1. Suatu kemaksiatan dan dosa besar yang sa-ngat dibenci Allah swt dan Rasul-Nya saw.
2. Merusak akal dan menghancurkan keseha-tan
3. Menghambur-hamburkan harta untuk se-suatu yang membawa mudharat.
4. Melahirkan dosa-dosa besar lainnya, seperti: menganiaya, perkelahian, membunuh, berzina,
dan lain sebagainya. Oleh karena itu khamr disebut ummul khabaits (induk keburukan- keburukan).
5. Mengganggu ketentraman masyarakat.
6. Merusak rumah tangga dan keturunan.
7. Menjauhkan peminumnya dari dzikrulloh.
PERINGATAN BAGI PEMINUM KHAMR DAN PECANDU NARKOTIKA
1. Tidak diterima shalatnya selama 40 hari dan jika ia mati (tidak bertaubat), masuk neraka. Naudzubillahi min dzalik.
“Barangsiapa minum khamr dan mabuk, maka shalatnya tidak diterima selama 40 pagi, dan jika ia meninggal ia masuk neraka. (tetapi) manakala ia bertaubat, Allah swt akan menerima
taubatnya”. (HR. Ibnu Majah, Shahihul Jami’ : 6313).
2. Jika ia mati sebelum bertaubat diharamkan baginya surga.
“Tidak akan masuk surga orang yang durhaka pada orang tuanya dan peminum khamr”. (HR. Ahmad, An-Nasa’i, Al-Hakim, dan ia berkata; shahih)
3. Dikhawatirkan tercabut keimanannya.
“Tidaklah beriman orang yang meminum khomr pada saat ia meminumnya”.(HR. Bukhari dan Muslim).
PERINGATAN KEPADA PENJUAL DAN PENGEDAR KHAMR
Rasulullah saw bersabda:
“Jibril datang kepadaku lalu berkata; ‘Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah melaknat khamr, pembuatnya, orang yang minta dibuatkan, penjualnya, pembelinya, peminumnya, orang yang menerima harganya, yang meng-angkutnya, yang menerimanya, yang menuangkannya dan yang minta dituangkannya”. (HR. Ahmad, Ibnu Hiban dan Al-Hakim de-ngan sanad shahih).
MEMPERBAIKI DIRI
Di sini, di dunia ini memang tempatnya salah dan alpa, kata Rasulullah SAW. Tapi di sini, di dunia ini pula kita seyogyanya senantiasa mampu memperbaiki diri.
Setiap manusia pasti mengalami bermacam-macam peristiwa. Bahkan mungkin dalam seluruh waktu hidup yang dilalui. Ada yang mirip, ada yang berbeda. Dari yang ringan sampai yang berat. Kadangkala dipenuhi syair-syair indah penuh warna. Kadangkala pula tertulis dengan kisah pahit dan memilukan atau bahkan penuh dengan coretan-coretan kegagalan, seperti bila terperosok dalam kegelapan dunia narkoba.
Namun lembar kehidupan yang berujung indahlah yang patut diteladani dan dimaknai, tak peduli apakah awalnya suram atau tidak. Semua peristiwa itu menjadi bermakna, jika ia memberi kontribusi perubahan persepsi ke arah yang lebih baik. Mendewasakan cara pandang kita tentang segala sesuatu, tentang hidup ini, tentang arti kebaikan. Karenanya, jangan pernah menunda menebus kegagalan atau kesalahan dengan memperbaiki diri, meski mencicil sedikit demi sedikit.
Kegagalan dan kesalahan adalah bagian dari kehidupan kemanusiaan. Tidak ada manusia yang sempurna, karena kesempurnaan hanya-lah milik Allah SWT. Yang ada adalah orang-orang yang senantiasa memperbaiki diri dan terus meningkatkan potensi diri yang terbaik (fitrah insani). Kegagalan dan kesalahan adalah cambuk yang mendorong untuk manusia semakin memburu masa depan yang dicita-citakan. Kegagalan bagai sukses yang tertunda, dengan itikad memperbaiki diri yang utuh belajar dari kesalahan itu sendiri. Bukankah pengalaman adalah guru yang termahal?
Mengubah diri dan cara hidup berarti berupaya / ikhtiar menemukan jati diri yang terbaik dalam kehidupan. Suatu proses memadu elemen pikiran dan hati agar menyatu atau bersepakat memperoleh hidup yang lebih bermakna berupa pencerahan spiritual atau pemahaman nilai-nilai moral kemanusiaan yang memberi ketenangan.
“Taat dan mau berubah dari cara yang salah (jujur), sabar dan ikhlas adalah bekal jati diri yang kuat”. (dr. Rinaldi Nizar SpAnK)
PERBAIKAN DIRI ADALAH PROSES
Harus dipahami bahwa perbaikan diri merupakan suatu proses (islah) yakni kewajiban hakiki bagi muslim untuk berubah ke arah yang lebih baik. Sebagaimana segala sesuatu yang diciptakan Allah SWT di dunia ini merupakan suatu proses. Langit dan bumi diciptakan de-ngan proses yang memakan waktu yang panjang, pun manusia melalui proses mulai dari pertemuan sperma dan sel telur, segumpal da-ging, tulang, dan terlahir menjadi bayi. Kemudian tumbuh dewasa sampai akhirnya dikembalikan kepada Sang Khalik. Karena itu harus dipahami bahwa memperbaiki diri tidak semudah dan secepat membalik telapak tangan. Misalnya pemulihan ketergantungan zat adiktif (recovery) merupakan suatu proses panjang dan menyakitkan, dinamis dan progresif seba-gai suatu perjalanan kehidupan yang panjang (addiction is a journey).
Penyakit akibat ketergantungan narkoba merupakan gangguan cara pikir yang mengakibatkan
kehilangan kendali terhadap penggunaan narkoba (khamar) sehingga fisik, mental dan spiritual menjadi terganggu sebagai mahluk sosial (An-Nas). Jadi proses perbaikannyapun pasti memakan waktu bertahun-tahun. Waktu yang dibutuhkan selama proses ini adalah untuk memperbaiki mental yang rusak karena adiksi. Waktu tersebut merupakan proses yang bertahap guna mempelajari keterampilan baru (coping skill) dan mempersiapkan diri menghadapi tantangan kehidupan yang sehat (healthy life style).
HARUS DILAKUKAN SECARA UTUH
Perbaikan diri harus dilakukan secara utuh. Meliputi segala sisi kehidupan. Hal terpenting dalam rangka pemulihan ketergantungan narkoba selain abstinensia (berhenti memakai zat adiktif) yaitu pengendalian perilaku dissosial dan kompulsif menjadi perilaku yang mampu menelaah dan mengikuti suara hati yang bergerak ke arah suatu perubahaan gaya hidup (Change in life style). Sehingga individu akan belajar dari pengalaman yang mengubah cara pandang, sikap, tingkah laku dan keyakinan diri. Menata kembali hubungan dengan diri sendiri, keluarga, orang lain dan lingkungan.
MUTIARA KESADARAN
Perubahan, apapun bentuknya sangat tergantung pada sejauh mana seseorang mengenali dirinya (autodialog / monolog). Di antara bentuk pengenalan diri adalah mengetahui ke-terbatasan yang dimiliki, di samping cita-cita yang hendak dicapai. Namun, harus sadar bahwa kesempatan tidak akan datang selamanya karena kehidupan akan dihentikan oleh Sang Pencipta (ajal). Langkah ini dapat mendorong motivasi seseorang agar berperan dalam waktu dan perbaikan sesegera mungkin.
Allah berfirman dalam Surat Al-Ashr (QS:103):
“ Demi masa, sesungguhnya manusia dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan ber-amal soleh dan saling berwasiat dengan kebenaran dan saling berwasiat dengan kesabaran ”.
Tahap kesadaran berikutnya adalah bahwa perbaikan diri tidak cukup 1 kali. Apalagi hanya hangat pada momentum pertamanya saja. Bila itu yang terjadi, perbaikan diri hanya manis pada bulan-bulan awalnya, tetapi pahit pada bulan selanjutnya. Sebab, yang diperlukan tidak sekedar kemauan untuk menjadi baik namun usaha yang berkelanjutan dengan daya tahan diri untuk tetap tegar ketika kebaikan itu menemui cobaan pada kehidupan berikutnya. Sehingga perbaikan diri harus mengacu pada proses menuju keyakinan diri yang terbaik bukan berorientasi pada hasil. Keyakinan diri yang terbaik adalah keimanan seseorang yang kuat dan ilmunya memegang teguh prinsip akhlak, teladan dalam perilaku dan berkomunikasi, kreatif dalam berpikir dan produktif.
OPTIMIS ITU HARUS
Optimis itu harus! meskipun bergulung-gulung kesulitan terus menghimpit. Optimisme adalah harapan, keyakinan dan kepercayaan yang matang terhadap waktu atau masa depan. Hal-hal ini akan menjelma menjadi kekuatan jiwa yang besar bagaikan energi yang tidak pernah habis untuk terus berusaha dan berkarya. Seseorang yang optimis mendapatkan anugrah gelora jiwa dengan riak berupa kegembiraan. Kadangkala karena tantangan yang berat dan mendadak seseorang yang optimispun bisa mengalami kejenuhan sebagai gejolak kejiwaan berupa stres maupun depresi. Namun bukan ber arti orang tersebut gagal dalam menjalani cobaan hidup. Sifat optimis yang sudah terbentuk sebelumnya selalu mendorong jiwanya mencari dan berusaha untuk memecahkan masalah secepatnya meskipun bukan merupakan solusi yang utuh (bersifat pragmatis). Lain halnya jika optimisme hanya terbentuk melalui kesenangan semata yang mudah runtuh apabila mendapat kesulitan berturut-turut. Sehingga cenderung tidak berdaya (putus asa) karena bekal optimisme itu tidak sejati. Selanjutnya dapat kehilangan kepercayaan, keyakinan dan waktu untuk memperbaiki kehidupannya. Misalnya nampak pada proses yang mengawali kekambuhan mantan pecandu narkoba (relaps).
Padahal cita-cita, keinginan dan harapan tidak mungkin tercapai tanpa adanya perjua-ngan. Hanya dengan kesadaran, usaha kuat dan tekun serta sabar yang mampu membuat perubahan.
Namun harap diingat bahwa perjua-ngan itu harus dimulai dari dalam diri sendiri. Sebagai firman Allah SWT dalam Surat Az-Zumar (QS 39:18) yang tersirat bahwa : Mengubah diri karena mau mendengarkan dan mengikuti dengan sebaik-baiknya adalah petunjuk Tuhan bagi mereka yang berakal.
BEBERAPA KIAT MELATIH OPTIMISME BAGI MANTAN PECANDU NARKOBA
1. Hindari teman-teman pemakai NAPZA.
2. Upayakan tidak menjalin relasi intim dengan lawan jenis.
3. Membagi waktu antara berteman dan di rumah (keluarga).
4. Terbuka dalam berkomunikasi.
5. Hindari fait a compli dan memaksakan kehendak.
6. Usahakan menepati janji.
INTI PERUBAHAN
Inti melakukan perubahan adalah perbaikan persepsi dan perilaku pada diri seseorang yang akan memberi dampak kepada perbaikan orang lain atau lingkungan. Inilah fase lanjut yang terpenting dari perbaikan diri yaitu kesi-nambungan perbaikan pribadi ke masyarakat / lingkungan. Suatu proses menuju ketaqwaan yaitu kesadaran menjaga diri karena mampu mengendalikan nafsu (tahu diri) dan memiliki prinsip akhlak / moral dalam kehidupan beragama (sunatullah).
Bahkan, meski seseorang yang telah melakukan perbaikan diri itu tidak mengucap sepatah katapun, sesungguhnya perbuatan itu sendiri akan menjadi penuntun yang sangat berarti bagi orang lain.
Jadi, tak ada lagi kata sulit mengubah dan memperbaiki diri. Karena jawabannya ada dalam diri sendiri !
Sumber:
1. Bahaya Narkoba dan pendidikan Agama Islam disusun oleh ulama Kamtibmas
2. Syekh Muhammad bin Jamil Zainu, Hukmud Dukhan wat Tadkhin ‘ala Dhauith Thibbi wad
Dien, hal: 24-27 dan 38-40.
3. Buku pencegahan penyalahgunaan Narkoba terbitan BNN
4. Tafsir Al-Marogi
5. Dosa-Dosa besar, buku saku el-dasi.
6. Hukum-Hukum, Darul Qosim, Daar al-Gasem.
7. Taujihat Islamiyah Lii Ishlaah Alfard wa Al Mujamma, Syeikh M. Bin Jamil Zain.
8. Dwi Paryanti & dr. Rinaldi Nizar, Copyright © 2003, infonarkoba.com
2. Merusak akal dan menghancurkan keseha-tan
3. Menghambur-hamburkan harta untuk se-suatu yang membawa mudharat.
4. Melahirkan dosa-dosa besar lainnya, seperti: menganiaya, perkelahian, membunuh, berzina,
dan lain sebagainya. Oleh karena itu khamr disebut ummul khabaits (induk keburukan- keburukan).
5. Mengganggu ketentraman masyarakat.
6. Merusak rumah tangga dan keturunan.
7. Menjauhkan peminumnya dari dzikrulloh.
PERINGATAN BAGI PEMINUM KHAMR DAN PECANDU NARKOTIKA
1. Tidak diterima shalatnya selama 40 hari dan jika ia mati (tidak bertaubat), masuk neraka. Naudzubillahi min dzalik.
“Barangsiapa minum khamr dan mabuk, maka shalatnya tidak diterima selama 40 pagi, dan jika ia meninggal ia masuk neraka. (tetapi) manakala ia bertaubat, Allah swt akan menerima
taubatnya”. (HR. Ibnu Majah, Shahihul Jami’ : 6313).
2. Jika ia mati sebelum bertaubat diharamkan baginya surga.
“Tidak akan masuk surga orang yang durhaka pada orang tuanya dan peminum khamr”. (HR. Ahmad, An-Nasa’i, Al-Hakim, dan ia berkata; shahih)
3. Dikhawatirkan tercabut keimanannya.
“Tidaklah beriman orang yang meminum khomr pada saat ia meminumnya”.(HR. Bukhari dan Muslim).
PERINGATAN KEPADA PENJUAL DAN PENGEDAR KHAMR
Rasulullah saw bersabda:
“Jibril datang kepadaku lalu berkata; ‘Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah melaknat khamr, pembuatnya, orang yang minta dibuatkan, penjualnya, pembelinya, peminumnya, orang yang menerima harganya, yang meng-angkutnya, yang menerimanya, yang menuangkannya dan yang minta dituangkannya”. (HR. Ahmad, Ibnu Hiban dan Al-Hakim de-ngan sanad shahih).
MEMPERBAIKI DIRI
Di sini, di dunia ini memang tempatnya salah dan alpa, kata Rasulullah SAW. Tapi di sini, di dunia ini pula kita seyogyanya senantiasa mampu memperbaiki diri.
Setiap manusia pasti mengalami bermacam-macam peristiwa. Bahkan mungkin dalam seluruh waktu hidup yang dilalui. Ada yang mirip, ada yang berbeda. Dari yang ringan sampai yang berat. Kadangkala dipenuhi syair-syair indah penuh warna. Kadangkala pula tertulis dengan kisah pahit dan memilukan atau bahkan penuh dengan coretan-coretan kegagalan, seperti bila terperosok dalam kegelapan dunia narkoba.
Namun lembar kehidupan yang berujung indahlah yang patut diteladani dan dimaknai, tak peduli apakah awalnya suram atau tidak. Semua peristiwa itu menjadi bermakna, jika ia memberi kontribusi perubahan persepsi ke arah yang lebih baik. Mendewasakan cara pandang kita tentang segala sesuatu, tentang hidup ini, tentang arti kebaikan. Karenanya, jangan pernah menunda menebus kegagalan atau kesalahan dengan memperbaiki diri, meski mencicil sedikit demi sedikit.
Kegagalan dan kesalahan adalah bagian dari kehidupan kemanusiaan. Tidak ada manusia yang sempurna, karena kesempurnaan hanya-lah milik Allah SWT. Yang ada adalah orang-orang yang senantiasa memperbaiki diri dan terus meningkatkan potensi diri yang terbaik (fitrah insani). Kegagalan dan kesalahan adalah cambuk yang mendorong untuk manusia semakin memburu masa depan yang dicita-citakan. Kegagalan bagai sukses yang tertunda, dengan itikad memperbaiki diri yang utuh belajar dari kesalahan itu sendiri. Bukankah pengalaman adalah guru yang termahal?
Mengubah diri dan cara hidup berarti berupaya / ikhtiar menemukan jati diri yang terbaik dalam kehidupan. Suatu proses memadu elemen pikiran dan hati agar menyatu atau bersepakat memperoleh hidup yang lebih bermakna berupa pencerahan spiritual atau pemahaman nilai-nilai moral kemanusiaan yang memberi ketenangan.
“Taat dan mau berubah dari cara yang salah (jujur), sabar dan ikhlas adalah bekal jati diri yang kuat”. (dr. Rinaldi Nizar SpAnK)
PERBAIKAN DIRI ADALAH PROSES
Harus dipahami bahwa perbaikan diri merupakan suatu proses (islah) yakni kewajiban hakiki bagi muslim untuk berubah ke arah yang lebih baik. Sebagaimana segala sesuatu yang diciptakan Allah SWT di dunia ini merupakan suatu proses. Langit dan bumi diciptakan de-ngan proses yang memakan waktu yang panjang, pun manusia melalui proses mulai dari pertemuan sperma dan sel telur, segumpal da-ging, tulang, dan terlahir menjadi bayi. Kemudian tumbuh dewasa sampai akhirnya dikembalikan kepada Sang Khalik. Karena itu harus dipahami bahwa memperbaiki diri tidak semudah dan secepat membalik telapak tangan. Misalnya pemulihan ketergantungan zat adiktif (recovery) merupakan suatu proses panjang dan menyakitkan, dinamis dan progresif seba-gai suatu perjalanan kehidupan yang panjang (addiction is a journey).
Penyakit akibat ketergantungan narkoba merupakan gangguan cara pikir yang mengakibatkan
kehilangan kendali terhadap penggunaan narkoba (khamar) sehingga fisik, mental dan spiritual menjadi terganggu sebagai mahluk sosial (An-Nas). Jadi proses perbaikannyapun pasti memakan waktu bertahun-tahun. Waktu yang dibutuhkan selama proses ini adalah untuk memperbaiki mental yang rusak karena adiksi. Waktu tersebut merupakan proses yang bertahap guna mempelajari keterampilan baru (coping skill) dan mempersiapkan diri menghadapi tantangan kehidupan yang sehat (healthy life style).
HARUS DILAKUKAN SECARA UTUH
Perbaikan diri harus dilakukan secara utuh. Meliputi segala sisi kehidupan. Hal terpenting dalam rangka pemulihan ketergantungan narkoba selain abstinensia (berhenti memakai zat adiktif) yaitu pengendalian perilaku dissosial dan kompulsif menjadi perilaku yang mampu menelaah dan mengikuti suara hati yang bergerak ke arah suatu perubahaan gaya hidup (Change in life style). Sehingga individu akan belajar dari pengalaman yang mengubah cara pandang, sikap, tingkah laku dan keyakinan diri. Menata kembali hubungan dengan diri sendiri, keluarga, orang lain dan lingkungan.
MUTIARA KESADARAN
Perubahan, apapun bentuknya sangat tergantung pada sejauh mana seseorang mengenali dirinya (autodialog / monolog). Di antara bentuk pengenalan diri adalah mengetahui ke-terbatasan yang dimiliki, di samping cita-cita yang hendak dicapai. Namun, harus sadar bahwa kesempatan tidak akan datang selamanya karena kehidupan akan dihentikan oleh Sang Pencipta (ajal). Langkah ini dapat mendorong motivasi seseorang agar berperan dalam waktu dan perbaikan sesegera mungkin.
Allah berfirman dalam Surat Al-Ashr (QS:103):
“ Demi masa, sesungguhnya manusia dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan ber-amal soleh dan saling berwasiat dengan kebenaran dan saling berwasiat dengan kesabaran ”.
Tahap kesadaran berikutnya adalah bahwa perbaikan diri tidak cukup 1 kali. Apalagi hanya hangat pada momentum pertamanya saja. Bila itu yang terjadi, perbaikan diri hanya manis pada bulan-bulan awalnya, tetapi pahit pada bulan selanjutnya. Sebab, yang diperlukan tidak sekedar kemauan untuk menjadi baik namun usaha yang berkelanjutan dengan daya tahan diri untuk tetap tegar ketika kebaikan itu menemui cobaan pada kehidupan berikutnya. Sehingga perbaikan diri harus mengacu pada proses menuju keyakinan diri yang terbaik bukan berorientasi pada hasil. Keyakinan diri yang terbaik adalah keimanan seseorang yang kuat dan ilmunya memegang teguh prinsip akhlak, teladan dalam perilaku dan berkomunikasi, kreatif dalam berpikir dan produktif.
OPTIMIS ITU HARUS
Optimis itu harus! meskipun bergulung-gulung kesulitan terus menghimpit. Optimisme adalah harapan, keyakinan dan kepercayaan yang matang terhadap waktu atau masa depan. Hal-hal ini akan menjelma menjadi kekuatan jiwa yang besar bagaikan energi yang tidak pernah habis untuk terus berusaha dan berkarya. Seseorang yang optimis mendapatkan anugrah gelora jiwa dengan riak berupa kegembiraan. Kadangkala karena tantangan yang berat dan mendadak seseorang yang optimispun bisa mengalami kejenuhan sebagai gejolak kejiwaan berupa stres maupun depresi. Namun bukan ber arti orang tersebut gagal dalam menjalani cobaan hidup. Sifat optimis yang sudah terbentuk sebelumnya selalu mendorong jiwanya mencari dan berusaha untuk memecahkan masalah secepatnya meskipun bukan merupakan solusi yang utuh (bersifat pragmatis). Lain halnya jika optimisme hanya terbentuk melalui kesenangan semata yang mudah runtuh apabila mendapat kesulitan berturut-turut. Sehingga cenderung tidak berdaya (putus asa) karena bekal optimisme itu tidak sejati. Selanjutnya dapat kehilangan kepercayaan, keyakinan dan waktu untuk memperbaiki kehidupannya. Misalnya nampak pada proses yang mengawali kekambuhan mantan pecandu narkoba (relaps).
Padahal cita-cita, keinginan dan harapan tidak mungkin tercapai tanpa adanya perjua-ngan. Hanya dengan kesadaran, usaha kuat dan tekun serta sabar yang mampu membuat perubahan.
Namun harap diingat bahwa perjua-ngan itu harus dimulai dari dalam diri sendiri. Sebagai firman Allah SWT dalam Surat Az-Zumar (QS 39:18) yang tersirat bahwa : Mengubah diri karena mau mendengarkan dan mengikuti dengan sebaik-baiknya adalah petunjuk Tuhan bagi mereka yang berakal.
BEBERAPA KIAT MELATIH OPTIMISME BAGI MANTAN PECANDU NARKOBA
1. Hindari teman-teman pemakai NAPZA.
2. Upayakan tidak menjalin relasi intim dengan lawan jenis.
3. Membagi waktu antara berteman dan di rumah (keluarga).
4. Terbuka dalam berkomunikasi.
5. Hindari fait a compli dan memaksakan kehendak.
6. Usahakan menepati janji.
INTI PERUBAHAN
Inti melakukan perubahan adalah perbaikan persepsi dan perilaku pada diri seseorang yang akan memberi dampak kepada perbaikan orang lain atau lingkungan. Inilah fase lanjut yang terpenting dari perbaikan diri yaitu kesi-nambungan perbaikan pribadi ke masyarakat / lingkungan. Suatu proses menuju ketaqwaan yaitu kesadaran menjaga diri karena mampu mengendalikan nafsu (tahu diri) dan memiliki prinsip akhlak / moral dalam kehidupan beragama (sunatullah).
Bahkan, meski seseorang yang telah melakukan perbaikan diri itu tidak mengucap sepatah katapun, sesungguhnya perbuatan itu sendiri akan menjadi penuntun yang sangat berarti bagi orang lain.
Jadi, tak ada lagi kata sulit mengubah dan memperbaiki diri. Karena jawabannya ada dalam diri sendiri !
Sumber:
1. Bahaya Narkoba dan pendidikan Agama Islam disusun oleh ulama Kamtibmas
2. Syekh Muhammad bin Jamil Zainu, Hukmud Dukhan wat Tadkhin ‘ala Dhauith Thibbi wad
Dien, hal: 24-27 dan 38-40.
3. Buku pencegahan penyalahgunaan Narkoba terbitan BNN
4. Tafsir Al-Marogi
5. Dosa-Dosa besar, buku saku el-dasi.
6. Hukum-Hukum, Darul Qosim, Daar al-Gasem.
7. Taujihat Islamiyah Lii Ishlaah Alfard wa Al Mujamma, Syeikh M. Bin Jamil Zain.
8. Dwi Paryanti & dr. Rinaldi Nizar, Copyright © 2003, infonarkoba.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar