07 Mei 2011

Iman Kepada Kitab-Kitab Alloh

Kita mengimani bahwa Alloh swt telah menurunkan kepada RosulNya kitab-kitab sebagai hujjah buat umat manusia dan sebagai pedoman hidup bagi orang-orang yang mengamalkannya, dengan kitab-kitab itulah para rasul mengajarkan kepada umatnya kebenaran dan membersihkan jiwa mereka dari kemusyrikan.

Kita mengimani bahwa Alloh swt telah menurunkan kitab kepada para rosul, karena Alloh swt telah berfirman:

“Sungguh, Kami telah mengutus Rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al kitab dan neraca (keadilan) agar manusia melaksanakan keadilan...” {Qs. Al-Hadid (57) : 25}

Kitab-kitab yang disebutkan Alloh swt dalam al-Qur’an adalah Taurat, Injil, Zabur {Qs. 4: 163}, Shuhufnya Nabi Ibrohim as dan Nabi Musa as {Qs.53:36-37}. Adapun yang lain hanya disebutkan secara global {Qs.57:25}, kalau Alloh swt menyebutkan secara terperinci, maka kita wajib mengimaninya secara terperinci pula. Sebaliknya jika disebutkan secara global maka kita juga hanya wajib mengimani secara global {Qs.42:15}. Dari kitab-kitab itu yang kita kenal adalah:

1. Taurat, yang diturunkan Alloh swt kepada Nabi Musa as. Merupakan kitab terpenting bagi Bani Isroil. Firman Alloh swt (artinya) :

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat yang berisi tentang petunjuk dan nur (cahaya yang menerangi), dengan kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang berserah diri (kepada Allah), oleh orang-orang alim dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka telah diperintahkan untuk memelihara Kitab Allah dan mereka menjadi saksi atasnya…. {Qs. Al-Ma’idah (5) : 44}


2. Injil, diturunkan Alloh swt kepada nabi Isa as, sebagai pembenar dan pelengkap Taurat. Firman Alloh swt (artinya) :

“…dan Kami telah memberikan kepadanya (Isa ibnu Maryam) Kitab Injil yang berisi petunjuk dan nur, dan sebagai pembenar kitab yang sebelumnya, yaitu Taurat. Serta sebagai petunjuk dan pengajaran bagi orang-orang yang bertaqwa.” {Qs. Al-Ma’idah (5) : 46}

“dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan bagimu,…” {Qs. Ali Imron (3) : 50}

3. Zabur, kitab yang diberikan Alloh swt kepada Nabi Daud as.

4. Shuhuf (lembaran-lembaran) yang diturunkan kepada Nabi Ibrohim as dan Musa as.

5. Al-Qur-an al-Azhim, kitab yang diturunkan Alloh swt kepada Nabi Muhammad saw, penutup para nabi. Firman Alloh swt (artinya) :

“...bulan Ramadhan yang diturunkan padanya (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi umat manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang bathil)…” {Qs. Al-Baqoroh (2) : 185}

“dan Kami telah turunkan kepadamu kitab (Al Quran) ini dengan membawa kebenaran, membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya, dan menjadi saksi atasnya …” {Qs. Al-Ma’idah (5) : 48}

Maka dengan diturunkannya al-Qur-an, Alloh swt mencabut keberlakuan hukum kitab-kitab yang sebelumnya dan menjamin untuk memeliharanya dari tindakan jahat orang-orang yang mau merusaknya serta orang-orang yang ingin merubahnya, karena al-Qur-an akan tetap lestari menjadi bukti yang nyata bagi seluruh makhluk sampai datang hari Kiamat nanti. Firman Alloh swt :

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurun-kan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” {Qs. Al-Hijr (15) : 9}

Adapun kitab-kitab yang terdahulu sifatnya adalah sementara, berakhir dengan turunnya kitab lain yang menghapuskan masa keberlakuan hukumnya serta menerangkan penyelewengan dan perubahan yang telah terjadi padanya. Untuk itu maka kitab-kitab tersebut tidak mendapatkan jaminan perlindungan dari Alloh swt sehingga mengalami perubahan, penambahan dan pengurangan, sebagaimana dinyatakan dalam firman Alloh swt (artinya) :

“Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah kalimat-kalimat (Perkataan Alloh dalam Taurat) dari tempat-tempat yang sebenarnya…” {Qs. An-Nisa’ (4) : 46}

“Maka amat celakalah bagi orang-orang yang menulis Al kitab (Taurot) dengan tangan mereka sendiri, kemudian mereka berkata; “Ini berasal dari Alloh”, (dengan maksud) untuk mendapatkan keuntungan yang sedikit dari perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh ta-ngan mereka sendiri, dan amat celaka pula bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan. {Qs. Al-Baqoroh (2) : 79}

“…Katakanlah: “Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia?, kamu jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu perlihatkan (sebagian) nya dan kamu sembunyikan sebahagian besarnya…” {Qs. Al-An’am (6) : 91}

{Lihat Qs. Ali Imron (3) : 78-79}

“Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Alloh, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Alloh menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Alloh mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Alloh itu ialah Al Masih putera Maryam”. Katakanlah: “Maka siapakah (gerangan) yang dapat meng-halang-halangi kehendak Alloh, jika Dia hendak membinasakan Al Masih putera Maryam itu beserta ibunya dan seluruh orang-orang yang berada di bumi semuanya?” Kepunyaan Alloh-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang di antara keduanya; Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Alloh Maha Kuasa atas segala sesuatu.” {Qs. Al-Maidah (5) : 15-17}


Hukum Mengatakan “al-Qur’an itu Makhluk”

Al-qur’an adalah kalaamulloh baik huruf maupun maknanya, bukan hanya sebagiannya saja. Firman Alloh swt ini berupa perkataan, dan diturunkan kepada Nabi-Nya yang disebut wahyu. Kemudian wahyu itulah yang di imani oleh orang-orang mukmin. Sungguhpun kemudian kalamulloh ini ditulis dalam mus-haf, dibaca dengan lisan, dihafalkan dalam hati, didengarkan telinga dan dilihat mata, tetapi itu tidak berarti al-Qur’an bukan firman Alloh swt. (memang benar) tinta, pena dan kertas adalah makhluk (ciptaan Alloh swt). Tetapi yang ditulis bukanlah makhluk. Lisan dan suara itu memang makhluk, tetapi yang diucapkan bukanlah makhluk. Hati itu memang makhluk, tetapi hafalan yang di-simpan dalam hati bukanlah makhluk. Begitu pula telinga itu memang makhluk, tetapi yang didengar bukanlah makhluk. Alloh swt berfirman (artinya) :

“sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zholim. {Qs. Al-‘Ankabut (29) : 49}

“Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia, pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh),” {Qs. Al-Waaqi’ah (56) : 77-78}

dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, Yaitu kitab Tuhanmu (Al Quran). tidak ada (seorangpun) yang dapat merobah ka-limat-kalimat-Nya…{Qs. Al-Kahfi (18) : 27}

dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat men-dengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman baginya. demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui. {Qs. At-Taubah (9) : 6}

Ibnu Mas’ud  berkata: “Teruslah melihat al-Qur’an”. Nash-nash lain yang seperti ini tidak terhitung jumlahnya. Dan barangsiapa berkata bahwa al-Qur’an atau bagian-bagiannya itu makhluk (beranggapan bahwa Qur’an Bukan Kalamulloh), maka orang tersebut kafir, keluar dari Islam. Sebab al-Quran itu Kalamulloh; datang dan kembali kepadaNya. Sementara Kalam Alloh swt adalah sifatNya. Begitu juga dengan orang yang mengatakan bahwa sifat Alloh swt itu makhluk. Orang seperti ini harus diberi penjelasan dan disadarkan untuk kembali kepada Islam. Jika tidak mau maka boleh dibunuh dan sama sekali tidak diberi hak-haknya sebagai orang muslim.


Referensi :

  1. Aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin -Rohimahulloh-., Yayasan Makkah al Mukarramah.
  2. 222 kunci Aqidah yang lurus, Syaikh Hafizh bin Ahmad Hakami, Mustaqiim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar