02 Mei 2011

Syi’ah (Bagian 2)

Komentar Ulama salaf dan Khalaf tentang Rofidhoh

Para ulama Ahlus Sunnah, baik Salaf (terdahulu) maupun khalaf sepakat bahwa Rofidhoh adalah salah satu sekte paling besar dustanya, kedustaannya sudah dikenal sejak lama, oleh sebab itu para ulama memberikan cap terhadap syiah dengan kelompok yang banyak berdusta. Selain itu ia juga tidak termasuk bagian dari Islam (tidak tergolong orang Islam) yang disebabkan oleh kebencian dan pencacian terhadap para sahabat dan aqidah sesat lainnya. Perbedaan-Perbedaan dalam syiah ini tidak hanya dalam hal fiqhiyyah yang sifatnya furu’iyyah tetapi menyangkut masalah-masalah yang sangat mendasar sekali yaitu perbedaan dalam segi aqidah.

Saudaraku… tahukah anda bahwa orang-orang Rofidhoh menganggap dan mengaku bahwa para imam mereka ma’sum (terjaga dari kesalahan dan dosa) serta imam mereka mengetahui ilmu ghoib dan bisa mengetahui apa saja yang dikehendaki-nya, serta mengetahui kapan mereka mati, dan mereka tidak akan mati melainkan kare-na keinginan mereka sendiri. Selain itu juga menganggap bahwa Imam mereka lebih utama daripada para nabi dan Rosul, dan mereka memiliki kedudukan atau tingkat yang tidak tercapai oleh para malaikat dan para Rosul.

Mereka berkeyakinan akan keharusan hidupnya kembali (raj’ah) sejumlah orang yang sudah mati. Yaitu Abu Bakar dan Umar akan disalib di sebuah pohon, ketika dimasa bangkitnya imam mereka yang kedua belas, dimana pohon itu akan kering setelah dipakai untuk penyaliban. Begitu pula dengan Istri Rosululloh (Aisyah) akan dihidupkan kembali oleh imam mereka untuk dihukum.”

Mereka juga ber-aqidah tentang ath-thinah yaitu tanah kuburan al-Husain. Mere-ka berkeyakinan tanah ini untuk obat (yang paling agung) untuk segala penyakit, segala ketakutan, dan penjagaan dari keburukan yaitu dengan memohon kepada perantara Ali, perantara malaikat, perantara nabi. Mereka juga berkeyakinan bahwa biji tasbih yang terbuat dari tanah kuburan al-Husain dapat bertasbih (membaca Subhanalloh) dengan tangan meskipun orang itu tidak bertasbih.

Mereka juga pada 10 hari pertama dari bulan Muharram mengadakan upacara kesedihan dan ratapan (berkabung), saat itu mereka melakukan demonstrasi dengan memakai pakaian serba hitam melambangkan kesedihan. Ini mereka lakukan untuk mengenang gugurnya al-Husain (padahal kelompok mereka sendirilah yang membunuhnya). Pengadaan ritual ini dengan berkeyakinan bahwa ini merupakan sarana pendekatan kepada Alloh.

Dalam ritual mereka memukul-mukul pipi, dada, dan punggung mereka dengan tangan mereka. Menyobek-nyobek saku, menangis berteriak histeris dengan menyebut, “Ya Husain-Ya Husain!!!”.

Lebih-lebih tanggal 10 Muharrom, mereka melakukan lebih dari itu, mereka memukuli diri mereka sendiri dengan cemeti dan pedang, sebagaimana yang terjadi di Negara yang dikuasai oleh Rofidhoh seperti Iran (menurut Syi’ah; makin besar penyiksaan terhadap diri mereka sendiri maka makin khusuk dan makin besar pula cinta mereka terhadap Husain). Di Indonesia juga sudah ada yang mengadakan ritual ini, bahkan mereka mengadakannya di dalam gereja.


Aqidah Rofidhoh tentang ahlus Sunnah


Aqidah Syi’ah Rofidhoh berpijak pada peng-halalan harta dan jiwa Ahlus Sunnah.
Ash-Shaduq meriwayatkan suatu riwayat yang disandarkan kepada Daud bin Farqad dalam bukunya al-‘Ilal bahwa ia (Daud) berkata:

“Saya bertanya kepada Abu Abdillah, apa pendapat anda tentang an-Nasib (orang syi’ah menamakan ahlus sunnah dengan nama ini)? ia menjawab halal darahnya, tapi saya mengkhawatirkan keselamatan anda, maka jika anda mampu menggulingkan tembok sehingga merobohi ahlussunnah, atau menenggelamkannya di lautan, sehingga tak ada yang menyaksikan atas perbuatanmu maka lakukanlah, kemudian saya bertanya lagi, “Bagaimana pendapat anda tentang hartanya? Ia menjawab: “Ambillah, jika anda bisa.”

Istilah an-Nasib dalam pandangan Ahlus Sunnah sendiri adalah orang-orang yang membenci Ali bin Abi Tholib , akan tetapi pengikut Rofidhoh menjuluki pengikut Ahlus Sunnah dengan an-Nasib dikarenakan mereka (sunni) mendahulukan keimanan Abu Bakar, Umar dan Utsman atas Ali bin Abi Tholib.

Dan sebenarnya jelas sekali, bahwa keutamaan Abu Bakar dan Umar atas Ali bin Abi Tholib ini sudah ada pada masa Rosululloh sebagai buktinya hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Umar:

Telah bercerita kepada kami ‘Abdul ‘Aziz bin Abdullah telah bercerita kepada kami Sulaiman dari Yahya bin Sa’id dari Nafi’ dari Ibnu ‘Umar berkata;

“Kami memilih-milih orang terbaik diantara manusia pada zaman Nabi . Akhirnya yang terpilih adalah Abu Bakr kemudian ‘Umar bin Al Khaththab lalu ‘Utsman bin ‘Affan ”. (HR. al-Bukhari No.Hadits 3382).

Ditambahkan oleh at-Thabrani:

“Kemudian Rasulullah mengetahui hal itu, dan tidak mengingkarinya.”

Dikatakan oleh Ibnu Asakir, “Kami mengutamakan Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali.”

Bahkan Ali bin Abi Tholib pun mengatakan,

“Sebaik-baik umat ini setelah nabinya adalah Abu Bakar kemudian Umar, jika kau mengharapkan pasti aku katakan yang ketiganya.” (HR. Ahmad; Mutawatir)

Tidak cukup di situ saja, bahkan mereka (syi’ah) berpendapat bahwa kekufuran orang-orang ahlus sunnah lebih besar daripada kekufuran orang-orang Yahudi dan Nashrani, dika-renakan mereka memang kafir asli, lain halnya dengan ahlus Sunnah, maka mereka adalah murtad (keluar dari Islam) dan kekufuran dari kemurtadan lebih besar daripada kekufuran asli sesuai Ijma’.

Oleh sebab itu, sering kita saksikan orang-orang Rofidhoh membantu orang-orang kafir didalam peperangan melawan orang-orang Islam, seperti: keikutsertaan mereka bersekongkol dengan AS dan Israel, {mayoritas Syi’ah ada di Iran, pemimpin besar mereka berjabat tangan, saling memberi hadiah dan berfoto bersama Yahudi} sebagaimana yang disaksikan oleh sejarah (orang-orang Rofidhoh telah membantu pasukan Tatar ketika me-merangi Negara-negara Islam).

Mereka juga mendoa-kan keberkahan kepada Josh Bush dan berdo’a mengharapkan dirinya untuk berjumpa dan dikumpulkan beserta dengannya di akherat kelak. Saudara-ku… Ini sungguh nyata (fakta) bahwa syi’ah adalah produk orang yahudi, dan sampai saat ini masih ada campur tangan mereka.

Pendapat mereka tentang kota Najf dan Karbala Orang-orang Syi’ah beranggapan bahwa lokasi-lokasi kuburan para imam mereka, baik itu yang hanya diakui belaka atau yang sebenarnya sebagai tanah haram yang suci; kufah, karbala dan Qum adalah tanah haram. Tanah Karbala bagi orang Syi’ah lebih utama daripada Ka’bah, mereka juga menganggap tanah kufah adalah tanah yang sebaik-baiknya sete-lah tanah haramnya Alloh dan RosulNya dan mereka menganggap tanah Ka’bah sebagai tumpukan dosa, hina dina.

Disebutkan dalam kitab al-Mazar karya Muhammad an-Nu’man yang di juluki dengan asy-Syaikh al-Mufid ia mengatakan “Hendaklah seseorang yang menziarahi kuburan al-Husain mengangkat tangan kanannya, dan mengucapkan doa, “Saya datang menziarahimu, dengan mengharapkan agar kaki ini tetap tegar untuk selalu hijrah kepadamu (menziarahimu), saya yakin bahwa Alloh swt menghilangkan kesedihan, menurunkan rahmatNya, dengan sebabmu, dan karena engkau lah Alloh mengukuhkan bumi, tidak menenggelamkannya, dan mengokohkan gunung-gunungnya di atas pasak-pasaknya. Aku menghadap kepada tuhanku, dengan perantaramu, agar dikabulkan permohonanku dan semua kebutuhanku serta diampuni dosa-dosaku.”

Renungkanlah wahai sahabatku…bagaimana mereka jatuh kedalam kemusyrikan berupa permohonan kepada selain Alloh dalam pencapaian hajat dan pengampunan dosa dari manusia, sedangkan Alloh berfirman:

“...dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Alloh?...” {Qs. Ali Imron (3): 135}

Selain itu mereka juga thowaf mengelili-ngi kuburan tersebut.


Sisi perbedaan antara Syi’ah dan Ahlus Sunnah


Perbedaan antara ahlus Sunnah dan Syi’ah tidak hanya berpusat pada perbedaan-perbedaan masalah fiqhiyyah yang sifatnya furu’iyyah saja seperti masalah nikah mut’ah, sekali lagi tidak, perbedaan ini pada hakekat-nya perbedaan dalam masalah-masalah yang sangat mendasar sekali. Perbedaan dalam segi aqidah, yang mana perbedaan-perbedaan ini bisa dilihat pada hal-hal berikut, diantaranya:

Pertama, orang-orang syi’ah mengatakan bahwa al-Qur’an telah mengalami perubahan, sedangkan kita (ahlus Sunnah) me-ngatakan bahwa al-Qur’an adalah Kalamulloh yang sempurna tidak ada pengurangan, tidak pernah dan tidak akan ada penggantian, pe-ngurangan atau perubahan, sampai hari kiamat {lihat Qs. Al-Hijr (15) ayat 9}.

Kedua, orang-orang syi’ah mengatakan bahwasannya para sahabat Nabi semuanya murtad setelah wafatnya Rosululloh ke-cuali sedikit saja dari mereka, mereka mengkhianati amanah, dan agamanya, khususnya 3 khalifah yaitu: Abu Bakar, Umar, dan Utsman, oleh sebab itu mereka dicap orang-orang yang paling besar kekafirannya dan kesesatannya. Sedangkan kami (ahlus sunnah) mengatakan bahwa para sahabat Rosululloh adalah sebaik-baiknya manusia setelah para nabi, mereka semua orang-orang adil, tidak pernah dengan sengaja membuat kedustaan kepada nabi mereka, dan dapat dipercaya di dalam meriwayatkan hadits dari Nabi.

Ketiga: orang-orang syi’ah mengatakan, bahwa para imam mereka yang jumlahnya 12 adalah ma’sum, dijaga dari kesalahan, mereka mengetahui ilmu ghaib, mereka mengetahui segala ilmu yang datang kepada para malaikat, para nabi dan rosul, mereka mengetahui sesuatu yang sudah berlalu, yang akan tiba, tak ada sedikitpun yang samar bagi mereka.

Sedangkan kami (ahlus Sunnah) mengatakan bahwa mereka manusia biasa, sebagaimana yang lain, tidak ada perbedaan, sebagian mereka ada yang ahli fiqih, ulama, dan khalifah, kami tidak menisbahkan kepada mereka sesuatu apapun yang tidak pernah mereka dakwakan bagi diri mereka, karena mereka sendiri mencegah hal itu dan berlepas diri darinya.

Demikianlah halnya kalau kita ingin menyebutkan kesesatan-kesesatan mereka (Syi’ah), maka kita memerlukan banyak buku untuk menulisnya. Tetapi semua kesesatan-kesesatan itu di kondisi-kondisi tertentu mereka ingkari dan tutupi, karena kedustaan (tuqyah) adalah sembilan persepuluh dari agama mereka se-perti yang telah diakui oleh mereka sendiri di buku-buku mereka. Perlu disebutkan bahwa kawin kontrak (mut’ah) yang mereka halalkan adalah sebuah perzinahan yang terselubung. Sekarang mereka banyak mempengaruhi kaum muslimin di negeri ini.

Referensi:
  1. Menyingkap Kesesatan Aqidah syi’ah, Syaikh Abdullah bin Muhammad, Penerbit: Jaringan Pembelaan Terhadap Sunnah.
  2. Ensiklopedia Bid’ah (kumpulan Fatwa), Pustaka Darul Haq.
  3. Buku Tarbiyyah Agama Islam Terpadu, al-Hidayah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar