Allah swt berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” {Qs. An-Nisa’ (4) : 59}.
“Tentang sesuatu apapun kamu berselisih, Maka putusannya (terserah) kepada Allah. (yang mempunyai sifat-sifat demikian) Itulah Allah Tuhanku. kepada-Nya lah aku bertawakkal dan kepada-Nyalah aku kembali.” {Qs. Asy-Syuro (42) : 10}.
Ternyata setelah masalah ini -yaitu peringatan maulid (hari kelahiran)- kita kembalikan kepada kitab Allah (al-Qur an), kita dapati nash yang menyuruh kita mengikuti apa-apa yang dibawa Rasulullah saw dan menjauhi apa-apa yang dilarang beliau, juga memberi penjelasan kepada kita bahwa Allah swt telah menyempurnakan agama untuk umat ini.
Peringatan maulid ini pun tidak termasuk ajaran yang dibawa oleh Rasulullah saw, maka ia bukan bagian dari agama yang telah disempurnakan oleh Allah untuk kita dan diperintahkan mengikuti Rasulullah saw.
Setelah masalah ini kita kembalikan pula kepada sunnah Rasulullah saw, ternyata tidak terdapat keterangan bahwa beliau telah menjalankan atau memerintahkannya.
Juga tidak ada keterangan bahwa sa-habat-sahabat beliau saw mengerjakannya. Dengan demikian, kita mengetahui bahwa hal ini bukan dari agama, tetapi merupakan bid’ah yang diada-adakan, dan termasuk tasyabbuh (perbuatan menyerupai) ahli kitab dari kaum Yahudi dan Nasrani dalam hari-hari besar mereka.
Hal ini menjadi jelas bagi siapapun yang mempunyai sedikit pemikiran serta kemauan dan kejujuran dalam mencari kebenaran bahwa peringatan maulid bukan dari ajaran agama Islam, melainkan merupakan bid’ah yang diada-adakan. Padahal Allah dan RasulNya memerintahkan agar meninggalkannya dan mewaspadainya. Tak layak bagi orang yang berakal tertipu karena
banyaknya orang yang mengerjakan perbuatan tersebut di seluruh penjuru dunia. Sebab, al haq (kebenaran) tidak diketahui dari banyaknya pelaku (yang mengerjakannya)
tetapi diketahui berdasarkan dalil-dalil syar’i. Sebagaimana firman Allah tentang orang-orang Yahudi dan Nasrani:
“dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata: “Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi atau Nasrani”. demikian itu (hanya) angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah: “Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar”.” {Qs. Al Baqarah (2) : 111}.
“dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)”. {Qs. Al-An’am (6) : 116}.
Lebih dari itu, pada umumnya acara-acara peringatan maulid ini -selain bid’ah- tak lepas dari kemungkaran-kemungkaran. Misalnya, ikhtilath antara pria dan wanita (bukan mahram), pemakaian lagu-lagu dan bunyi-bunyian, serta kemungkaran lainnya.
Kadangkala terjadi juga hal yang lebih besar daripada itu, yaitu perbuatan syirik akbar karena ghuluw (sikap berlebihan) terhadap Rasulullah saw atau para wali, berdo’a atau beristighatsah kepada beliau, meminta pertolongannya, mempercayai bahwa beliau mengetahui hal-hal ghaib, dan bermacam-macam kekufuran lainnya yang bisa dilakukan orang banyak dalam acara peringatan maulid Nabi saw atau selain
beliau yang mereka sebut sebagai wali. Padahal Rasulullah saw bersabda:
“Jauhilah oleh kalian ghuluw dalam agama, karena ghuluw dalam agama itu telah membinasakan orang-orang sebelum kamu”. (HR. Imam Ahmad, an-Nasa’i, Ibnu Majah dan al-Hakim dari Ibnu Abbas).
“Janganlah kalian berlebih-lebihan memujiku sebagaimana orang-orang Nasrani berlebih-lebihan memuji putera Maryam. Aku tidak lain hanyalah seorang hamba, maka katakanlah hamba Allah dan RasulNya”. (HR. al-Bukhari, dari Umar ra).
Di antara hal yang aneh dan menghe-rankan, banyak orang giat dan bersema-ngat dalam rangka menghadapi acara-acara peringatan yang bid’ah ini, bahkan sampai membelanya, sementara mereka meninggalkan shalat Jum’at dan shalat berjama’ah tanpa memperhatikannya sama sekali. Me-reka tidak berpendapat kalau mereka telah mendatangi suatu kemungkaran yang besar. Sungguh, ini semua karena lemahnya iman, kurangnya berfikir dan banyaknya noda yang mengotori hati mereka disebabkan berbagai macam dosa dan maksiat. Marilah kita sama-sama memohon kepada Allah agar memberikan keselamatan kepada kita dan kaum Muslimin.
Di antara kemungkaran itu, sebagian pendukung maulid mengira bahwa Rasulullah saw datang pada acara tersebut. Karena itu mereka berdiri untuk menghormati dan menyambutnya. Ini merupakan kebatilan yang paling besar dan kebodohan yang amat nyata. Rasulullah saw tidak akan bangkit dari kuburnya sebelum hari kiamat, tidak berkomunikasi dengan seorangpun manusia dan tidak menghadiri pertemuan-pertemuan umatnya; melainkan beliau tetap tinggal di kuburnya sampai datang hari Kiamat, sedangkan rohnya ditempatkan pada tempat yang paling tinggi, tempat kemuliaan, di sisi Tuhannya.
Firman Allah swt dalam al-Qur’an:
“Kemudian, sesudah itu, Sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. Kemudian, Sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat.” {Qs. Al-Mu’minun (23) : 15-16}.
Ayat di atas serta nash-nash lain yang semakna menunjukkan bahwa Nabi Muhammad saw dan siapapun yang sudah mati tidak akan bangkit kembali dari kuburannya, kecuali pada hari Kiamat. Hal ini merupakan kesepakatan para ulama’ muslimin, tidak ada pertentangan di antara mereka. Maka seyogyanya setiap individu muslim memperhatikan masalah-masalah ini dan waspada terhadap segala macam bid’ah dan khurafat yang diadakan oleh orang-orang yangtidak mengerti dan semisalnya, yang tidak ada dasar perintahnya dari Allah. Hanya kepada Allah kita mohon pertolongan dan berserah diri, tak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolonganNya.
Adapun ucapan shalawat dan salam kepada Rasulullah saw adalah termasuk pendekatan diri yang amat mulia kepada Allah dan termasuk amal shalih. Seba-gaimana firman Allah swt:
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya” {Qs. Al-Ahzab (33) : 56}
dan sabda Nabi saw:
“Barangsiapa mengucapkan shalawat kepadaku sekali, maka Allah akan membalas
shalawatnya sepuluh kali lipat”. (HR. Ahmad, Muslim, Abu Daud, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah).
Ucapan shalawat dan salam itu disyariatkan pada segala waktu, dan hukum-nya mu’akkad pada akhir setiap shalat, bahkan wajib hukumnya menurut sebagian ulama’ pada waktu tasyahud akhir dan sunnah mu’akkad pada banyak kesempatan lain, misalnya setelah adzan, ketika disebut nama beliau saw, pada hari dan malam Jum’at, sebagaimana hal itu diterangkan oleh hadits-hadits yang cukup banyak jumlahnya.
Referensi :
1. Waspada terhadap bid’ah, Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, al-Haramain Islamic Foundation dan Yayasan al-Sofwa.
2. Sirotolmustaqim (jalan yang lurus), Lajnah Ilmiyah HASMI, pustaka MIM.
3. Buletin Nurul Haq edisi ke: 17 , 28 Desember 2007.
4. Larangan Nuzulul Qur’an, Maulud Nabi dan Isra Miraj, Situs: Senin, 29 Okt 07 08:02 WIB Ahmad Sarwat, Lc.
5. Buletin dengan judul “Indama Kunta Shufiya?”, diterjemahkan oleh: Kholif Abu Ahmad.
06 April 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar