasonry melanda dunia Islam, al-Huda.
  2. Murnikan Aqidahmu, Buletin Nurul Haq, No. NH /07/001/September 2007 M/Sya’ban 1428 H.
  3. Khurafat dan Awham, Buletin Nurul Haq, No. NH/019/08/11 Januari 2008 M/2 Muharram 1429 H.
  4. Ringkasan Shahih Muslim, Imam al-Mundziri, Pustaka Amani, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar