08 April 2011

Adab Menuntut Ilmu (Bag. 1)

Tholabul ‘Ilmi atau menuntut ilmu merupakan bentuk taqorrub (pendekatan diri) kepada Allah swt yang paling agung dan bentuk ketaatan yang pa-ling nyata yang akan mengangkat kedudukan pelakunya disisi-Nya. Disamping itu, Allah swt telah memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk menuntut ‘ilmu, tafakkur, tadabbur, dan memperingatkan mereka akan bahaya kebodohan dan memperturutkan hawa nafsu. Karena pentingnya masalah tholabul ilmi, Rasulullah saw senantiasa mendidik para sahabat dan menganjurkan ummatnya untuk memperhatikan dan mengamalkan adab-adab menuntut ‘ilmu, agar tholabul ilminya tetap dalam rangkaian perjalanan mencari ridho Allah swt.
Diantara adab-adab tersebut adalah:

1. Ikhlas
Allah swt berfirman:
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan sholat dan menunaikan zakat. Dan yang demikian itu adalah agama yang lurus.” [Qs.Al-Bayyinah (98): 5]
“Barangsiapa yang menghendaki keuntungan diakhirat akan Kami tambah keuntungan itu ba-ginya dan barangsiapa yang menghendaki keuntu-ngan didunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bagianpun di akhirat.” [Qs. Asy Syuura (42): 20]
Rasulullah saw telah menjelaskan bahwa syarat diterimanya amal sholeh adalah harus didasari ikhlas dalam tujuannya. Beliau saw bersabda:
“Sesungguhnya setiap amal itu tergantung pada niat dan setiap orang itu tergantung niatnya...” (HR.Bukhori, Muslim no.1907 dan yang lainnya)
“Barangsiapa yang belajar ilmu yang seharusnya hanya untuk mengharapkan wajah Allah, kemudian dia tidak mempelajarinya kecuali karena terpengaruh kemegahan dunia, maka dia tidak akan mendapatkan harum surga dihari kiamat.” (HR.Abu Daud no. 3664, ibnu Majah: 1/93, al Hakim dalam Mustadrok: 1/85. kemudian dishohih kan dan disetujui oleh Imam adz Zhahabi dan juga dishohihkan Imam Nawawi dalam al Majmu’: I/23)
Sufyan ats Tsauri berkata: “Tidak ada penyakit yang lebih sulit bagiku untuk mendeteksinya selain dari niat ku, karena dia senantiasa berubah-ubah di setiap waktu.” [al Jaami’ li Akhlaaq ar Roowi wa Aadab as Samii’: I/317]

2. Mengamalkan ilmu yang telah dipelajari dan menjauhi maksiat
Allah swt berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat ? Amat besar kebencian disisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan”. [Qs.Ash Shaff (61): 2-3]
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca al Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berfikir?” [Qs.Al Baqarah (2): 44]
Rasulullah saw bersabda: “Pada hari kiamat akan ada seorang yang diseret kemudian dilemparkan kedalam neraka hingga terurai seluruh isi perutnya yang membuat ia berkelojotan seper- ti keledai yang menarik penggilingan. Hal ini membuat para penghuni neraka keheranan seraya berkata: “wahai fulan, bukankah engkau yang selama didunia memerintahkan kepada yang ma’ruf dan melarang dari yang munkar ? Apa yang terjadi padamu?” Dia menjawab: “Benar, selama di dunia aku memerintahkan kepada yang ma’ruf namun justru tidak pernah aku kerjakan. Dan akupun melarang dari yang munkar namun justru aku sendiri yang mengerjakannya”.” (HR.Muslim no.2989)
Bisyr bin al Haarits berkata: “Jika engkau ingin mempelajari suatu ilmu, maka tinggalkanlah perbuatan maksiat” [Al Jaami’ li Akhlaaq ar Roowi wa Aadab as Samii’: I/142]

3. Tawadhu’ (Rendah Hati)
Allah swt berfirman:
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman” [Qs.Asy Syu’aara (26): 215]
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri” [Qs. Luqman (31): 18]
Rasulullah saw bersabda: “Tidak akan masuk surga seseorang yang didalam hatinya ada kesombongan walaupun hanya seberat biji sawi” (HR.Muslim no. 91)
Mujahid berkata: “Tidak akan mendapatkan ilmu orang yang pemalu dan orang yang sombong” (HR. Bukhori secara mu’allaq kitab ilmu bab 40)

4. Menghormati ulama dan majelis ilmu
Allah swt berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman , janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu sedangkan kamu tidak
menyadari. Sesungguhnya orang-orang yang me-rendahkan suaranya di sisi Rasulullah mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertaqwa. Bagi mereka ampunan dan pahala yang amat besar.” [Qs. Al Hujaraat (49): 2-3]
“...Dan barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketaqwaan hati.” [Qs. Al-Hajj (22): 32]
“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” [Qs. Al Ahzab (33): 58]
Pada suatu hari Ibnu Abbas ra berdiri di hadapan Zaid bin Tsabit ra lalu dia mengambil dan menuntun kendaraannya hingga Zaid berkata: “Mengapa engkau berbuat demikian wahai anak paman Nabi?” Ibnu Abbas pun berkata: “Beginilah kami harus bersikap terhadap ulama dan orang-orang yang lebih tua dari kami.” [HR. Al Hakim dan dishohihkannya: 3/423 dan adz Dzahabi pun membenarkannya, Ibnu Sa’d: 2/360, al Haitsami dalam Majma’az Zawaa’id: 9/345]

5. Sabar
Allah swt berfirman:
“Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tiada menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan”. [Qs.Hud (11): 115]
“Tuhan (Yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada diantara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadah kepada-Nya...” [Qs. Maryam (19): 65]
Yahya bin Said berkata: “Aku pernah berjalan beberapa hari ha- nya untuk mencari sebuah hadits” [Jaami’u Baayan al ‘Ilmi wa Fadhluhu 1/91]

6. Berlomba-lomba dalam menuntut ilmu
Allah swt berfirman;
“...Dan katakanlah: Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.” [Qs. Thaahaa (20): 114]
Rasulullah saw bersabda:
“Seorang mukmin tidak akan merasa puas untuk mencari kebaikan sebelum mencapai tujuan yang terakhirnya yaitu surga.” (HR. At Tirmidzi no. 2686 dan dia berkata: Hasan Ghorib)
Sa’id bin Jubair berkata: “Seseorang akan dikatakan orang ‘alim selama dia masih mau belajar. Dan jika dia telah meninggalkan belajar karena telah merasa cukup, maka dia adalah orang yang bodoh”. (Tadzkirah as Samii’ wa al Mutakallim 183)

7. Jujur dan Amanah
Allah swt berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu menghianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.”[Qs. Al Anfaal (8): 27]
Rasulullah saw bersabda:
“Janganlah kalian berdusta kepadaku, kerena barangsiapa yang berdusta atas namaku maka bersiap-siaplah untuk masuk ke neraka (dalam riwayat lain: bersiap-siaplah untuk mengambil tempat duduk di neraka). [HR. Bukhori: I/35]
Al Haitsam bin Jamil berkata:
“Orang yang lancang (bohong) dalam berfatwa adalah orang yang sedikit ilmunya” (Adab al Mufti wa al Mustafti: 78 dan lihat pula A’lam al Muwaqqi’iin: 2/165)
Allah swt berfirman:
“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta “ini halal dan ini haram”, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengadakan kebohongan terhadap Allah tidaklah beruntung. (itu adalah) kesenangan yang sedikit; dan bagi mereka adzab yang pedih” (Qs. An Nahl [16]: 116-117)

Bersambung...

-----------------------------------
Daftar Rujukan:
1. Al Qur’an al ‘Azhiim : (Kalamullah)
2. Tafsir al Qur’an al ‘azhiim : (Ibnu Katsir)
3. Tafsir al Kariim ar Rohman: (Syaikh as Sa’diy)
4. Shohih al Bukhori : (Imam al Bukhori)
5. Shohih Muslim : (Imam Muslim)
6. Sunan Abu Daud : (Imam Abu Daud)
7. Sunan at Tirmidzi
8. al Jaami’ li Akhlaaq ar Roowi wa Aadab as Samii’
9. Majma’az Zawaa’id
10. Jaami’u Baayan al ‘Ilmi wa Fadhluhu
11. Tadzkirah as Samii’ wa al Mutakallim
12. Adab al Mufti wa al Mustafti
13. A’lam al Muwaqqi’iin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar