Definisi Nabi dan Rosul
Secara bahasa, Nabi berasal dari kata an naba’ yang artinya adalah berita. Adapun secara istilah, nabi adalah seorang (manusia) laki-laki yang diberikan wahyu atau syari’at oleh Alloh swt, baik syari’at nabi pendahulunya ataupun syari’at baru, dan tidak diwajibkan untuk menyampaikannya kepada kaum kafir yang menentang syari’atNya, atau hanya diwajibkan kepada kaum tertentu (kaumnya saja), dengan tugas tambahan yaitu khusus berda’wah kepada ummatnya atau untuk memperbaiki keadaan mereka. Dari dua pengertian ini pula, dapat kita pahami hubu-ngan antara arti secara bahasa dan arti secara istilah yaitu, bahwasannya nabi adalah pembawa berita dari Alloh swt.
Adapun Rosul secara bahasa berasal dari kata al-irsaal yang berarti at taujih yaitu bimbingan atau pengarahan. Adapun secara istilah, rosul adalah seorang laki-laki yang diberikan wahyu (syari’at) tersendiri / baru dan wajib untuk mendakwahkannya kepada seluruh ummat manusia pada masanya, terutama orang-orang kafir yang menentangnya. [al-Irsyaad 133; Mabaahits al Aqiidah fii Suroh az Zumar: 465-466]
Dari definisi antara nabi dan rosul di atas, dapat kita simpulkan bahwa nabi berbeda dengan rosul. Secara umum dapat kita katakan bahwa rosul lebih luas dari nabi, atau dapat kita katakan bahwa risalah atau misi seorang rosul bersifat lebih umum. Setiap rosul pasti nabi dan tidak semua nabi adalah rosul. Karena nubuwwah (kenabian) merupakan bagian daripada risalah (kerasulan). [Mabaahits al-Aqiidah: 466-467].
Arti Beriman Kepada Para Rosul
Sebagai seorang muslim kita wajib ber-iman kepada para rosul yaitu pembenaran yang pasti dan meyakini, bahwa Alloh swt telah mengutus seorang rosul kepada setiap umat dari golongan mereka, untuk menyampaikan kabar gembira dan peringatan dan untuk mengajak mereka untuk beribadah hanya kepada Alloh swt semata, dan mengingkari sesuatu yang diibadahi selain-Nya. Juga membenarkan bahwa para rosul itu semua nya jujur, dipercaya, pintar, mulia, berbakti, bertaqwa, terpercaya, pemberi petunjuk, dan diberi petunjuk, mereka menyampaikan risalah/misi, makhluk yang paling baik, dan suci dari mempersekutukan Alloh swt sejak lahir sampai meninggal dunia. Mereka dibekali dalil-dalil, bukti dan ayat-ayat yang jelas dan tidak dapat dibantah. Mereka menyampaikan semua yang diturunkan Alloh ; tidak meyembunyikan, tidak merubah, tidak menambah dan mengurangi. “Para rosul tidak lain adalah penyampai dan penjelas”.
Dalil-dalil iman kepada para rosul cukup banyak sekali dalam al-Qur’an maupun as-Sunnah, antara lain adalah firman Alloh swt (artinya) :
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: “Kami beriman kepada yang sebahagian dan Kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)”, serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir), merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan. Orang-orang yang beriman kepada Allah dan Para Rasul-Nya dan tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka, kelak Allah akan memberikan kepada mereka pahalanya. ...” {Qs. An-Nisaa’(4): 150-152}.
Dan sabda Nabi saw:
“Aku beriman kepada Alloh dan para Rosul-Nya.”
Ahlussunnah beriman bahwasannya Alloh swt telah mengutus Rosul-rosul-Nya kepada setiap ummat dengan membawa Tauhid
Pada dasarnya inti seruan para Rosul mulai yang pertama sampai yang terakhir adalah sama, yaitu tauhid. Adapun syari’at yang dibawa oleh para rosul, terkadang adanya perbedaan. Mereka mengajak manusia mengesakan Alloh swt pada setiap sendi kehidupannya, dan menolak jenis peribadatan selain kepada-Nya. Ahlussunnah pun bersaksi bahwa para Rosul yang mulia itu telah menyampaikan risalah Alloh swt dan menunaikan amanah mereka. Alloh swt telah mengutus seorang rosul pada setiap umat dengan misi memerintahkan manusia agar hanya beribadah kepada-Nya semata dan agar menjauhi thoghut. Alloh swt berfirman (artinya):
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Beribadahlah hanya kepada Allah (saja), dan jauhilah Thaghut (sesembahan selain Alloh) itu.....”, {Qs. An-Nahl (16): 36} lihat pula Qs. al-Anbiyaa’(21): 25; az-Zukhruf (43): 45; al-Mu’minuun (23): 23.
Kita mengimani bahwa semua rosul adalah manusia biasa yang diciptakan Alloh swt. Mereka tidak memiliki keistimewaan apapun yang merupakan hak-hak khusus bagi Alloh swt atau hak-hak ketuhanan. Dan kitapun mengimani bahwa para rosul adalah hamba-hamba Alloh swt yang diutus sebagai rosul, dan disifati Alloh swt sebagai hamba yang pa-ling tinggi kedudukannya.
Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa Sesungguhnya Ilah kalian itu adalah Ilah yang Esa”. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Robbnya”.{Qs. Al-Kahfi (18) : 110}.
{lihat pula Qs. Hud (11) : 31 ; Qs. Al-Jin (72): 21-22 ; Qs. al-An’am (6): 50; Qs. al-A’rof (7): 188.}
Para rosul adalah manusia pilihan yang dipilih oleh Alloh swt.
Kita mengimani bahwa para rosul adalah hamba-hamba Alloh swt, dimuliakan Alloh swt dengan diutus sebagai rosul dan disifati Alloh swt sebagai hamba yang paling tinggi kedudukannya, sebagaimana dalam sanjungan dan pujian yang disampaikan Alloh swt untuk mereka, Mereka diberikan wahyu syari’at-Nya agar disampaikan kepada umatnya. Jumlah mereka banyak sekali. Jumlah Nabi seluruhnya yaitu 124.000 nabi, sedangkan jumlah rosul seluruhnya yaitu berjumlah 313 rosul. Berdasarkan Hadits Abu Dzar al-Ghiffari ra Ia bertanya kepada Nabi Muhammad saw;
“Wahai Nabiyulloh, berapakah jumlah nabi dan berapakah yang diutus (menjadi rosul)?” Beliau saw menjawab: “Nabi itu berjumlah 124.000 orang, dan yang diutus (menjadi rosul) itu ada 313 orang. Diantara mereka ada yang menjadi nabi tapi tidak menjadi rosul, dan ada yang menjadi nabi sekaligus rosul”
Hal ini juga dikatakan oleh Ibnu al-Qoyyim al-Jauziyah dalam kitabnya (Zadul Ma’ad), beliau mengatakan:
“Demikian pula pilihan-Nya yang jatuh pada nabi-nabiNya diantara seluruh anak keturunan Adam as. Mereka semua berjumlah seratus dua puluh empat ribu orang. Dan pilihan-Nya yang jatuh pada para rosul-Nya di antara mereka yang berjumlah tiga ratus tiga belas orang, sesuai dengan keterangan yang terdapat dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Dzar oleh Ahmad dan Ibnu Hibban di dalam Shahih-nya.”
Apakah Alloh swt menceritakan semua Rosul-Nya dalam al-Qur’an?
Alloh swt tidak menceritakan semuanya. Para rosul dan nabi, ada yang kisah dan nama-nama mereka diceritakan kepada kita, dan ada pula yang tidak diceritakan. Namun Dia hanya menceritakan yang dipandang perlu dan mewakili (lihat Qs. An-Nisaa’: 164). Yang wajib bagi kita adalah mengimani secara terperinci ajaran yang memang dirinci dan mengimani secara global ajaran yang tidak diperinci. Para rosul yang namanya dikabarkan Alloh swt dalam kitab-Nya dan sunnah Rosul-Nya, maka kita tidak boleh mendustakan mereka. Disamping itu, kita pun harus mengimani para rosul dan nabi yang tidak diceritakan.
Siapakah para rosul itu?
Para nabi dan rosul yang terdapat dalam al-Kitab (al-Qur’an) yang wajib diimani adalah 25 nabi dan rosul, yang disebutkan Alloh namanya, yaitu: Adam, Nuh, Idris, Hud, Shalih, Ibrohim, Luth, Isma’il, Ishaq, Ya’qub, Yusuf, Syu’aib, Musa, Harun, Dawud, Sulaiman, Ayyub, Yunus, Alyasa’, Dzul Kifli, Ilyas, Zakariyya, Yahya, ‘Isa dan Muhammad –‘Alayhimu as-Salam-. (lihat Qs. al-An’aam: 84-86, QS. Ali Imron: 33, QS. Huud: 50, 61& 84, QS. Al-anbiyaa’: 85, QS. Al-Fath: 29).
Diantara mereka ada yang termasuk rosul ulul ‘azmi (memiliki kesabaran lebih), mereka berjumlah lima orang yang disebut dalam dua tempat (Qs. Al-Ahzab: 7 dan QS. As-Syuro: 13), yang paling mulia di antara para rosul itu ialah: nabi Muhammad saw, kemudian Nabi Ibrahim as, kemudian Nabi Musa as, kemudian Nabi Nuh as, kemudian Nabi Isa as.
Dan di antara mereka ada dua orang khalil (kekasih), yaitu Ibrohim as dan Muhammad saw.
Ibnu Qoyyim berkata (dalam kitabnya):
“Kemudian pilihanNya yang jatuh pada rosul yang Ulul Azmi di antara mereka seba-nyak lima orang, seperti yang tercantum dalam surat al-Ahzab dan asy-Syuro pada firmanNya, (artinya) :
“dan (ingatlah) ketika Kami mengambil Perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri) dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam…” {Qs. al-Ahzab (33) : 7}.
“Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang din apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa Yaitu: Tegakkanlah dĩn (agama) dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya... {Qs. asy-Syuro (42): 13}.
Selanjutnya, Alloh swt pun telah memilih di antara mereka dua orang khalil (kekasih), yaitu Ibrohim dan Muhammad saw…” (ibnul Qoyyim dalam Zadul Ma’ad).
Bersambung….
Referensi:
Secara bahasa, Nabi berasal dari kata an naba’ yang artinya adalah berita. Adapun secara istilah, nabi adalah seorang (manusia) laki-laki yang diberikan wahyu atau syari’at oleh Alloh swt, baik syari’at nabi pendahulunya ataupun syari’at baru, dan tidak diwajibkan untuk menyampaikannya kepada kaum kafir yang menentang syari’atNya, atau hanya diwajibkan kepada kaum tertentu (kaumnya saja), dengan tugas tambahan yaitu khusus berda’wah kepada ummatnya atau untuk memperbaiki keadaan mereka. Dari dua pengertian ini pula, dapat kita pahami hubu-ngan antara arti secara bahasa dan arti secara istilah yaitu, bahwasannya nabi adalah pembawa berita dari Alloh swt.
Adapun Rosul secara bahasa berasal dari kata al-irsaal yang berarti at taujih yaitu bimbingan atau pengarahan. Adapun secara istilah, rosul adalah seorang laki-laki yang diberikan wahyu (syari’at) tersendiri / baru dan wajib untuk mendakwahkannya kepada seluruh ummat manusia pada masanya, terutama orang-orang kafir yang menentangnya. [al-Irsyaad 133; Mabaahits al Aqiidah fii Suroh az Zumar: 465-466]
Dari definisi antara nabi dan rosul di atas, dapat kita simpulkan bahwa nabi berbeda dengan rosul. Secara umum dapat kita katakan bahwa rosul lebih luas dari nabi, atau dapat kita katakan bahwa risalah atau misi seorang rosul bersifat lebih umum. Setiap rosul pasti nabi dan tidak semua nabi adalah rosul. Karena nubuwwah (kenabian) merupakan bagian daripada risalah (kerasulan). [Mabaahits al-Aqiidah: 466-467].
Arti Beriman Kepada Para Rosul
Sebagai seorang muslim kita wajib ber-iman kepada para rosul yaitu pembenaran yang pasti dan meyakini, bahwa Alloh swt telah mengutus seorang rosul kepada setiap umat dari golongan mereka, untuk menyampaikan kabar gembira dan peringatan dan untuk mengajak mereka untuk beribadah hanya kepada Alloh swt semata, dan mengingkari sesuatu yang diibadahi selain-Nya. Juga membenarkan bahwa para rosul itu semua nya jujur, dipercaya, pintar, mulia, berbakti, bertaqwa, terpercaya, pemberi petunjuk, dan diberi petunjuk, mereka menyampaikan risalah/misi, makhluk yang paling baik, dan suci dari mempersekutukan Alloh swt sejak lahir sampai meninggal dunia. Mereka dibekali dalil-dalil, bukti dan ayat-ayat yang jelas dan tidak dapat dibantah. Mereka menyampaikan semua yang diturunkan Alloh ; tidak meyembunyikan, tidak merubah, tidak menambah dan mengurangi. “Para rosul tidak lain adalah penyampai dan penjelas”.
Dalil-dalil iman kepada para rosul cukup banyak sekali dalam al-Qur’an maupun as-Sunnah, antara lain adalah firman Alloh swt (artinya) :
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: “Kami beriman kepada yang sebahagian dan Kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)”, serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir), merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan. Orang-orang yang beriman kepada Allah dan Para Rasul-Nya dan tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka, kelak Allah akan memberikan kepada mereka pahalanya. ...” {Qs. An-Nisaa’(4): 150-152}.
Dan sabda Nabi saw:
“Aku beriman kepada Alloh dan para Rosul-Nya.”
Ahlussunnah beriman bahwasannya Alloh swt telah mengutus Rosul-rosul-Nya kepada setiap ummat dengan membawa Tauhid
Pada dasarnya inti seruan para Rosul mulai yang pertama sampai yang terakhir adalah sama, yaitu tauhid. Adapun syari’at yang dibawa oleh para rosul, terkadang adanya perbedaan. Mereka mengajak manusia mengesakan Alloh swt pada setiap sendi kehidupannya, dan menolak jenis peribadatan selain kepada-Nya. Ahlussunnah pun bersaksi bahwa para Rosul yang mulia itu telah menyampaikan risalah Alloh swt dan menunaikan amanah mereka. Alloh swt telah mengutus seorang rosul pada setiap umat dengan misi memerintahkan manusia agar hanya beribadah kepada-Nya semata dan agar menjauhi thoghut. Alloh swt berfirman (artinya):
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Beribadahlah hanya kepada Allah (saja), dan jauhilah Thaghut (sesembahan selain Alloh) itu.....”, {Qs. An-Nahl (16): 36} lihat pula Qs. al-Anbiyaa’(21): 25; az-Zukhruf (43): 45; al-Mu’minuun (23): 23.
Kita mengimani bahwa semua rosul adalah manusia biasa yang diciptakan Alloh swt. Mereka tidak memiliki keistimewaan apapun yang merupakan hak-hak khusus bagi Alloh swt atau hak-hak ketuhanan. Dan kitapun mengimani bahwa para rosul adalah hamba-hamba Alloh swt yang diutus sebagai rosul, dan disifati Alloh swt sebagai hamba yang pa-ling tinggi kedudukannya.
Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa Sesungguhnya Ilah kalian itu adalah Ilah yang Esa”. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Robbnya”.{Qs. Al-Kahfi (18) : 110}.
{lihat pula Qs. Hud (11) : 31 ; Qs. Al-Jin (72): 21-22 ; Qs. al-An’am (6): 50; Qs. al-A’rof (7): 188.}
Para rosul adalah manusia pilihan yang dipilih oleh Alloh swt.
Kita mengimani bahwa para rosul adalah hamba-hamba Alloh swt, dimuliakan Alloh swt dengan diutus sebagai rosul dan disifati Alloh swt sebagai hamba yang paling tinggi kedudukannya, sebagaimana dalam sanjungan dan pujian yang disampaikan Alloh swt untuk mereka, Mereka diberikan wahyu syari’at-Nya agar disampaikan kepada umatnya. Jumlah mereka banyak sekali. Jumlah Nabi seluruhnya yaitu 124.000 nabi, sedangkan jumlah rosul seluruhnya yaitu berjumlah 313 rosul. Berdasarkan Hadits Abu Dzar al-Ghiffari ra Ia bertanya kepada Nabi Muhammad saw;
“Wahai Nabiyulloh, berapakah jumlah nabi dan berapakah yang diutus (menjadi rosul)?” Beliau saw menjawab: “Nabi itu berjumlah 124.000 orang, dan yang diutus (menjadi rosul) itu ada 313 orang. Diantara mereka ada yang menjadi nabi tapi tidak menjadi rosul, dan ada yang menjadi nabi sekaligus rosul”
Hal ini juga dikatakan oleh Ibnu al-Qoyyim al-Jauziyah dalam kitabnya (Zadul Ma’ad), beliau mengatakan:
“Demikian pula pilihan-Nya yang jatuh pada nabi-nabiNya diantara seluruh anak keturunan Adam as. Mereka semua berjumlah seratus dua puluh empat ribu orang. Dan pilihan-Nya yang jatuh pada para rosul-Nya di antara mereka yang berjumlah tiga ratus tiga belas orang, sesuai dengan keterangan yang terdapat dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Dzar oleh Ahmad dan Ibnu Hibban di dalam Shahih-nya.”
Apakah Alloh swt menceritakan semua Rosul-Nya dalam al-Qur’an?
Alloh swt tidak menceritakan semuanya. Para rosul dan nabi, ada yang kisah dan nama-nama mereka diceritakan kepada kita, dan ada pula yang tidak diceritakan. Namun Dia hanya menceritakan yang dipandang perlu dan mewakili (lihat Qs. An-Nisaa’: 164). Yang wajib bagi kita adalah mengimani secara terperinci ajaran yang memang dirinci dan mengimani secara global ajaran yang tidak diperinci. Para rosul yang namanya dikabarkan Alloh swt dalam kitab-Nya dan sunnah Rosul-Nya, maka kita tidak boleh mendustakan mereka. Disamping itu, kita pun harus mengimani para rosul dan nabi yang tidak diceritakan.
Siapakah para rosul itu?
Para nabi dan rosul yang terdapat dalam al-Kitab (al-Qur’an) yang wajib diimani adalah 25 nabi dan rosul, yang disebutkan Alloh namanya, yaitu: Adam, Nuh, Idris, Hud, Shalih, Ibrohim, Luth, Isma’il, Ishaq, Ya’qub, Yusuf, Syu’aib, Musa, Harun, Dawud, Sulaiman, Ayyub, Yunus, Alyasa’, Dzul Kifli, Ilyas, Zakariyya, Yahya, ‘Isa dan Muhammad –‘Alayhimu as-Salam-. (lihat Qs. al-An’aam: 84-86, QS. Ali Imron: 33, QS. Huud: 50, 61& 84, QS. Al-anbiyaa’: 85, QS. Al-Fath: 29).
Diantara mereka ada yang termasuk rosul ulul ‘azmi (memiliki kesabaran lebih), mereka berjumlah lima orang yang disebut dalam dua tempat (Qs. Al-Ahzab: 7 dan QS. As-Syuro: 13), yang paling mulia di antara para rosul itu ialah: nabi Muhammad saw, kemudian Nabi Ibrahim as, kemudian Nabi Musa as, kemudian Nabi Nuh as, kemudian Nabi Isa as.
Dan di antara mereka ada dua orang khalil (kekasih), yaitu Ibrohim as dan Muhammad saw.
Ibnu Qoyyim berkata (dalam kitabnya):
“Kemudian pilihanNya yang jatuh pada rosul yang Ulul Azmi di antara mereka seba-nyak lima orang, seperti yang tercantum dalam surat al-Ahzab dan asy-Syuro pada firmanNya, (artinya) :
“dan (ingatlah) ketika Kami mengambil Perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri) dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam…” {Qs. al-Ahzab (33) : 7}.
“Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang din apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa Yaitu: Tegakkanlah dĩn (agama) dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya... {Qs. asy-Syuro (42): 13}.
Selanjutnya, Alloh swt pun telah memilih di antara mereka dua orang khalil (kekasih), yaitu Ibrohim dan Muhammad saw…” (ibnul Qoyyim dalam Zadul Ma’ad).
Bersambung….
Referensi:
- 222 Kunci Aqidah yang Lurus, Syaikh Hafizh bin Ahmad Hakami, Penerbit: Mustaqiim.
- Aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah, Syaikh Muhammad Bin Shalih al-Utsaimin, Penerbit: Yayasan Makkah al Mukarromah, perwakilan Indonesia.
- Prinsip-prinsip Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Syaikh (Doktor) Sholeh bin Fauzan bin ‘Abdullah al-Fauzan, pustaka: (Ishlahul Ummah & Dar al-Gasem).
- Ahlussunnah wal Jama’ah, Team Ilmiah eLDaSI (Lembaga Dakwah Sunniyah Indonesia), pustaka al-Faruq.
- Tafsir Sepersepuluh dari al-Qur’an al-Karim
- Zadul Ma’ad, jilid I, Ibnu Qayyim al-Jauziyah, pustaka al Kautsar.
- (Tarjamah) Tanbihul Ghafilin, jilid II, Abu 7. Laits as-Samarqandi, PT Karya Toha Putra, semarang.
- Aqidah Shohihah versus Aqidah Bathilah, Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz, Mdar alwatan.
- al-Irsyaad 133; Mabaahits al Aqiidah fii Suroh az Zumar: 465-466.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar