13 April 2011

SEGERALAH BERTAUBAT

Makna Taubat

Asal makna taubat adalah kembali dari kesalahan dan dosa kepada keta’atan. Orang yang bertaubat kepada Allah adalah orang yang kembali dari perbuatan maksiat menuju perbuatan ta’at. Seseorang dikatakan bertaubat jika ia mengakui dosa-dosanya, menyesal, berhenti dan berusaha tidak mengulangi perbuatannya.

Di antara para ulama tidak ada perbedaan pendapat tentang wajibnya taubat. Taubat merupakan fardhu ‘ain yang harus dilakukan setiap muslim dan muslimah. Perintah taubat merupakan perintah wajib yang harus segera dilaksanakan sebelum ajal tiba. Allah swt berfirman:

وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ وَلا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الإرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَى عَوْرَاتِ النِّسَاءِ وَلا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (٣١)


“..... Bertaubatlah Kalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (An Nur: 31)

Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kamu kepada Allah dengan taubat yang benar (ikhlas) ....” (At Tahrim: 8)

Dari Agharr bin Yasar Al-Muzani, ia berkata Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda: “Wahai manusia! Bertaubatlah kalian kepada Allah dan mintalah ampun kepadaNya, karena sesungguhnya aku bertaubat kepada Allah dalam sehari sebanyak seratus kali” (HR. Muslim)

Setiap hari manusia berbuat dosa baik dosa kecil maupun besar, dosa kepada Khalik maupun kepada makhluk. Setiap anggota tubuh manusia pernah melakukan kesalahan dan dosa. Mata sering melihat yang haram. Lidah sering berbicara tidak benar, berdusta, menuduh, ghibah, mencela dan lain-lain. Te-linga suka mendengarkan musik dan lagu yang haram. Tangan suka menyentuh perempuan yang bukan mahram, mengambil barang yang bukan miliknya, memukul atau kejahatan lainnya. Kaki kadang melangkah ke tempat maksiat dan seterusnya.

Setiap muslim dan muslimah pernah berbuat salah, baik dia orang awam maupun ustadh, kyai atau ulama. Karena itu setiap orang tidak boleh lepas dari istighfar dan selalu bertaubat kepadaNya, sebagaimana yang dilakukan Rasulullah saw. Beliau setiap hari memohon ampun kepada Allah seratus kali.

“Aku minta ampun kepada Allah, yang tiada Tuhan melainkan Dia. Yang Maha Hidup dan Berdiri sendiri, dan Aku bertaubat kepadaNya” (HR. Abu Daud, At Tirmidzi dan Hakim)

Jika seorang muslim atau muslimah pernah berbuat dosa-dosa besar atau dosa-dosa yang paling besar maka hendaknya ia segera bertaubat.

Tidak ada kata terlambat dalam bertaubat, pintu taubat selalu terbuka sampai matahari terbit dari Barat. Sabda Rasulullah saw:

“Sesungguhnya Allah Ta’ala selalu membuka tanganNya di waktu malam untuk menerima taubat orang yang melakukan kesalahan di siang hari, dan Ia membuka tanganNya diwaktu siang untuk menerima taubat orang yang berbuat salah di malam hari. Begitulah hingga matahari terbit dari arah barat.” (HR. Muslim)

Hadits ini dan hadits-hadits lainnya menunjukkan, Allah swt senantiasa bersedia memberi ampunan setiap waktu dan menerima taubat setiap saat. Dia selalu mendengar suara istighfar dan mengetahui taubat hamba-Nya, kapan saja dan dimana saja dan kalau manusia me-ngabaikan soal taubat ini, lengah mengguna-kan kesempatan untuk mencapai keselamatan, maka rahmat Allah nan luas itu akan berbalik menjadi malapetaka, kesedihan dan kepedihan di padang Mahsyar. Tak ubahnya seperti orang yang kehausan padahal di depannya ada mata air bersih, namun ia tidak menjamahnya, hingga datanglah maut menjemputnya sesudah merasakan penderitaan haus tersebut. Begitulah gambaran orang-orang kafir dan pendurhaka.

Pintu rahmat sebenarnya terbuka lebar, tetapi mereka tidak mau memasukinya. Jalan keselamatan sudah tersedia, tetapi mereka tetap berjalan di jalan kesesatan. Kalau tanda- tanda kiamat sudah tampak yakni matahari terbit dari arah barat, kematian sudah diambang pintu yakni nyawa sudah ditenggorokan, maka taubat tidak lagi diterima.

Syarat-syarat Taubat
Para ulama menjelaskan syarat-syarat taubat yang diterima Allah sebagai berikut:

1. Orang yang berbuat dosa itu harus berhenti dari perbuatan dosa dan maksiat yang selama ini ia lakukan.

2. Dia harus menyesali perbuatan tersebut.

3. Dia harus berazam (mempunyai tekad bulat) tidak mengulangi perbuatan itu. Jika perbuatan dosa itu ada hubungannya dengan orang lain maka disamping tiga syarat terdahulu, ada satu syarat lagi yaitu:

4. Harus ada pernyataan bebas dari hak kawan yang dirugikan. Jika yang dirugikan itu hartanya maka harta itu harus dikembalikan. Jika berupa tuduhan jahat maka dia harus minta maaf. Demikian seterusnya.

Di samping syarat-syarat tersebut diatas, orang yang bertaubat dianjurkan melakukan shalat dua raka’at. Shalat ini dikenal dengan nama shalat taubat. [Dalilnya, lihat hadits hasan riwayat At Tirmidzi, no.404, Ahmad 1:10, Abu Daud dan Ibnu Majah]

Tingkatan Manusia yang Bertaubat kepada Allah

Pertama : orang yang istiqamah dalam taubatnya sampai akhir hayatnya. Yaitu yang tidak berkeinginan mengulangi lagi dosanya dan berusaha membereskan semua urusannya yang ia pernah keliru atau salah di dalamnya, tetapi masih ada sedikit dosa-dosa kecil yang masih kadang-kadang ia lakukan. Dan memang semua manusia tidak bisa lepas dari dosa-dosa kecil ini. Namun ia selalu beristighfar dan bersegera berbuat baik. Ia termasuk orang saabiqun bil khairaat (lihat Q.S. 35:32), dan taubatnya dikatakan taubat nasuha yakni taubat yang benar dan ikhlas. Sedang nafsu seperti ini disebut nafsu muthma’innah.

Kedua : ia menempuh jalan orang-orang yang istiqamah dalam semua perkara ketaatan dan menjauhkan semua dosa-dosa besar, tetapi ia sering melakukan dosa-dosa kecil yang ia lakukan dengan tidak sengaja setiap ia melakukan dosa-dosa itu ia mencela dirinya dan menyesalinya.
Orang seperti ini akan mendapat janji baik dari Allah (lihat QS. 53:32). Dan nafsu yang demikian dinamakan nafsu lawwaamah.

Ketiga : orang yang bertaubat dan istiqamah dalam taubatnya sampai suatu masa, kemudian suatu waktu ia mengerjakan lagi sebagian dosa-dosa besar karena ia dikalahkan syahwatnya, kendatipun demikian ia masih menjaga perbuatan-perbuatan baik dan tetap taat kepada Allah, ia selalu menyiapkan diri-nya untuk bertaubat dan berkeinginan agar Allah mengampuni dosa-dosanya. Keadaan orang demikian ini digambarkan dalam firman Allah: “Dan (ada) pula orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka, mereka mencampurbaurkan pekerjaan yang baik dengan pekerjaan lain yang buruk. Mudah-mudahan Allah menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. At-Taubah : 102).

Nafsu yang demikian ini disebut nafsu musawwalah (QS. 12: 18,83)

Tingkatan ketiga ini berbahaya karena bisa jadi ia menunda taubat dan mengakhirkannya. Kemungkinan pula sebelum ia ada kesempatan taubat Malaikat Maut sudah diperintahkan Allah mencabut ruhnya, sedangkan amal perbuatan manusia dihisab menurut akhir kehidupan
manusia menjelang mati.

Keempat : orang yang bertaubat, tetapi taubatnya hanya sementara waktu saja kemudian ia kembali lagi melakukan dosa-dosa dan maksiat. Ia tidak perduli lagi terhadap perintah-perintah dan larangan-larangan Allah serta tidak ada lagi rasa menyesal terhadap dosa-dosanya. Nafsu syahwatnya sudah me-nguasai kehidupannya dan selalu menyuruhnya berbuat yang jelek dan dosa. Bahkan ia sudah sangat benci kepada orang-orang yang berbuat baik dan malah menjauhi mereka. Nafsu yang demikian ini dinamakan nafsu ammaarah. (QS. 12: 53)

Tingkatan keempat ini sangat berbahaya. Dan apabila ia mati dalam keadaan demikian maka termasuk su’ul khatimah. Seandainya orang ini mati dalam keadaan Islam, meskipun sudah banyak dosa-dosanya, maka ia masih diharapkan masuk Surga sesudah disiksa dengan siksaan yang pedih di dalam api Neraka.

JANJI ALLAH KEPADA ORANG-ORANG YANG BERTAUBAT DAN ISTIQOMAH DALAM TAUBATNYA

1. Taubat menghapuskan dosa-dosa seolah-olah ia tidak berdosa
Orang yang bertaubat dari dosa seolah-olah ia tidak berdosa” (HR. Ibnu Majah, Shahih Jami’us Shaghir 3005)

Allah swt berfirman: “kecuali orang-orang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal shalih, maka Allah akan ganti kejahatan mereka dengan kebajikan. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Furqaan : 70)

2. Allah berjanji menerima taubat me-reka.
Allah berfirman: “Tidakkah mereka me-ngetahui
bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hambaNya dan menerima zakat, dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang ?.” (Q.S.At-Taubah : 104)

3. Orang yang istiqamah dalam taubatnya adalah sebaik-baik manusia.
Nabi saw bersabda: “Setiap anak Adam pasti berbuat salah dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah yang bertaubat.” (HR. Ahmad 3: 198, Shahih Jami’us Shaghir 4391)

“Seandainya hamba-hamba Allah tidak berbuat dosa, niscaya Allah akan menciptakan makhluk yang berbuat dosa kemudian mereka istighfar minta ampun kepada Allah), lalu Allah mengampuni dosa mereka. Dan Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (HR. Hakim 4: 246)

Obat Mujarab agar Bisa Istiqamah dalam Taubat

Setiap penyakit ada obatnya dan setiap penyakit ada ahli yang dapat menangani untuk menyembuhkannya. Obat penyakit badan dan tubuh bisa diserahkan kepada dokter, tetapi penyakit hati hanya bisa diobati dengan kembali kepada agama yang benar. Hati yang lalai merupakan pokok segala kesalahan, dan penyakit hati ini lebih banyak dari penyakit badan, karena orang tersebut tidak merasa bahwa diri-nya sedang sakit. Dan akibat dari penyakit ini seolah-olah tidak tampak di dunia ini. Adapun obat mujarab bagi penyakit hati sesudah ia kembali kepada agama yang benar ialah:

1. Mengingat ayat-ayat Allah yang menakutkan dan mengerikan tentang siksa yang pedih bagi orang-orang yang berbuat dosa dan maksiat. Membaca Al Quran (misalnya membaca Juz Amma dan artinya ,dan sebaiknya dihafalkan)

2. Membaca hikayat nabi-nabi dan para salafus shalih, musibah-musibah (ujian) yang menimpa mereka demi tagaknya kalimat Tauhid. serta mempelajari umat-umat terdahulu yang mengalami kerusakan dalam agama mereka , (sehingga Allah memberikan azab kepada mereka) akibat dosa yang mereka lakukan.

3. Selalu mengingat bahwa setiap dosa dan maksiat mempunyai akibat jelek di dunia maupun
di akhirat.

4. Senantiasa mengingat ayat-ayat dan hadits- hadits yang mengisahkan tentang siksa-siksa
dari satu persatu dosa, seperti dosa minum khamar, riba, zina, ghibah dan lain-lain.

5. Membaca istighfar dan sayyidul istighfar setiap hari.

Semoga Allah memberi taufik dan hidayahNya kepada kita, menuntun kita untuk segara bertaubat serta memberi kita kesudahan yang baik, khusnul khatimah.

Referensi :
  • Yazid Abdul Qadir Jawas, Ministry of islamic affairs endowment and call and guidance / The Cooperative Office For Call And Guidance at Sultanah, Riyadh, Al- Swaidi Str. K.S.A
  • Mengapa harus bertaubat Nasuha, Buletin Al Wafa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar