19 April 2011

Perdukunan (bagian 1)

Diriwayatkan dari Aisyah ra., dia berkata: Beberapa orang bertanya kepada Rasulullah saw. tentang juru ramal, maka Rasulullah saw. bersabda,

“Para juru ramal (kahin, jamak: kuhhan) itu tidak ada apa-apanya / tidak mengerti apa-apa.” Orang-orang bertanya, “Ya Rasulullah, mereka itu kadang-kadang memberitahukan sesuatu kemudian terbukti benar?” Rasulullah saw. bersabda, “Itu adalah ucapan yang benar (dari langit) yang diperoleh jin, lalu dia bisikkan ke telinga manusia bagai kokok ayam, kemudian mereka campurkan dengan lebih dari seratus kedustaan.” (HR. Muslim) [Hadits ini juga diriwayatkan oleh Al-Bukhari, nomor hadits 5762].

Hakikat Perdukunan

Dukun (kahin) artinya orang yang me-ngaku bisa mengetahui hal-hal yang ghaib seperti mengetahui tempat barang yang hilang atau dicuri, bisa meramal nasib seseorang, bisa mengetahui kejadian yang akan datang dan sebagainya. Termasuk dalam kategori perdukunan adalah: khadam ghaib, ramalan bintang, meramal de-ngan membaca garis-garis tangan, mengaku menerima wangsit, memberi jimat-jimat, membaca mantra-mantra yang bukan dari ayat Al-Qur’an atau dengan ayat-ayat Al- Qur’an yang dicampur dengan jampi-jampi asing, pengobatan dengan cara-cara yang aneh, seperti: menulis mantra ditelur, memindahkan penyakit dari manusia ke hewan (kambing), pengobatan jarak jauh dan sebagainya.

Di masyarakat, para dukun terkadang disebut orang pintar, ahli hikmah, paranormal, ahli supranatural dan istilah-istilah lainnya.

Trik dan Cara Kerja Para Dukun

Para dukun memiliki beragam trik dalam menjalankan profesinya, diantaranya:

1. Mereka Berprinsip “Kebodohan Anda Adalah Keuntungan Kami”.

Mereka menciptakan istilah-istilah aneh untuk menamai ilmu karangan hasil kreatifitas imajinasi mereka. Jangan heran kalau anda pernah mendengar ilmu-ilmu seperti ilmu pedang senja, hikmatul rohim, fathyatus sinai, selereng pisau, jaran goyang, semar mesem dan lain-lain. Mere-ka pun telah membuat dongeng-dongeng mengenai sejarah ilmu palsu tersebut supaya terdengar lebih “wah”.

2. Menggunakan Khodam.

Salah satu senjata paranormal atau dukun yaitu mereka mengajarkan pasien untuk meminta sesuatu lewat khodam (makhluk karangan mereka yang konon mereka akui sebagai malaikat tapi keberadaannya tidak ada dalam al-Quran). Bahkan mereka membenarkan hal tersebut dengan mengatakan: “Khodam sama seperti dokter, ahli mekanik atau pun profesi lain, sehingga dibenarkan untuk meminta tolong kepada khodam de-ngan cara membaca wirid, puasa, semedi, kurban dan yang lainnya”.

3. Menumbuhkan Sugesti Pasien.

Ini adalah trik utama dukun untuk menumbuhkan kepercayaan pasien. Misalnya dengan melakukan tipu daya kepada para pasien, sering mereka mengajar konsentrasi untuk merasakan getaran ghaib pada dirinya yang sebenarnya tidak ada. Itu hanyalah su-gesti dan perasaan pasien saja.

4. Moto Rahasia Para Dukun yaitu “Anda Bertanya Kami Membual”.

Itulah sebenarnya misi mereka dalam menjalankan praktek kesyirikan. Karena sebenarnya mereka tidak mengetahui seberapa tinggi ilmunya dan bisa tidaknya diterapkan kepada masalah masing-masing pasien. Kunci mereka sebenarnya yaitu hanya berusaha untuk meyakinkan sang pasien saja. Karena dengan cara tersebut pasien akan tetap percaya dengan ilmu-ilmu ghaib yang diberikan para dukun.

5. Senjatanya Ayat-Ayat Al Qur-an dan hadits-hadits palsu.

Mereka melontarkan ayat-ayat yang maknanya dirubah untuk membenarkan mempelajari ilmu ghaib. Sehingga seakan-akan agama memang membenarkan praktek ilmu ghaib. Mereka pun mempersiapkan hadits-hadits tabarruk (ngalap berkah) palsu yang berisi sejarah kenabian yang sudah diubah sedemikian rupa untuk pembenaran praktek syirik mereka.

6. Nasehat Munafik Guna Menutupi Sifat-Sifat Syirik Dalam Melakukan Praktek Perdukunan.

Terkadang mereka memberikan nasihat-nasihat kosong tentang bahaya ilmu hitam dan syirik kepada para pasien/tamu seakan-akan ilmu dukun memang benar-benar il-mu yang datang dari Allah dan bisa dipelajari oleh siapa saja. Sedangkan dukun sendiri tahu bahwa dirinya telah menjalankan praktek keji tersebut. Hati mereka telah mati dan hanya memikirkan kenikmatan dunia. Mereka pura-pura berwibawa di hadapan masyarakat.

7. Pasien Fiktif (Artis, Politisi, Pengusaha, Pejabat, dan lain-lain).

Salah satu trik dukun lainnya yaitu sering mengumbar cerita bohong tentang pasien dengan cara mengklaim bahwa beberapa politisi, pejabat dan artis terkenal telah menjadi pasien tetap mereka. Ini penting bagi status dan imej mereka di mata para pasien lain karena imej tersebut terbukti mampu membuat kualitas pelayanan dan produk mereka seakan-akan menjadi terangkat di mata para tamu dan pasien.

Beberapa Sarana Dukun / Tukang Sihir Untuk Mendekati Syaitan:
  1. Membuat sesajen, bisa berupa tumbal (binatang maupun manusia), makanan, bunga-bunga dan lain sebagainya.
  2. Membaca atau mengucapkan mantra-mantra yang mengandung kesyirikan atau pengagungan kepada para jin.
  3. Penistaan terhadap Al-Qur’an. Ter-kadang menulis surat al Fatihah dengan terbalik atau menulis ayat Al-Qur’an dengan darah haidh.
  4. Shalat tanpa berwudhu. Ada juga yang tetap dalam keadaan junub terus menerus.
  5. Menyembelih binatang untuk di persembahkan kepada syaitan dengan tidak menyebut nama Allah SWT saat menyembelihnya lalu membuang sembelihan itu ke suatu tempat yang telah di tentukan syaitan.
  6. Berbicara dengan bintang-bintang dan bersujud kepadanya.
  7. Mencampuri ibu atau anak perempuannya.
Dari sini jelas bagi kita, bahwa jin atau syaitan itu tidak akan membantu seorang dukun atau tukang sihir kecuali jika orang itu melakukan suatu bentuk kekafiran. Semakin seorang penyihir meningkatkan kekafirannya maka, syaitan semakin taat dan cepat tanggap melaksanakan perintahnya.

Beberapa Ciri Dukun

Dukun memiliki ciri khusus yang bisa di bilang aneh dalam metode pengobatannya, diantaranya:
  1. Menanyakan nama si pasien dan nama ibunya.
  2. Meminta salah satu dari benda-benda yang bekas dipakai oleh si pasien seperti baju, kaos, dan sebagainya.
  3. Terkadang meminta hewan dengan sifat-sifat tertentu seperti ayam hitam atau yang lainnya untuk disembelih dengan tidak menyebut nama Allah SWT.
  4. Terkadang masuk ke kamar gelap lalu membakar kemenyan atau dupa tertentu.
  5. Memberi beberapa benda kepada pasien untuk dipendam di dalam tanah.
  6. Memberi beberapa kertas kepada pasien untuk dibakar dan mengeluarkan asap.
  7. Berkomat-kamit dengan kata-kata yang tidak dapat dipahami.
  8. Terkadang si dukun memberi tahu pasien nama, dan kampung halaman pasien tersebut serta permasalahan yang di utarakannya.
  9. Menulis untuk pasien beberapa huruf terputus-putus (jimat) di sebuah kertas atau lempengan tembikar putih lalu menyuruh pasien untuk melarutkan dan meminumnya.
  10. Mengobati dengan cara memindahkan penyakit ke hewan (kambing).
  11. Menulis mantra-mantra yang tidak dimengerti maksudnya.
  12. Menebak perkara-perkara ghaib.
  13. Membaca mantra-mantra aneh, terkadang dengan bahasa jawa kuno, terkadang dengan bahasa sunda atau bahasa lain yang tidak bisa dipahami isinya.
  14. Pengobatan bisa dilakukan dengan jarak jauh.
Di samping itu ada beberapa keganjilan yang sering di dapati dalam praktek perdukunan seperti:

  1. Mengajarkan wirid-wirid atau dzikir-dzikir bid’ah (yang tidak ada contohnya dari Rasulullah saw.).
  2. Mengobati dengan hal-hal yang aneh seperti: air dari tujuh mata air, hati burung gagak, akar pohon beringin, taring buaya, atau menuliskan di telur dan lain sebagainya.
  3. Menyuruh pasien untuk mengurung diri dari manusia selama waktu tertentu di suatu ruangan yang tidak di masuki sinar matahari.
  4. Merubah nama pasien (bukan karena bertentangan syariat atau mengandung kesyirikan). Dengan anggapan nama pasien terlalu berat atau membawa sial atau yang lainnya sehingga terkadang dukun menyuruh si pasien menyuruh mengganti namanya.
  5. Memberi tahu kepada para pasien bahwa yang melakukan guna-guna terhadapnya adalah si Fulan, motivasinya adalah begini. Informasi seperti ini sangat tidak boleh dipercaya karena sumbernya dari syaithan yang membisikkan hal itu kepada dukun. Tujuannya adalah untuk menimbulkan permusuhan dan buruk sangka kepada sesama muslim.
(bersambung ....).

Referensi :
  1. Buletin Al-Huda, Bogor.
  2. Ringkasan Shahih Muslim, Imam Al-Mundziri, Pustaka Amani, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar