Setiap kali bertemu Ramadhan, ada yang khas dinegeri kita ini: kenaikan harga bahan pokok sehari-hari. Tidak kita pungkiri, kenaikan BBM menjadi salah satu pemicunya. Namun, Ramadhan-Ramadhan sebelumnya pun, budaya kenaikan harga bahan pokok ini juga tetap menjadi menu langganan di negeri kita, dengan atau tanpa kenaikan BBM.
Ada hal menarik dari sini, ketika Ramadhan diidentikkan dengan aneka kebutuhan makanan yang meningkat. Bangsa ini ternyata memang cukup konsumerisme (membeli barang yang tidak diperlukan) dan konsumtif terhadapurusan perut. Ketika sebagian orang ramai-ramai mempersiapkan Ramadhan dengan bekal ilmu dan latihan implementasi amalan-amalan terbaik, sebagian masyarakat kita masih melihat Ramadhan sebagai sebuah ritual puasa (baca : pengorbanan) yang harus dibayar dengan kenikmatan-kenikmatansesudahnya sebagai kompensasi berpuasa. Salah satunya yakni memanjakan diri dengan hidangan berbuka dan sahur yang spesial, berbeda dari menu makan hari-hari biasanya. Maka tidak heran jika kemudian kenaikan harga bahan pokok ini pun menjadi fokus perhatian masyarakat kita saat ini.
Tidak kita pungkiri makin banyak masyarakat miskin dinegeri ini. Puasa Ramadhan pun sudah keluar dari esensinya sebagai latihan tepa selira (tenggang rasa) terhadap saudara-saudara kita yang dhuafa. Jika melihat perilaku konsumtif yang ternyata menempatkan Ramadhan sebagai sebuah momen memindahkan waktu makan. Tidak mengherankan memang jika kemudian masyarakat kita menganggap puasa sebagai sebuah kondisi untuk berakit-rakit kehulu, berenang-renang ketepian. Berlapar-lapar dahulu, berkenyang-kenyang kemudian. Lalu, latihan tepa selira mana yang sedang kita lakukan?
Semoga setiap bertemunya kita dengan Ramadhan makin terus memantapkan diri kita tentang makna esensial Ramadhan, bukan sekadar ritual berpuasa, tarawih, berzakat, berbelanja, berlebaran, setelah itu kembali pada rutinitas semula tanpa hikmah atau kesan apapun yang tertinggal. Semoga kita dijauhkan dari ketumpulan batin dan ketebalan
hijab dengan Dzat pemberi Rahmat dibulan yang mulia ini. Amin.
10 April 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar