06 April 2011

Menuju Rumah Tangga Islami

Pernikahan adalah peletakan batu pertama untuk sebuah bangunan keluarga. Dan rumah tangga bahagia tidak mungkin tercipta melainkan harus ditegakkan di atas pilar-pilar yang mencakup beberapa unsur antara lain; ketenangan atau sakinah; saling mencintai; saling mengasihi dan menyayangi; dan saling melindungi. Seperti firman Allah swt yang artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS.Ar Ruum [30]: 21).
Apabila keluarga telah menegakkan nilai-nilai tersebut, maka tingkat rumah tangga yang ideal bisa tercapai dan cita-cita untuk menuju keluarga bahagia dan sakinah bisa terwujud. Jika sebuah keluarga dibangun dengan baik tentunya akan menyemai benih kehidupan rumah tangga dengan penuh kejujuran, kebersamaan, keterbukaan, saling pengertian, saling melengkapi, saling percaya, dan saling membutuhkan; dan secara otomatis akan terbangun rasa cinta yang tulus, kemesraan dan tanggung jawab diantara anggota keluarga.

Metode Islam Dalam Membina Keluarga Bahagia
Keadilan dan pergaulan yang baik antara suami dan isteri adalah landasan utama untuk membentuk keluarga bahagia sejahtera. Untuk menegakkan tujuan mulia di atas seluruh anggota keluarga harus memperhatikan beberapa aspek dibawah ini:
1. Aspek pembinaan Suami dan Isteri
Stabilitas rumah tangga merupakan tanggung jawab suami dan isteri. Dalam Islam seorang bapak bertugas untuk menjadi pemimpin, pembina dan pengendali keluarga dan roda rumah tangga, sebagai mana firman Allah swt yang artinya: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” (QS.An Nisa’ [4]: 34).
Adapun ibu memiliki tugas yang lebih mulia yaitu merawat rumah beserta isinya dan mendidik anak serta menjaga segala amanat rumah tangga sehingga ibu laksana madrasah bagi anak-anaknya seperti yang dituturkan sebagian ahli syair:
“Ibu bagaikan sekolahan, apabila engkau persiapkan dia, berarti engkau telah mempersiapkan suatu bangsa dengan dasar yang baik”.
Jadi kedua orang tua yang baik merupa-kan modal utama untuk membentuk keluarga bahagia dan sejahtera.
2. Aspek Keimanan Keluarga
Tiang penyangga utama rumah tangga adalah agama dan moral. Rumah tangga hendaknya bersih dari segala bentuk kesyirikan dan tradisi jahiliyah, serta semarak dengan aktifitas ibadah seperti salat, puasa, membaca al Qur’an dan berdzikir sehingga rumah terlihat hidup dan sehat secara jasmani dan rohani, sejalan dengan sabda Rasulullah saw:
“Perumpamaan rumah yang di dalamnya ada dzikrullah, dan rumah yang tidak ada dzikrullah di dalamnya, ibarat orang hidup dan orang mati.” (HR. Muslim).
Seluruh anggota keluarga harus membiasakan berdo’a terlebih tatkala keluar dan masuk rumah dan do’a-doa yang lain. Biasakan didalam rumah untuk selalu membaca Al Qur’an, membaca surat Al Baqarah, karena itu bisa mengusir syaithan. Rasulullah saw bersabda:
“Janganlah jadikan rumah-rumah kalian sebagai kuburan! Sesungguhnya setan lari dari rumah yang dibacakan di dalamnya surat Al Baqarah”. (HR. Muslim). (tapi ingat: bahwa surah-surah yang lainpun harus dibaca dan diamalkan)
3. Aspek Ilmu Agama Keluarga
Mendidik dan mengajarkan ilmu-ilmu agama kepada keluarga hukumnya wajib. Firman Allah swt, artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu... (QS. At Tahriim [66] :6)”
Imam At-Thabari menyatakan bahwa ayat diatas mewajibkan kepada kita agar me-ngajari anak-anak dan keluarga kita tentang agama dan kebaikan serta apa-apa yang dipentingkan dalam persoalan adab dan etika.
Dalam hal ini Rasulullah saw bersabda, artinya: “Tiga orang yang mendapat dua pahala; seorang dari ahli kitab yang beriman kepada nabinya dan kemudian beriman kepada Nabi Muhammad; seorang hamba sahaya yang mampu menunaikan hak Allah dan hak majikannya; dan seorang laki-laki yang mempunyai hamba sahaya perempuan lalu ia mendidiknya dengan baik, mengajarinya dengan baik, kemudian ia memerdekakannya lalu menikahinya maka baginya dua pahala, (HR. Al Bukhari).
Lebih penting lagi mengajari wanita tentang ilmu agama di rumah-rumah seperti yang telah dilakukan Nabi Muhammad saw. Abu Sa’id al-Khudri ra. telah menuturkan bahwa pernah para wanita mengeluh kepada Nabi saw dan mengatakan: “kami telah dikalahkan kaum laki-laki dalam berkhidmat kepadamu, karena itu buatlah untuk kami suatu hari dari harimu.” Maka beliaupun menyediakan waktu khusus untuk bertemu dengan mereka lalu beliau memberi nasehat dan memerintah mereka. Dengan demikian pengadaan perpustakaan mini, tape rekorder dan audio visual serta mendatangkan ulama atau orang saleh ke rumah merupakan langkah yang tepat untuk meningkatkan ilmu pengetahuan keluarga (atau bisa juga dengan membaca buku di perpustakaan Masjid Al-Ikhlas, atau dengan mengadakan / mendatangi pengkajian al-Qur’an kemudian menyampaikannya kepada keluarga anda dan orang lain).
4. Aspek Ibadah dan Moral
Aspek ibadah yang terpenting adalah shalat, baik shalat fardhu ataupun sunnah. Laki-laki hendaknya membiasakan shalat di masjid dan perempuan dianjurkan shalat di rumah. Shalat sunnah bagi semuanya lebih utama dilakukan di rumah berdasarkan sabda Nabi Muhammad saw:
“Sebaik-baik shalat laki-laki adalah di rumahnya, kecuali shalat fardhu”. (HR. Abu Daud).
Adapun aspek moral, hendaknya semua anggota keluarga menghiasi perilaku masing-masing dengan akhlaqul karimah dan adab yang mulia, seperti makan dengan tangan kanan, masuk rumah orang lain dengan izin, menghargai tetangga, menghormati tamu, melarang anak masuk ke kamar tidur bapak atau ibu tanpa izin khususnya waktu sebelum subuh, waktu tidur malam dan setelah shalat isya; mengintip rumah orang lain dan adab-adab terpuji lainnya. Dan sebisa mungkin menyingkirkan seluruh akhlaq tercela seper-ti berbohong, menipu, marah, menggunjing, ingkar janji dan semisalnya. Latihlah keluarga anda untuk selalu qana’ah dan rela terhadap pembagian Allah, mencintai dan dekat terhadap orang-orang miskin, senang bersilaturrahmi, hanya mengharap ridha Allah, dan berkata benar walaupun dirasa pahit dan penuh resiko.
5. Aspek Sosial dan Lingkungan
Agar kehidupan sosial keluarga memiliki hubungan harmonis, maka sebaiknya setiap anggota keluarga diberi kesempatan untuk mendiskusikan setiap masalah dan problem keluarga secara transparan dan terbuka sehingga seluruh masalah bisa terpecahkan sebaik mungkin. Bagi orang tua sebaiknya tidak menampakkan konflik intern di hadapan anak-anak dan semaksimal mungkin merahasiakan konflik yang terjadi, agar anak tidak terbebani secara mental, apalagi konflik tersebut membentuk kubu di antara anak-anak. Rumah juga harus diamankan agar tidak dimasuki orang-orang jahat dan orang fasik, sehingga anggota keluarga terbebas dari pengaruh kejahatan. Dan rumah harus kita selamatkan dari pengaruh media (televisi, koran, majalah, dan lain-lain) ‘yang bersifat merusak iman dan akhlaq’, karena media itu lebih cepat memberi dampak negatif kepada keluarga.

Akhlaq bergaul
A. Mentradisikan Pergaulan Yang Baik, Menumbuhkan sikap ramah dan santun. Rasulullah saw bersabda:
“Jika Allah menghendaki kebaikan kepada suatu keluarga maka Ia anugerahkan atas mereka sifat ramah lagi santun”.(HR Ahmad)
B. Tolong Menolong Dalam Menyelesaikan Pekerjaan Rumah
Rasulullah saw menjahit baju, memperbaiki sandal dan mengerjakan pekerjaan lain dengan tangan sendiri, seperti yang telah dituturkan oleh Aisyah ra. : “Sesungguhnya beliau adalah manusia di antara sekalian manusia, membersihkan bajunya, memerah susu kambingnya dan melayani dirinya.” (HR. Ahmad).
C. Bersikap lembut dan Bercanda dengan Keluarga.
Bersikap lembut kepada isteri dan anak adalah salah satu faktor yang mampu menumbuhkan iklim yang sejuk dan hubungan yang mesra di tengah-tengah keluarga. Sangat banyak riwayat dari Rasulullah saw bahwa beliau bercanda seperti beliau pernah bercanda dengan isterinya dikala mandi, dengan anak-anak kecil dan cucu-cucunya. Bahkan tatkala ada orang baduwi yang bernama Aqra’ berkata: “Saya mempunyai sepuluh anak, saya tidak pernah mencium seorangpun dari mereka.” Maka Rasulullah melihat kepadanya dan bersabda: “Barangsiapa yang tidak mengasihi, maka ia tidak dikasihi. (HR. Al Bukhari).
D. Menyingkirkan Akhlaq Buruk dari Rumah
Segala sifat buruk dan tercela seperti dusta, menggunjing, mengadu domba, atau semacamnya yang terjadi dalam rumah harus disingkirkan dan dibasmi. Dan untuk memberantas sifat buruk itu dibutuhkan kesabaran dan ketulusan karena sifat buruk itu cenderung muncul di tengah keluarga, terlebih bila lingkungan sekitar rumah rusak dan kurang islami. Aisyah berkata: “Sesungguhnya apabila mengetahui salah satu dari anggota keluarganya berdusta, maka beliau terus berpaling darinya sehingga ia menyatakan bertaubat.” (HR. Ahmad)
Demikianlah sekilas percikan nasehat menuju pembentukan rumah tangga yang islami.

Referensi:
1. Manhajut Tarbiyah An Nabawiyah lit Tifli, Muhammad Nur bin Abdul Hamid Suwaid.
2. 40 Nasehat memperbaiki Rumah Tangga, Muhammad bin Saleh al-Munajjid.
3. Buletin An-Nur, Th. VI No. 256/ Jum’at II/ Rajab 1421 H.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar