22 April 2011

Keunggulan Budaya Islam Generasi Awal

Saudaraku… tahukah anda, kekuatan dan keunggulan apakah yang berhasil diraih oleh umat Islam dari generasi awal ketika mereka mempercayai keuniversalan Islam, dan keabadian risalah Islam? Kebudayaan dan peradaban seperti apakah yang berhasil mereka bangun ketika mereka bertitik tolak dari persepsi bahwa Islam itu adalah agama dan negara, ibadah dan politik, mushaf (al-Qur’an) dan pedang (Da’wah wal Jihad), serta sistem hukum dan kondisi hidup?


Kekuatan dan Keagungan

Ketika makna-makna Islam yang universal dan general itu sudah terpatri kuat dalam hati sanubari para sahabat Rosululloh saw, tabi’in, dan generasi sesudahnya, mereka pun kemudian keluar dari kampung halaman mereka yang sempit dan lingkungan mereka yang tertutup menuju ke berbagai penjuru dunia, membangun kemajuan bangsa-bangsa, membawa kebajikan bagi umat manusia, serta menebarkan benih-benih tauhid. Mere-ka memancangkan tonggak-tonggak peradaban dan kebudayaan di berbagai pelosok dunia, memantulkan cahaya-cahaya ilmu dan makrifah di jagad semesta, menoreh-kan prinsip-prinsip kebebasan, keadilan, dan persamaan di atas kanvas zaman, serta membebaskan manusia dari penyembahan kepada sesama makhluk hingga manusia ha-nya menyembah kepada Alloh swt semata, dari kesempitan dunia kepada keluasannya, dan dari kesewenang-wenangan agama-agama kepada keadilan Islam.

Adalah suatu kejutan yang sangat fantastis bahwa Rosululloh saw belum lagi berpulang ke rahmatulloh sementara Islam sudah menyebar ke seluruh jazirah Arab, memasuki negeri Yaman dan Bahrain, hingga sampai ke Tihamah dan Nejed.

Pada masa Khulafa ar-Rosyidin ra, kaum muslimin berhasil menaklukkan dua imperium superpower saat itu, yakni Persia dan Romawi. Mereka juga berhasil melakukan ekspansi ke berbagai Negara, antara lain Sind (di barat daya India), ke negeri Khazar, Armenia, dan Rusia. Juga ada beberapa Negara yang tidak luput dari pengaruh Islam, seperti negeri Syam (Suriah), Mesir, Barqah, Tripoli, dan sebagian benua Afrika. Penaklukan ini berhasil dirampung hanya dalam kurun waktu 35 tahun.

Pada masa dinasti bani Umayah, raja-rajanya berlayar mengarungi samudra untuk memperluas wilayah kerajaan mereka hingga memasuki negeri Sind, sebagian besar negeri India. Mereka juga mencapai batas territorial Cina di timur, dan memasuki Andalusia di Barat.

Dan pada masa dinasti Abbasiyah, salah seorang khalifahnya, Harun ar-Rosyid, kepada dunia telah sanggup memperlihatkan kebesaran dan keluasan wilayah kekuasaan Islam yang membentang dari timur ke barat, dan dari utara ke selatan. Selain itu, beliau pernah berseru kepada gumpalan awan yang berarak, tetapi belum kunjung menurunkan hujan: “Turunlah air hujan di mana saja engkau mau karena hasil-hasilmu akan kami nikmati jua.”

Saudaraku… Islam menguasai 2/3 dunia (yang mana 1/3 nya adalah lautan)? Yang dapat dikatakan bahwa Islam menguasai seluruh dunia.

Kaum muslimin masih tetap merasakan kekuatan dan keagungan hingga Khilafah Utsmaniah lenyap di tangan pengkhianat, Mustafa Kemal Ataturk tahun 1924. Seiring dengan lenyapnya khilafah itu yang diganti dengan pemerintahan sekuler (pemisahan antara Islam dengan Negara), kemuliaan dan keagungan pun perlahan surut dari negara-negara Islam, lalu berganti kelemahan dan rasa pengecut, sehingga jadilah negeri Islam sebagai barang mainan di tangan negara-negara raksasa Barat, utamanya Inggris dan Prancis. Bahkan sesudah Perang Dunia II, kaum muslimin diperebutkan oleh kekuatan-kekuatan kotor penuh tipu daya, seperti kolonialisme, Zionisme Yahudi, Kristen.

Akan tetapi, pada abad-abad sekarang ini, gejala-gejala kebangkitan dan kesadaran sudah mulai tampak lagi pada diri kaum muslimin di berbagai Negara. Seperti masyarakat Islam di Pakistan, Turki, dan Afrika selatan, dan wilayah lainnya sudah mulai bangkit. Dan beberapa tahun lagi kita akan menyaksikan Negara-negara Islam baik di timur maupun di Barat terbebaskan seluruhnya, untuk kemudian bersatu di bawah naungan panji Tauhid, di bawah panji Khilafah yang terpimpin. Ketika itulah kaum muslimin akan bergembira dengan datangnya pertolongan Alloh swt.


Kebudayaan dan Peradaban Islam

Sejarah mencatat dan filosof-filosof Barat yang jujur pun mengakui bahwa pada masa –masa kejayaan Islam, kaum muslimin dengan jenis bangsa, bahasa, dan warna kulit yang bermacam-macam berhasil membangun peradaban dan kebudayaan yang syamil dan abadi, sehingga dapat terus dinikmati oleh berbagai generasi manusia di setiap waktu dan tempat.

Saudaraku… perlu diketahui bahwa kemajuan Ilmu dan Peradaban berawal dari Islam, Islam merupakan sumber Ilmu. Para sejara-wan sepakat bahwa kebudayaan Islam pindah ke negara-negara Barat dan Eropa lewat Shaqliah dan Andalusia, (yang pada saat itu kitab-kitab Islam di curi, dan ada pula yang dimusnahkan; dibakar/dibuang ke sungai)? lewat perang Salib, lewat lembaga-lembaga penerjemahan yang didirikan di bagian utama Spanyol, Prancis, dan Italia. Terakhir lewat pedagang-pedagang Muslim yang menyebarkan ajaran-ajaran Islam di beberapa negara Eropa, Asia dan sebagainya.

Tidak diragukan, Andalusia merupakan penyeberangan utama kebudayaan Islam de-ngan berbagai bidangnya, seperti ilmu, seni, sastra, dan sebagainya. Ketika kebudayan dan ilmu pengetahuan Islam sampai di Eropa, orang-orang di sana dengan intens dan sungguh-sungguh mempelajarinya sehingga dalam waktu singkat mereka mampu mencapai puncak kebudayaan materi dan ilmu alam seperti terlihat pada abad modern ini.

Sekiranya Islam bukan agama ilmu pengetahuan dan kunci kemajuan, atau al-Qur’an bukan motivator kebudayaan, tentu kita tidak akan mengenal orang-orang brilian yang memenuhi dunia dengan ilmu pengetahuan, menerangi alam dengan cahaya peradaban, dan memancangkan rambu-rambu kebudayaan di berbagai tempat. Reputasi dan prestasi mereka selalu menjadi buah bibir di timur maupun di Barat sepanjang masa. Ilmu pengetahuan mereka dijadikan referensi oleh setiap generasi bahkan dijadikan refe-rensi pula oleh orang-orang kafir. Kejeniusan dan karya-karya kreatif mereka senantiasa dielu-elukan sepanjang zaman.

Sebagai contoh, berikut ini akan disebutkan beberapa nama cendikiawan muslim (penemu) berikut bidang-bidang spesialisasi mereka agar para pemuda mengetahui bagaimana mereka membangun sejarah dan kebudayaan:

Mereka diantaranya Ibnu Khaldun (ahli sejarah, sosiologi, dan peradaban), Abu Zakaria ar-Razi (ahli Ilmu kedokteran), Abu Ali Ibnu Sina (ahli filsafat), asy-Syarif al-Idrisy (ahli geografi), Abu Bakar al-Khawarizmy (ahli Ilmu olah raga dan astronomi), Ali bin al-Haitsam (ahli Ilmu alam dan biologi), Abu al-Qosim az-Zahrowi (ahli Ilmu bedah), Abu Zakaria al-Awwam (ahli tumbuh-tumbuhan),

Abu al-Banna (ahli ilmu pasti), Abu ar-Raihan al-Baeruni (ahli sejarah peradaban kuno: antropologi dan arkeologi), al-Imam al-Ghozali (kritisi serta ahli pendidikan dan psikoterapi). Begitu pula dengan Imam malik, Abu Hanifah, asy-Syafi’i, dan Ibnu Hanbal (mereka ahli ilmu fiqh dan perundang-undangan).

Selain itu, terdapat ribuan nama lain yang dapat kita baca dalam lembaran-lembaran sejarah dan yang kita dengar dari generasi ke generasi, bahkan dari para westernis dan orientalis yang memuji keunggulan kebudayaan dan keagungan warisan peninggalan mereka. Maka wajarlah kiranya apabila ilmu pengetahuan menjadi mercusuar bagi kemanusiaan sepanjang perjalanan sejarah.

Saudaraku, simaklah beberapa penga-kuan dari sejumlah pemikir dan cendikiawan barat tentang kemajuan Islam dalam masalah kebudayaan dan Ilmu pengetahuan, baik dalam bidang kedokteran, kimia, ilmu alam, olahraga, filsafat (catatan: bidang ini hanya untuk study banding), dan berbagai disiplin ilmu lainnya.

Dr. Zigurid Honkah mengatakan, “Secara terus terang harus diakui bahwa lonjakan besar yang dicapai oleh Eropa adalah berkat pengaruh kebudayaan dan ilmu pengetahuan Islam dalam berbagai bidang.” (dalam buku “Matahari Arab Bersinar di Barat”)

Dubair (dosen Universitas New York, (dalam bukunya “Sakaratul Maut antara Ilmu dan Agama”) menyatakan, “Tatkala al-Ma’mun menduduki kursi kekhalifahan pada tahun 813 M, Baghdad menjadi sebuah kota ilmu terbesar di dunia. Sang Khalifah mengoleksi buku-buku yang tidak terhitung jumlahnya. Para ulama dirangkulnya dan diberinya penghormatan (posisi) yang setinggi-tingginya.” Setelah berhasil menginventarisasi pengaruh-pengaruh kaum muslimin dalam ilmu-ilmu alam, beliau lebih lanjut mengatakan, “Mereka mengembangkan (menginovasi) ilmu-ilmu klasik secara besar-besaran, dan menciptakan ilmu-ilmu modern yang belum pernah dikenal sebelum mereka. Universitas-universitas Islam terbuka lebar bagi para mahasiswa Eropa yang datang untuk menuntut ilmu. Sementara para raja dan pemimpin-pemimpin Eropa berdatangan ke Negara-negara Islam untuk berobat.”

Sedillot menulis dalam bukunya Sejarah Arab, “Di abad-abad pertengahan, kaum muslimin adalah-satu-satunya kaum yang paling unggul dalam ilmu pengetahuan, filsafat, dan seni. Dimanapun mereka menjejakkan kaki, mereka menyebarkan ilmu sehingga merambah sampai ke Eropa. Jadi, merekalah yang menyebabkan kebangkitan dan kemajuan benua ini…”

Berfolt dalam buku Penciptaan manusia menulis, “Ilmu pengetahuan merupakan sumbangan terbesar yang pernah dipersembahkan oleh kebudayaan Islam kepada dunia modern ini. selain itu, tak ada satu sektor pun dari kemajuan Eropa kecuali terlihat di dalamnya pengaruh kebudayaan yang begitu dominan. Fakta-fakta ini menegaskan bahwa Islam adalah pembangun kebudayaan.”

Saudaraku…,pernyataan-pernyataan di atas dan banyak lagi pendapat lainnya menjelaskan dengan jujur dan mengakui de-ngan sungguh-sungguh tentang motivasi keilmuan dan kebudayaan yang terdapat dalam Islam. Dan hal ini tetap lestari sepanjang masa. Sebagaimana sudah kami katakan bahwa kami tidak menyitir pendapat-pendapat pemikir-pemikir barat kecuali untuk menyadarkan orang-orang yang masih percaya dan terpesona dengan pemikiran-pemikiran yang datang dari Barat. Jadi kepada mereka lah kami menyitir pendapat-pendapat dan kesaksian- kesaksian agar mereka sadar bahwa yang terbaik itu adalah sesuatu yang diakui sendiri oleh pemikir-pemikir barat yang bersifat fair, jujur, dan objektif.

Referensi :

Buku “Islam Syariat Abadi, Dr. Abdullah Nashih Ulwan, Gema Insani Press, 1996.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar