07 April 2011

Memberikan pertolongan kepada orang kafir dan membantu mereka dalam rangka memerangi kaum muslimin. Pembatal keislaman ke-8

Dalam hitungan hari saja, dunia terperangah. Dan seolah tak pernah jemu, seluruh wajah dunia kembali menengok ke wilayah paling panas di seantero jagat: Palestina, dan Iraq.
Ada ratusan rudal mungkin yang dimuntahkan ke wilayah itu, hingga membuat ratusan nyawa tak berdosa melayang dari raganya, ribuan rumah tempat bernaung nyaris rata dengan tanah, dan gelombang pengungsian lalu menjadi fenomena yang tak terbendungkan. Siapakah pelaku dari semua itu? Sepertinya, kita semua sudah mengetahui jawabannya.
Kita semakin yakin, bahwa Yahudi dan Nashara beserta sekutu-sekutunya adalah sekutu syetan yang senantiasa berupaya untuk menghancurkan Islam dan kaum Muslimin. Alloh Azza wa Jalla yang Maha Mengetahui telah menunjukkan hal tersebut sebagai peringatan atas kita:
“Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka ...” (QS. Al-Baqarah [2]: 120).
“... mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudaratan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi ...” (QS. Ali ‘Imran [3]: 118).
Maka jelas, apa yang Alloh kabarkan tersebut menjadi bukti nyata bagi kita, bahwa pertempuran ini telah diramalkan dengan pasti tak akan ada habisnya. Oleh karena itu, wajar saja bila kita selalu mendengar perjanjian-perjanjian damai antara Israel dan Palestina yang baru beberapa hari sudah kandas ditelan gema rudal sebagai tanda batalnya perjanjian itu.
Selanjutnya Alloh mengabarkan kepada kita dibalik alasan orang-orang kafir itu yang terus-menerus memerangi kaum muslimin, tiada lain adalah mereka menginginkan orang-orang Islam murtad dari agamanya karena kedengkian yang ada didalam hati mereka. Bukan sekedar masalah wilayah, politik, atau perebutan minyak bumi, tetapi, “Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri ...” (QS. Al-Baqarah [2]: 109).
“... Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup ...” (QS. Al-Baqarah [2]: 217).
Maka, apa yang dikehendaki oleh orang-orang kafir itu “tidaklah sia-sia”. Diantara orang-orang yang lemah keimannya itu, ada yang murtad dari agama Alloh dengan terang-terangan. Sungguh amatlah malang nasib orang-orang yang tidak bersabar itu dan lebih menghendaki kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat.
“... Barang siapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah [2]: 217).
Dan diantara orang-orang yang murtad itu, mereka saling bahu-membahu dengan orang-orang kafir untuk memerangi kaum muslimin, maka jelaslah kekafiran mereka sebagaimana yang Alloh gambarkan:
“Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain ...” (QS. Al-Anfal [8]: 73).
Walaupun diantara mereka ada yang masih mengakui dirinya sebagai seorang muslim, maka tidaklah berguna pengakuan mereka itu, karena Alloh telah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Alloh tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzalim.” (QS. Al-Maidah [5]: 51).
Sungguh, kita berlindung kepada Alloh dari berbagai bentuk kekafiran, apapun bentuknya, karena pada akhirnya hanya akan menghantarkan kita ke dalam jurang api neraka yang kekal. Nikmat yang sedikit di dunia tentulah tidak akan ada rasanya bila harus ditukarkan dengan neraka jahannam yang menyala-nyala.
Kita pun harusnya merasakan sakit seba-gaimana sakitnya saudara-saudara kita di sana yang saat ini sedang menghadapi ujian pembataian, penyiksaan dan kematian yang setiap harinya melintas di depan mata. Apa yang mampu kita lakukan, maka lakukanlah, baik dengan tenaga, harta maupun minimalnya dengan do’a.
“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara ...” (QS. Al-Hujurat [49]: 10).
Alangkah tegas dan kukuh sikap Nabi Ibrahim beserta pengikut-pengikutnya sehingga Alloh memerintahkan kepada kita untuk menjadikannya suri teladan, ketika beliau berkata kepada kaumnya (saudara sebangsa dan setanah air, sedarah dan sedaging) yang berlainan akidah:
“...Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Alloh, kami ingkari (kekafiran) mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Alloh saja ...”(QS. Al-Mumtahanah [60]: 4).
Wallohu A’lam. ---------------------
Referensi : Buletin Al-Huda edisi 14.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar