10 April 2011

Birrul Waalidaini (Berbakti Kepada Kedua Orang Tua)

Setiap orang tua, pasti menginginkan anaknya menjadi anak yang shalih. Begitu lahir, tujuh hari kemudian diaqiqah-kan (untuk mengikuti sunnah rasul saw.), di do’akan semoga menjadi anak yang berguna bagi agama, bangsa, negara, dan berbakti kepada orang tuanya, serta mendoakan kedua orang tuanya ketika telah tiada.

Menaati atau berbakti kepada orang tua dalam Islam diistilahkan dengan istilah Birrul Waalidaini. Sebagai anak, kita akan selalu menjadi anak yang kalau mungkin ada kata mantan suami, mantan istri, namun tidak ada kata mantan anak. Walaupun mereka bercerai dan berpisah, status kita tetap sebagai anaknya.

Ada beberapa alasan kenapa kita harus Birul walidain.
Alasan pertama, karena Allah swt. memerintahkan. Di dalam al-qur’an Allah swt. berfirman;
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak,...” (QS. An-Nisa : 36).
dan firman-Nya pula,
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya;
ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu.” (QS. Lukman:14).

Kedua nabi saw. memerintahkan;
Dari Abdullah Bin Mas’ud ra berkata,’’ Aku bertanya kepada Rasulullah saw, amalan apakah yang dicintai Allah?” Beliau menjawab, “shalat pada waktunya” aku bertanya lagi, ”kemudian apa lagi?” beliau menjawab, “berbakti kepada orang tua”, aku bertanya lagi, “kemudian apa lagi?” Beliau menjawab, “jihad di jalan Allah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Ketiga, karena para ulama sepakat akan hal itu. Para ulama telah menjelaskan hikmah dari permasalahannya ini :
1. Allah swt. yang menciptakan dan yang memberikan rizki, maka Allah swt. sajalah yang berhak untuk diibadahi. Sedangkan kedua orang tua adalah sebab adanya anak, maka keduanya berhak diberlakukan dengan baik.
2. Allah swt. yang memberikan semua nikmat yang diperoleh hamba-hambaNya, maka Allah swt. saja yang wajib disyukuri. Kemudian kedua orang tualah yang telah memberikan semua yang kita butuhkan seperti makanan, minuman, dan pakaian, dan yang lainya. Sehingga wajib bagi kita untuk berterima kasih.
3. Allah swt. adalah Rabb yang membina dan mendidik manusia diatas manhaj-Nya, maka Allah swt. saja yang berhak untuk diagungkan dan dicintai. Demikian pula dengan ke duanya yang telah mendidik kita sejak kita kecil, maka kita harus bersikap tawadhu (merendah diri), tauqir (menghormati), ta’addub (beradab) dan talattuf (berlaku lemah lembut).

Keempat, karena mereka orang tua kita. Ketika anda berada dikelas dan mematuhi perintah guru, kenapa anda melakukanya? Bukankah anda melakukan itu karena mereka adalah guru anda? Lalu ketika anda dalam perawatan dokter, bukankah anda akan mentaati perintah dokter, karena mereka memang sarana atas kesembuhan penyakit yang anda derita. Sekarang kalau anda harus mentaati orang tua, karena mereka yang melahirkan, memelihara, memberi baju kala dingin, dan memberikan pelukkan hangat ketika memerlukan, apakah itu berlebihan?

------------
Termasuk dosa besar, durhaka kepada kedua orang tua
Durhaka kepada orang tua merupakan dosa besar. Dan sebaliknya, berbakti kepada orang tua merupakan amalan utama yang pahalanya besar. Berikut uraian Imam Adz-Dzahabi dalam Al-Kabair :
Allah ta’ala berfirman,
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada kedua orang tuamu dengan sebaik-baiknya...” (QS. Al-Isra’: 23).

Berbuat baik kepada kedua orang tuamu
artinya, memberikan bakti dan kasih sayang kepada keduanya.
“...Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” ...” (QS. AI-Isra’: 23).

Jangan mengatakan “ah” artinya, janganlah berkata-kata kasar kepada keduanya jika mereka telah tua dan lanjut usia. Selain itu, wajib bagimu untuk memberikan pengabdian (berbakti) kepada mereka sebagaimana mereka berdua telah memberikan pengabdian kepadamu. Sesungguhnya, pengabdian orang tua kepada anaknya adalah lebih tinggi dari pada pengabdian anak kepada orang tuanya. Bagaimana mungkin kedua pengabdian itu bisa disamakan? ketika kedua orang tuamu menahan segala derita mengharapkan agar kamu bisa hidup, sedangkan jika kamu menahan derita karena kedua orang tuamu, kamu mengharapkan
kematian mereka.

Allah swt. melanjutkan firman-Nya,
“...dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. Al-Isra’: 23).
Yakni ucapan yang lemah lembut.
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. (QS. AI-Isra’:24).
Allah swt. berfirman,
“... Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Luqman: 14).

Perhatikanlah -semoga Allah swt merahmatimu-
bagaimana Allah swt. mengaitkan rasa syukur kepada kedua orang tua dengan syukur kepada-Nya. Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata,
“Ada tiga ayat yang diturunkan dan dikaitkan dengan tiga hal, tidak diterima salah satunya jika tidak dengan yang dikaitkannya:
1. Firman Allah Ta’ala, `Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul’. Maka barangsiapa taat kepada Allah namun tidak taat kepada Rasul, ketaatannya tidak diterima.
2. Firman Allah Ta’ala, `Dan dirikanlah shalat serta tunaikan zakat’. Maka barangsiapa melakukan shalat namun tidak mengeluarkan zakat, tidaklah diterima.
3. Firman Allah Ta’ala, Agar kamu bersyukur kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu.’ Barangsiapa bersyukur kepada Allah namun tidak bersyukur kepada kedua orang tua, tentu saja tidak diterima hal itu. Oleh karena itulah Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Keridhaan Allah ada di dalam keridhaan kedua orang tua dan kemurkaan Allah ada pada kemurkaan kedua orang tua. (Diriwayatkan Tirmidzi dari hadits Abdullah bin Amr, hadits ini diperkuat oleh hadits Abu Hurairah).

Dalam sebuah hadits disebutkan, Seseorang datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta izin untuk jihad. Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, Apakah bapak ibumu masih hidup ? orang itu menjawab, Ya maka kata Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hendaklah kamu berbakti kepada keduanya (HR. Bukhari, Muslim).
Lihatlah bagaimana berbuat baik dan memberikan pelayanan kepada kedua orang tua lebih diutamakan daripada jihad?

Dalam kedua kitab Shahih diriwayatkan,
“Seseorang datang kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan bertanya, Wahai Rasulullah, siapakah yang berhak mendapatkan perlakuan baik? Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menjawab, Ibumu. Beliau bertanya, Kemudian siapa? Rasulullah menjawab, Ibumu la bertanya lagi, Kemudian siapa lagi? la menjawab, ibumu. la bertanya lagi, kemudian siapa? Beliau menjawab, ‘Ayahmu. Kemudian yang paling dekat dan yang paling dekat.

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam mengulangi kewajiban berbakti kepada seorang ibu hingga tiga kali sedangkan berbakti kepada ayah satu kali. Hal itu disebabkan karena derita yang dialami seorang ibu lebih besar dari pada yang dialami seorang ayah dan kasih sayang yang diberikannya juga lebih besar daripada ayah. Belum lagi kalau dibandingkan dengan beratnya mengandung, melahirkan, dan menyusui.

Dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim diriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Maukah aku beritahu kalian tentang dosa besar yang paling besar? Yakni menyekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua”

Lihatlah bagaimana Allah swt. mengaitkan antara menyakiti kedua orang tua, tidak adanya bakti kepada mereka dengan dosa syirik kepada-Nya. Namun selain harus berbakti, kita juga harus menolak dengan tegas jika orang tua kita menyuruh kepada kemusyrikan dan perbuatan lain yang bertentangan dengan aturan Allah swt. dan rasul-Nya.
“...Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu ?” (QS. Al-A’raaf : 173).
------
Marilah kita melihat kembali kwalitas hubungan kita dengan orang tua, sudah sebaik mana kita menjadi anak mereka? Kita memohon kepada Allah swt. agar berkenan memelihara kita dengan keridhaan- Nya dan menjauhkan kita dari kemurkaannya.
Sesungguhnya Allah swt. Mahamulia dan Maha Dermawan. Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.
-------------------------
Sumber :
1. Bunda Maafkan Aku, Burhan Sodiq, Samudera, Solo, 2006.
2. “Al-Kabair” (Diambil dengan beberapa pengurangan), Imam Adz-Dzahabi.
3. Perpustakaan-Islam.com, © Copyleft 2001-2006..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar