10 April 2011

Mari Berinfak

Jika ada seorang kaya raya berkata kepadamu, ‘berikan kepada si fulan ini dan itu dari hartamu, dan besoknya datanglah kerumahku, aku akan memberimu sesuatu yang lebih baik daripadanya!’ Bukankah engkau pasti memenuhinya?

Sekarang, bagaimana jika yang menjanjikanmu itu adalah Allah swt, pemilik langit, bumi dan segenap isinya. Allah swt. berfirman:
“...Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu, niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya...” (Al-Muzzammil:20).

Dan dalam hadits qudsi, Allah swt. berfirman:
“Wahai anak adam, berinfaklah (dari hartamu), niscaya engkau dikaruniai infak (rizki)."(Muttafaq alaih).

Dalam hal menginfakkan harta, Nabi saw. adalah seorang teladan paripurna. Al-Allamah Syamsuddin Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dalam kitabnya Zaadul Ma’ad fi Hadyi Khairil Ibad menggambarkan : “Memberi dan bersedekah adalah sesuatu yang paling dicintai oleh Nabi saw. Kegembiraan dan suka cita beliau karena apa yang bisa diberikannya lebih dari suka cita dan kegembiraan yang mengambil pemberiannya. Beliau adalah manusia yang paling dermawan dalam hal harta dan kebaikan, tangan kanan beliau selaksa angin yang senantiasa berhembus. Jika ada orang yang meminta, beliau mendahulukannya dari kebutuhan dirinya, terkadang beliau memberikan makanannya dan terkadang pakaiannya. Nabi saw. memerintahkan dan menganjurkan bersedekah, beliau mengajak dengan harta dan sabdanya. Karena itulah sehingga Rasulullah saw. menjadi manusia yang paling lapang dadanya, paling baik jiwanya serta paling lembut hatinya. Dan memang bersedekah dan berbuat baik itu memiliki pengaruh yang menakjubkan bagi lapangnya dada.”

Memberi berarti menggandakan kebaikan dan jalan meraih surga.
Rizki, harta dan segala yang ada adalah milik dan karunia dari Allah swt. Betapapun begitu, kepada orang-orang yang diberi-Nya karunia harta ini Allah swt. berfirman, artinya:

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”(Al-Baqarah:261).

“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan
hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepada nya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki)
dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.” (Al-Baqarah: 245).

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema`afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”(Ali Imran: 133-134).

Maka bersegeralah Anda menggandakan kebaikan dan pahala. Dan bersegeralah meraih surga yang disediakan Allah swt bagi hamba-hambaNya yang bertakwa, yang diantara sifat mereka adalah memberikan hartanya baik diwaktu lapang maupun susah.

Larangan Berlaku Kikir

Allah swt. berfirman:
“Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Ali Imran:180).

Menafsirkan hal ini, Abu Hurairah meriwayatkan, Rasulullah saw. bersabda:
“siapa yang diberi harta oleh Allah, tetapi tidak mau memberikan zakatnya, maka harta itu kelak dirupakan ular yang berbisa dan memiliki dua tanda hitam diatas kedua matanya, dan ia digantungkan di lehernya pada hari kiamat. Ular itu menyambar kedua rahang mulut (tuan)nya seraya berkata, ‘aku hartamu,aku simpananmu’.” (HR.Al-Bukhari). (lihat, Tafsir Ibnu Katsir, 1/574).

Kemudian, kepada orang yang menumpuk- numpuk emas dan peraknya. Allah swt.berfirman, artinya:
“...Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu”.”(At-Taubah:34-35).

Lalu, untuk apa harta itu ditumpuk-tumpuk yang justru dipersiapkannya untuk menyiksa dirinya sendiri. Bukankah harta itu milik Allah swt., dan segala sesuatu, termasuk dirinya akan kembali kepadaNya?

“Dan mengapa kamu tidak menafkahkan (sebagian hartamu) pada jalan Allah, padahal Allahlah yang mempusakai (mempunyai) langit dan bumi?...”(Al-Hadid:10).

Hakikat Dunia, Harta dan kenikmatannya
Allah swt. berfirman, artinya:
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.”(Al-Hadid:20).

(lihat pula QS.Yunus:24 ; Al-Kahfi:45-46 ; Ali Imran:14 ; Fathir:5 ; At-Takatsur1-5 ; Al-Ankabut:64).

Dari Anas r.a. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda:
“Kelak pada hari kiamat akan didatangkan
orang yang paling banyak mengenyam nikmat (dunia) dari penduduk Neraka. Lalu ia dicelupkan sekali celupan di Neraka, kemudian
ditanyakan padanya, ‘Wahai anak adam, pernahkah engkau melihat harta, pernahkah engkau merasakan kenikmatan?’ maka ia menjawab, ‘Demi Allah tidak pernah wahai Tuhanku’. Lalu didatangkan (pula) seorang yang paling sengsara di dunia dari penduduk surga, kemudian ia dicelupkan sekali celupan kedalam surga, lalu ditanyakan padanya, ‘Wahai anak adam, pernahkah engkau melihat kesengsaraan, pernahkah engkau menderita?’ Ia menjawab, ‘Demi Allah tidak pernah. Aku tidak pernah merasakan kesengsaraan sedikitpun, juga tidak pernah kulihat penderitaan sedikitpun’.” (HR. Muslim).

Kekayaan Rasulullah saw.

Umar bin Khathab r.a. berkata: “Sungguh aku menyaksikan Nabi saw. seharian menahan sakit karena lapar, sebab beliau tidak mendapatkan daqal (kurma mutu rendah) yang bisa mengganjal perutnya.” (HR.Muslim).
Aisyah radhiallahu anha berkata: “Rasulullah saw wafat dan tidaklah dirumahku terdapat sesuatu yang bisa dimakan oleh orang yang masih memiliki jantung kecuali sedikit gandum yang ada di rak makananku. Maka aku makan dengannya sampai beberapa lama, aku mengambilnya sampai habis.” (Muttafaq Alaih).

Semangat Para salaf dalam Berinfak

Ketika turun ayat ‘Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. ...’ (Ali Imran: 92), Abu Thalhah bangkit dan menghampiri Rasulullah saw seraya berkata, ‘wahai rasulullah saw, sesungguhnya harta yang paling aku cintai adalah kebun Bairuha’, kini aku sedekahkan kebun-kebun itu untuk Allah, aku harapkan kebajikan daripadanya dan sebagai simpanan di sisi Allah, karena itu wahai Rasulullah saw, pergunakanlah ia sekehendak baginda.’ Lalu Rasulullah saw menjawab, ‘ya, ya, itulah harta yang menguntungkan’.”(HR.Al-Bukhari, kitab Az-Zakah).

Suatu kali, ada salah seorang salaf yang berthawaf sekeliling Ka’bah seraya mengulang-ulang do’a:
“Ya Allah, jagalah aku dari kebakhilan diriku. Ya Allah, jagalah aku dari kebakhilan diriku.” Maka seseorang berkata kepadanya, ‘Wahai hamba Allah, apakah engkau tidak mengetahui selain do’a itu?’ Maka dia menjawab, ‘Sungguh Allah telah berfirman, artinya:

“...Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Al-Hasyr:9).

Penutup

Ibnu Umar r.a. meriwayatkan, Rasulullah saw. bersabda:
“Manusia yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat bagi sesamanya, dan amal (baik) yang paling dicintai Allah adalah kegembiraan yang engkau berikan kepada seorang muslim, atau engkau hilangkan kesusahannya, atau engkau bayar hutangnya atau engkau hilangkan laparnya. Dan sungguh, aku berjalan bersama saudara muslimku demi keperluannya adalah lebih kucintai daripada aku beri’tikaf di masjid satu bulan, dan barang siapa menahan amarahnya, niscaya Allah tutupi auratnya, dan barang siapa membendung murkanya yang kalau dia menghendaki akan meledak, niscaya Allah memenuhi hatinya dengan keridhaan pada hari kiamat. Dan barangsiapa berjalan dengan saudara muslimnya untuk (memenuhi) keperluannya sampai menemukannya, niscaya Allah akan meneguhkan telapak kakinya saat banyak telapak kaki tergelincir.”(HR. Ath-Thabrani, dan disebutkan oleh syaikh Al-Albani dalam Shahihul Jami’ Ash Shaghir no.176, dan beliau berkata, hasan).

Karena itu saudaraku, krisis ekonomi yang saat ini tengah mendera bangsa kita adalah peluang emas untuk memberi. Memberi kepada orang-orang yang saat ini banyak kelaparan dan menganggur, apa saja yang bisa kita berikan. “Takutlah dari neraka meski (dengan memberi senilai) setengah butir kurma.” (Muttafaq Alaih). Dan jangan lupa untuk selalu ikhlas dalam memberi. Mudah-mudahan mengeluarkan harta dijalan Allah swt. menjadi naluri dan watak kita. Tidak saja dimasa krisis ini, tetapi ia menjadi sesuatu yang inheren (menyatu dengan diri dan nurani kita). Amin. ----------------------------

Sumber :
1. Buletin An-Nur Thn.IV/No.156/Jumat II/Rajab 1419.
2. Tafsir Ibnu Katsir, Shahih Muslim, Riyadhus Shalihin, Fathul Bari, Anfiq Yunfiqillahu Alaika (Khalid Nashir Al-‘Assaf)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar