Rosululloh saw bersabda, “Hampir semua ummat mengerumuni kamu dari seluruh penjuru,sebagaimana makanan di atas pinggan (piring)”. Seorang bertanya, “Ya, Rosululloh, apakah karena jumlah kami yang sedikit pada waktu itu?” Beliau menjawab, “Tidak! (bahkan jumlah kamu banyak), tetapi kamu bagaikan buih, sebagaimana buih di atas bah. Ia jadikan Wahn di dalam hati kamu, dan dicabut rasa takut pada musuh kamu, karena kamu cinta dunia dan takut mati”. (HR. Abu Dawud: 3745, Ahmad: 8356, 21363)
Sebelum Perang Bosnia
Sebelum terjadinya serangan Kristen Serbia terhadap Muslim Bosnia Herzegovina, Bosnia merupakan warga Eropa yang mayoritasnya berpenduduk muslim.
Bosnia merupakan negeri yang sangat damai. Kehidupan di sana berjalan dengan tenang dan tentram. Walaupun mayoritas penduduknya Muslim, namun masyarakatnya tidak menampakkan Identitas keislamannya secara menyolok. Yang perempuan tidak memakai kerudung atau jilbab, yang laki-laki juga tidak berpakaian seperti seorang muslim. Islam bagi mereka hanyalah Identitas. Mereka adalah warga Eropa, setelah itu baru Muslim.
Banyak dari orang dewasa Bosnia yang tidak mengerjakan sholat. Gadis-gadisnya juga biasa pergi ke diskotik atau bar dan mengkonsumsi minuman beralkohol. Tidak nampak perbedaan menyolok antara yang Islam dengan yang bukan Islam. antara yang Muslim dengan yang bukan, bersahabat sangat erat.
Ketika hari Natal tiba, hampir seluruh warga Bosnia merayakannya, tak peduli Muslim atau bukan, Ketika lebaran-pun demikian. Penduduk Bosnia sebelum perang, juga terbiasa dengan segala momen-momen Barat seperti Hari Valentine, April Mop, tahun Baruan, acara Ulang Tahun dan sejenisnya. Bosnia adalah warga Eropa.
Begitu pula dengan media Bosnia (yang dibuat oleh keturunan yahudi, George Soros) yang banyak berpengaruh di kalangan orang-orang Islam di sana. Media yang diterbitkan itu banyak memuat foto-foto dan gambar yang sengaja mengumbar nafsu syahwat, serta banyak memuat fikiran-fikiran tentang kebebasan dan pola hidup sekuler. Wawancara Salman Rusydi dan nama-nama lainnya yang sealiran dimuat secara besar-besaran.
Muslim Bosnia Di khianati
Saudaraku…inilah Potret kebanyakan kehidupan keluarga muslim di Bosnia. Di Indonesia, hal ini biasa disebut sebagai keluarga sekuler atau “Islam KTP”. Namun, bagi musuh-
musuh Islam, Identitas keislaman itu sudah menjadi cukup alasan untuk menghabisi-nya. Identitas keislaman mereka yang minimal itu sudah cukup untuk membakar dendam kesumat di dada para pemimpin Kristen Serbia. Sepanjang tahun mereka menanti-nantikan saat yang tepat untuk menyerang Muslim Bosnia dan menghabisi etnis Muslim Eropa tersebut.Walau orang-orang Muslim “Sekuler” itu juga ikut-ikutan merayakan berbagai hari raya umat Kristiani atas nama toleransi dan kerukunan antar umat beragama.
Ketika presiden Yugoslavia meninggal dan Negara federal Yugoslavia goyah akibat pertikaian antar daerah, Kristen Serbia di bawah pimpinan Slobodan Milosevic, seorang pemimpin fasis yang melebihi kekejaman Adolf Hitler, melancarkan perang besar-besaran demi mewujudkan ambisi gilanya mendirikan Serbia Raya yang akan menghimpun seluruh negeri yang tadinya berada di bawah Yugoslavia.
Dengan amat bernafsu, Milosevic meme-rintahkan tentaranya untuk menghabisi etnis Muslim Bosnia (Genocide) dengan cara apapun, termasuk aksi pemerkosaan sistematis.
Muslim bosnia yang tadinya tidak begitu memperdulikan nilai-nilai Islam terhenyak kaget bukan kepalang. Teman, saudara, dan anggota keluarga yang beragama lain yang tadinya sangat akrab, Natalan bersama, Valentinan bersama, dan sebagainya kini berbalik menyerang dan membunuhi mereka. Alasannya hanya satu: karena mereka Muslim. Seolah- olah menjadi Muslim adalah dosa yang tak terampuni.
Orang-orang bosnia dengan cepat menjadi sadar, walau terlambat, bahwa mereka adalah Muslim. Setahun dua tahun, pembersihan etnis Muslim Bosnia membuat mereka kembali kepada nilai-nilai dasar keislaman yang hakiki.
Ditengah puing-puing bangunan yang hancur, ditengah desingan peluru dan ledakan mortir, ditengah kepiluan tangisan kor-ban pemerkosaan, Muslim Bosnia kembali mendekap erat identitas nenek moyangnya selama ini. Yang perempuan kembali memakai jilbab dan kerudung, para lelaki sambil menenteng senjata mulai kembali sholat, adzan mulai bergema di sela-sela gedung-gedung yang ambruk, kitab suci al-Qur’an yang telah lama dibiarkan teronggok di lemari kembali dibuka dan dibaca, dengan lelehan air mata kesedihan.
“Ya Alloh, mengapa kami baru tersadar setelah bencana ini datang…?” Nermina Jasarevic, aktivis Relief Internasional Bosnia yang berkeliling ke sejumlah Negara Muslim guna menggalang solidaritas Bosnia menyatakan, “Berpuluh tahun kami hidup berdampingan dengan saudara-saudara
kami yang berlainan agama, kami sangat toleran, tapi semua kebaikan kami dibalas dengan amat sangat pahit. Mudah-mudahan ini menjadi pelajaran bagi kami untuk tidak pernah lagi meninggalkan Islam.”
Dengan kedua mata berkaca-kaca, Muslimah Bosnia itu berpesan, “Semoga apa yang Bangsa kami alami, tidak dialami juga oleh bangsa-bangsa Muslim lainnya. Biarlah Bosnia menjadi hikmah bagi kita semua. Dengan bantuan doa dan Ukhuwah Islamiyah dari saudara-saudara kami semua, insya Alloh, bangsa Bosnia bisa bangkit kembali…” (Pertemuan dilakukan di Sekretariat SIDIK Jakarta, 1995).
Saudaraku,… janganlah sampai terjerumus ke lobang sampai dua kali pada lobang yang itu-itu juga. Kejadian Bosnia merupakan pelajaran yang sangat berharga bagi segenap kaum muslimin di seluruh dunia. Janganlah lalai dan banyak melanggar aturan-aturan Alloh swt sehingga dapat membuat keterpurukan dalam lembah kehancuran.
Saudaraku… ada kekhawatiran yang sama terdapat pada kaum muslimin di Indonesia.
Indonesia, negeri yang Mayoritas penduduknya Muslim, terbesar di dunia terletak puluhan ribu kilometer dari Bosnia, sekarang tengah meniti jalan yang nyaris serupa dengan Bosnia. Apabila kita melihat kehidupan di Jakarta; tayangan TV, poster-poster di depan Bioskop yang lebih seram lagi porno. Sungguh kami tidak membayangkan bahwa itu ada di Jakarta yang dikenal penduduknya secara luas beragama Islam.
Selain itu, Banyak keluarga Muslim namun jahil (bodoh) terhadap keislamannya. Banyak remaja Muslim, berkerudung pula, ikut-ikutan merayakan hari Valentine atau Natal bersama. Sama seperti di Bosnia, demi toleransi dan kerukunan antar umat beragama.
Padahal, tragedy Bosnia dalam skala kecil sempat terjadi di Ambon beberapa tahun lalu. Ribuan Muslimah Ambon juga diperkosa dan dibunuh dengan biadab oleh seperatis salib RMS. Jihad sempat berkumandang di tanah
Maluku. Kini gaungnya telah sirna. Begitu cepat umat Islam melupakan pelajaran yang sangat berharga dan sangat mahal itu.
Sekarang, banyak dari kita, keluarga dan remaja Muslim masih terlena dan asyik dengan kejahilan kita. Atas nama toleransi dan plura-lism, akidah diabaikan. Bila ini terus dibiarkan, tidak lama lagi tragedy yang menimpa muslim Bosnia akan mendatangi kita. Cepat atau lambat.
Semuanya berpulang kepada kita semua, Kapankah kita akan sadar dan mau berubah? Apabila tidak seperti tragedy di Bosnia, pa-ling tidak, sama seperti yang terjadi di Aceh, yang telah kita ketahui bahwa warga aceh (penduduknya) pada tgl 25 Desember (malam harinya) berpesta merayakan Natal bersama dan menyambut tahun baru Masehi (kristiani), sambil meniup terompet yahudi, yang kemudian
di Datangkan Adzab oleh Alloh di pagi harinya.
Seorang Kandidat doktor (cendikiawan muda) dari Bosnia mengatakan: “Keadaan yang saya lihat di Indonesia, terus terang mengingatkan saya pada negeri saya sebelum
dilanda perang. Ketika itu, kami memang beragama Islam, tapi pola hidup kami penuh dengan segala macam kemaksiatan dan dosa. Mudah-mudahan kita semua sadar”. (Ceramah pendek di masjid al-Furqon).
Jauh-jauh hari, dengan kebencian yang sangat musuh-musuh Islam telah mencanang-kan gerakan untuk menjauhkan Islam dari Umat Islam. Samuel Zweimer, Ketua Asosiasi Jaringan Yahudi ketika membuka konferensi Yerusalem di tahun 1935, di depan ratusan wakil Yahudi seluruh dunia berpidato:
“Tugasmu adalah mengeluarkan kaum Muslimin dari Islam, jadikan mereka lalai dalam mempertahankan Islam. Jadikan me-reka memiliki moral yang rendah dan menge-nyampingkan watak yang luhur… saudara telah mengeluarkan kaum Muslimin dari agama mereka, meski mereka tetap enggan memakai baju Yahudi atau Kristen. Kita telah berhasil menjadikan para pemuda Islam menjadi
generasi yang enggan bekerja keras, malas, dan senang berfoya-foya, mengejar nafsu syahwat, mengejar harta untuk memuaskan nafsunya dan juga memburu jabatan untuk menggapai kekayaan materi. … lanjutkan perjuanganmu demi agama kita!”
Negeri Bosnia telah memberi pelajaran kepada kita, umat Islam, bahwa musuh-musuh Alloh swt senantiasa mencari kesempatan untuk menghancurkan kita. Pertama kali yang mereka lakukan adalah merusak pemikiran umat Islam dengan serangan budaya dan pemikiran (Ghouzwul fikri). Ditanamkan ke kepala generasi muda Islam bahwa merayakan Hari Valentine, natalan bersama, dan seba-gainya merupakan hal yang lumrah, yang dilakukan
oleh berjuta remaja seusia mereka di dunia. Kepada generasi muda Islam dikatakan bahwa seluruh umat Kristen merayakan Natal pada tanggal 25 Desember, padahal umat Kristen sendiri berselisih mengenai Natal dan tidak ada satu pun ayat di dalam Bibel yang menganjurkan Natal!
Ketika serangan pemikiran dan serangan budaya mereka telah menuai hasil yang memuaskan, maka mereka mencari momentum yang tepat untuk melancarkan serangan militer untuk menghabisi generasi Islam, seperti apa yang telah terjadi di Bosnia Herzegovina.
Alloh swt berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, jika kalian menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolong kalian dan meneguhkan kedudukan kalian” {Qs. Muhammad (47) : 7}.
Ingat !!! Wala dan Baro,… Sudah saatnya remaja Islam Indonesia sadar akan maksud-maksud tersembunyi di balik budaya-budaya Barat yang masuk ke negeri ini. Semoga hal ini bisa menjadi pemantik kesadaran yang pada akhirnya menjadikan generasi muda Islam sebagai
generasi yang tegar dan kokoh menghadapi segala ujian di dunia yang memang berat dan melelahkan. Amin ------------------------------
Referensi:
1. Velentine Day, Natal, Happy new Year, April Mop, Halloween, So What?, Rizki Ridyaasmara, Pustaka al-Kautsar.
2. Buku Harian Zlata Filipovic, Jeritan Seorang Anak Bosnia, Gramedia 1994.
3. Buletin Dakwah, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, No.6 Th. XXVI, Syawal 1419 H.
06 April 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar