I.Syirik (menyekutukan Alloh swt)
Sebesar-besar perkara yang menjadi-kan seorang murtad adalah syirik dalam beribadah kepada Allah swt, yaitu dia beribadah kepada Allah swt juga beribadah kepada selain-Nya. Seperti do’a, menyembelih, nadzar, istighotsah (minta diselamatkan dari perkara yang sulit dan membinasakan), is-ti’anah (memohon pertolongan) dalam perkara yang tidak mampu untuk melaksanakannya melainkan hanya Allah swt, berdo’a kepada mayit, istighotsah kepada kuburan, meminta pertolongan kepada orang yang telah mati, bahkan ada juga istilah-istilah yang sedang ngetrend di sekitar kita seperti “numpang”, “permisi” kepada pohon “keramat” atau kuburan ketika melewatinya.
Barangsiapa membuat perantara antara dia dengan Allah, seperti ia berdo’a, meminta pertolongan dan bertawakkal kepadanya, maka orang tersebut telah kafir berdasarkan ke-sepakatan para ulama. Ini adalah jenis kemurtadan yang paling berbahaya dan paling besar, mayoritas orang yang mengaku Islam telah terjatuh padanya, me-nyembelih untuknya, bernadzar dan mendekatkan diri padanya. Mereka mengatakan bahwa hal ini dalam rangka mendekatkan diri mereka kepada Allah swt, mereka mendekatkan diri padanya dengan anggapan bisa mendekatkan diri mereka kepada Allah swt. Allah swt telah berfirman:
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah ialah Al masih putera Maryam”, Padahal Al masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu”.
Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan baginya surga dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. (QS. Al-Ma-idah [5]: 72). (Lihat juga QS. An Nisaa [4]: 48 &116).
Maka kesyirikan adalah jenis kemurtadan yang paling berbahaya, yang paling dimurkai dan tiada ampunan bagi pelakunya. Termasuk dalam masalah ini adalah berdo’a (meminta) dan memohon pertolongan kepada yang sudah mati, bernazar dan memotong hewan untuk mereka; demikian juga orang yang menyembelih hewan untuk jin atau kuburan. Kenapa mereka tidak mendekatkan diri kepada Allah swt secara langsung dan mening-galkan tempat-tempat yang menyesatkan ini? Hendaknya mereka mendekatkan diri kepada Allah swt (secara langsung) karena sesungguh nya Allah swt itu Maha Dekat dan memenuhi permintaan. Kenapa mereka mendekatkan kepada mahluk kemudian mereka mengatakan: “Para mahluk itu mendekatkan diri kami kepada Allah swt.” Apakah Allah swt itu jauh?! Apakah Allah swt tidak mengetahui dan tidak mendengar makhluk-Nya?! Tidak melihat apa yang mereka kerjakan?! Ketahuilah...! Allah swt yang Maha Mulia dan Maha Tinggi adalah dekat dan memenuhi permintaan.
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepa-damu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku....” (QS. Al Baqarah [2]: 186)
Sesungguhnya Allah swt adalah dekat dan memenuhi permintaan, kenapa kalian pergi dan berdo’a kepada selain Allah swt?! Kemudian kalian mengatakan: hal ini bisa mendekatkan diri kami kepada Allah swt (hal ini seperti ucapan orang-orang musyrik yang dikisahkan Allah swt)
“...“Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah de-ngan sedekat-dekatnya”... (QS. Az Zumar [39]: 3)
Yakni, seolah-olah mereka (orang-orang musyrik itu) menganggap bahwa Allah swt tidak mengilmui dan mengetahui, demikianlah sye-tan dari kalangan jin dan manusia menghiasi untuk mereka dalam keadaan mereka mengaku Islam, bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang hak melainkan hanya Allah swt, mereka shalat dan puasa akan tetapi mereka mencampuri amalan-amalan mereka dengan syirik besar maka mereka keluar dari agama Islam dalam keadaan mereka shalat, puasa dan haji, orang yang melihat mereka menyangka bahwa mereka muslimin.
Maka sudah sepantasnya mengetahui hal ini, bahwa syirik kepada Allah swt adalah dosa yang paling berbahaya dan paling besar. Bersamaan dengan bahayanya dan jeleknya syi-rik ini ternyata banyak dari orang-orang yang mengaku islam telah terjatuh padanya, mere-ka tidak menamainya sebagai perbuatan syi-rik akan tetapi mereka menamainya sebagai tawasul atau meminta syafaat, atau mereka menamainya dengan nama-nama selain syirik, akan tetapi nama-nama itu tidak bisa merubah hakekat sesuatu, kalau perbuatan tersebut adalah syirik tetap kita katakan syirik (walaupun mereka menamainya dengan nama selain syirik). Ini (syirik) adalah jenis kemurtadan yang paling berbahaya dan paling banyak terjadi.
Padahal syirik ini jelas di dalam Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah. Seruan dan peringatan serta ancaman dari perbuatan syirik sangat jelas sekali, tidaklah lewat satu surat di dalam Al-Qur’an melainkan memperingatkan dari perbuatan syirik, bersamaan dengan ini mereka membaca Al-Qur’an akan tetapi tidak menjauhi perbuatan syirik.
Mungkin akan datang seseorang dan me-ngatakan: “Mereka adalah orang-orang bodoh, mereka mendapatkan udzur dengan kebodohan mereka tersebut.”
Maka kita katakan: “Sampai kapan dia akan bodoh? Sedangkan Al-Qur’an dibacakan, mere-ka menghapal Al-Qur’an dan membacanya, sungguh telah tegak hujjah atas mereka de-ngan sampainya Al-Qur’an kepada mereka.”
Setiap orang yang telah sampai Al- Qur’an kepadanya, maka sungguh telah tegak hujjah atasnya dan tidak ada udzur baginya. Allah swt berfirman:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya....” (QS. An- Nisaa’ [4]: 116)
Ayat ini menunjukkan bahwa syirik adalah dosa yang paling besar, dimana Allah swt Azza wa jalla tidak akan mengampuni pelakunya, terkecuali bertaubat darinya.
“...Dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu ...” (QS. An- Ni-saa’ [4]: 48)
Dosa selain syirik seperti zina, minum khamr, mencuri, makan riba, ini semua selain dari syi-rik, dosa-dosa ini di bawah kehendak Allah swt, pelakunya adalah pelaku dosa besar dan mereka adalah orang-orang fasik, akan tetapi mereka tidak terjatuh dalam perbuatan syirik hanya saja mereka terjatuh dalam dosa-dosa besar dan hal ini mengurangi keimanan mereka dan mereka dihukumi dengan kefasikan. Seandainya mereka mati dan belum bertaubat maka mereka di bawah kehendak Allah swt. Jika Allah swt berkehendak maka Allah swt akan mengampuni mereka dengan tauhid yang ada pada mereka dan jika berkehendak maka Allah swt akan mengadzab disebabkan dosa-dosa me-reka, kemudian tempat kembali mereka ada-lah jannah (surga) disebabkan tauhid yang ada pada mereka. Ini adalah tempat kembali para pelaku dosa besar selain syirik. Ini menunjukkan bahwa seluruh dosa adalah dibawah syirik, sedangkan syirik adalah dosa yang paling besar dan paling berbahaya, maka hal ini menunjukkan tentang bahayanya syirik dan syirik adalah dosa yang paling besar. Allah swt berfirman:
“... Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah. Maka pasti Allah mengharamkan kepadanya jannah dan tempat kembalinya adalah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang dzalim seorang penolong pun.” (QS. Al Maidah [5]: 72)
Ini adalah akibat di akhirat, yaitu diharamkan atasnya jannah, yakni dia terhalang untuk masuk jannah selama-lamanya, tidak ada bagi-nya sesuatu yang diinginkan di dalamnya. Kemana dia akan pergi? Apabila dia tidak termasuk penduduk jannah, kemana dia akan pergi? Apakah dia menjadi sesuatu yang tidak ada?! Tidak! Tempat kembalinya adalah neraka yang dia kekal di dalamnya.
“Tidaklah ada bagi orang-orang dzalim itu seorang penolongpun.” (Al- Maidah [5]: 72)
Yang dimaksud orang-orang dzalim adalah orang-orang musyrik. Karena syirik adalah kedzaliman, bahkan dia merupakan kedzaliman yang paling besar.
“Tidak ada bagi mereka (penolong)”, Yaitu tidak ada seorang pun yang mampu mengeluarkan mereka dari neraka atau memberi syafa’at untuk mereka di sisi Allah swt, sebagaimana pelaku dosa besar diberi syafa’at dan mere-ka bisa keluar dari neraka dengan syafa’at. Adapun orang-orang musyrik (maka) tidaklah bermanfaat bagi mereka syafa’at orang-orang yang memberi syafa’at.
“... Orang-orang yang dzalim tidak mempunyai teman setia seorang pun dan tidak (pula) mempunyai seorang pemberi syafaat yang diterima syafaatnya. ” (QS. Al Mukmin [40]: 18)
Seorang musyrik tidaklah diterima syafa’at padanya:
“Dan tempatnya adalah neraka” tempatnya yaitu tempat tinggalnya dan itulah sejelek-jelek tempat tinggal, tidak ada tempat tinggal baginya selain neraka selama-lamanya.
Maka dosa yang demikian bahayanya dan sangat jelek akibatnya, apakah boleh pura-pura bodoh dan tidak mengetahuinya serta kita tidak memperingatkan darinya?! Dan dikatakan: “Biarkanlah manusia, biarkan para penyembah kubur, para penyembah kubah-kubah, biarkan orang-orang yang ada perkara-perkara kemurtadan padanya selama dia masih mengaku Islam, maka dia seorang muslim dan hadapilah orang-orang atheis.”
Maka kita katakan, “Mereka (orang-orang musyrik) lebih besar dan berbahaya daripada orang-orang atheis.”
Termasuk contoh dari perbuatan syirik adalah menyembelih untuk selain Allah swt, seperti menyembelih untuk jin dan kubur.
Kita menyebutkan contoh ini karena ini banyak terjadi dan manusia bermudah-mudahan padanya, mereka menyembelih untuk selain Allah swt, mereka menyembelih untuk jin dalam rangka menjaga diri dari kejelekan mereka, juga dalam rangka berobat dan penyembuhan. Kebanyakan manusia bermudah-mudahan dalam masalah ini dan ini banyak terjadi, padahal ini adalah syirik besar yang mengeluarkan pelakunya dari agamanya dan ini bukan perkara yang mudah. Syetan akan berkata kepadanya: “Sembelihlah seekor anak domba, sembelihlah seekor ayam,” Ini adalah (perkara yang) mudah, tetapi dia tidak melihat kepada syirik. Maka orang-orang yang menyembelih seekor lalat (untuk selain Allah swt) masuk neraka, yang dilihat bukanlah yang disembelihnya, tetapi yang dilihatnya adalah aqidah (keyakinan)nya, yang dilihat adalah niat dalam hati dan tidak memperhatikan perkara syirik. Yang dilihat bukanlah nilai sesuatu yang disembelih, karena yang menyembelih seekor lalat untuk selain Allah swt masuk neraka.
Manusia bermudah-mudahan dalam hal ini, hanya sekedar ingin ditunaikan kebutuhannya atau agar syetan memberitahunya sesuatu yang tersembunyi atau memberitahu tentang harta yang hilang atau yang selainnya dari perkara-perkara yang manusia bertanya kepada jin tentangnya. Maka dia keluar dari agamanya –kita berlindung kepada Allah swt- dia murtad dalam perkara yang dia anggap mudah, padahal perkaranya sangat berbahanya.
Wallahu’alam. .................................
Referensi :
Dicetak ulang dari Buletin Al Huda E.7, 06 Rabiul Awal 1429 H, Bogor dan sebagai bahan tambahan lihat pula:
1. Pembatal keislaman, Buletin Nurul Haq edisi ke-10, 28 syawal 1428 H.
2. Majalah Gerimis, edisi 8 thn.2, Agustus 2007.
3. Masalah-masalah penting dalam Aqidah islam, oleh: Syaikh Muhammad Jamil Zainu (guru di Dar al hadist Al khairiyah, Makkah Al mukarrammah).
4. Hal-hal yang membatalkan keislaman, oleh: Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz (Ketua Umum Departemen Riset, Fatwa, Dakwah dan Bimbingan Islam), Riyadh, K.S.A.
5. Syarat- Syarat Iman, Syarat-Syarat Islam dan Pembatal-Pembatal Islam Oleh: Darul Qosim ,Daar Al- Gasem, Riyadh.
6. Hal-hal yang membatalkan keislaman seseorang, divisi terjemahan kantor da’wah daerah Rawdhah, Riyadh, KSA.
06 April 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar