06 Mei 2011

Beriman Kepada Alloh Bagian 2 (Beriman Kepada Uluhiyah Alloh)

Makna beriman kepada Alloh

Yaitu pembenaran yang pasti akan wujud (keberadaan) Alloh , mengakui rububiyah, uluhiyah serta asma’ dan sifatNya.

Karena itu, beriman kepada Alloh meliputi empat perkara; yaitu, beriman kepada wujud Alloh , beriman kepada rububiyah Alloh , beriman kepada uluhiyah Alloh swt, dan beriman kepada asma’ dan sifat Alloh swt.

Saudaraku, pada edisi yang lalu kita telah membahas Beriman kepada Wujud dan Rububiyah Alloh swt. Oleh karena itu, perlu kiranya kami ulas juga lanjutannya, yaitu Beriman kepada
Uluhiyah Alloh .


Beriman kepada Uluhiyah Alloh

Maknanya yaitu kepercayaan secara pasti bahwa hanya Alloh semata yang berhak atas segala bentuk ibadah, baik yang lahir maupun batin. Seperti do’a, khauf (takut) tawakkal (berserah diri), isti’anah (memohon pertolongan), sholat, zakat, puasa dan lain-lain. Jadi, hamba tersebut yakin bahwa Alloh adalah al-Ma’bud (Dzat yang disembah), yang tidak ada sekutu bagiNya. Karena itu, tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Alloh swt, sebagaimana firmanNya:

وَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لا إِلَهَ إِلا هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ (١٦٣)


“dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa (tunggal); tidak ada ilah (sesembahan) melainkan Dia yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”. {Qs. Al-Baqoroh (2): 163}

Dalam ayat di atas, Alloh mengabarkan bahwa sesembahan yang hak hanya satu, karena itu dilarang menjadikan sesembahan lain selain daripadaNya dan tidak boleh ada yang disembah kecuali Dia.

Beriman kepada Uluhiyah Alloh yaitu mengakui bahwa hanya Alloh swt-lah Tuhan yang berhak disembah, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan ilah artinya adalah ma’luh maksudnya, yang disembah dengan penuh kecintaan dan pengagungan. Yakni, menTauhid-kan {meng-Esa-kan} Alloh dengan segala bentuk ibadah, sehingga kita tidak berdo’a kecuali kepada Alloh , tidak takut kecuali kepada Alloh , tidak bertawakkal kecuali kepada Alloh , tidak sujud kecuali kepada Alloh dan kita tidak tunduk kecuali kepada Alloh . Dan memang tidaklah ada yang berhak disembah kecuali Alloh . Alloh berfirman:

“Hanya kepadaMu-lah kami menyembah, dan hanya kepada Mu-lah kami meminta pertolongan”. {Qs. Al-Fatihah (1) : 5}.

Saudaraku,…
Maksud diutusnya para rosul dan diturunkannya kitab-kitab samawi adalah untuk menetapkan dan mengakui bahwa Alloh adalah Ilah (Tuhan yang berhak disembah), sebagaimana firman Alloh :

“Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rosul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Alloh (saja), dan jauhilah Thaghut itu”.” {QS. An-Nahl (16) : 36}.

Bukan hanya sekedar mengetahui bahwa Robb (Tuhan) kita adalah Alloh swt, yang menciptakan Alam semesta dan seluruh makhluk adalah Alloh swt, tetapi kita juga harus menjadikan Alloh sebagai Ilah {sesembahan} dan tidak ada sekutu bagiNya. Jadi, bukan hanya sekedar pengetahuan mengenai Rububiyah Alloh swt, tetapi juga harus beriman dan merealisasikan kepada Uluhiyah Alloh .

Saudaraku,…
Inilah tujuan penciptaan manusia dan jin yaitu beribadah hanya kepada Alloh semata, tidak ada sekutu bagiNya. Alloh berfirman:

“dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah {mengabdi / beribadah} kepada-Ku.” {QS. Adz-Dzariyat (51) : 56}.

Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhoi Alloh swt, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang lahir maupun yang batin.

Sesungguhnya kewajiban pertama atas setiap manusia adalah beriman kepada uluhiyah Alloh swt. Sebagaimana yang diwasiatkan Nabi kepada Mu’adz bin Jabal saat dia diutus ke Yaman. Ketika itu Nabi bersabda:

“Sesungguhnya engkau akan datang kepada kaum dari kalangan ahli kitab, karena itu pertama kali yang hendaknya engkau serukan kepada mereka adalah bersaksi bahwa tidak ada [ilah] sesembahan yang haq kecuali Alloh .” {HR. al-Bukhori dan Muslim}

Maksudnya, hendaknya engkau mengajak mereka untuk mengesakan Alloh dalam berbagai bentuk ibadah.


Makna ‘Laa ilaaha Illalloh’

Saudaraku, … kalimat yang agung ini adalah sesuatu yang pertama kali diwajibkan atas manusia, sebagaimana ia adalah kewajiban yang terakhir bagi seseorang. Maka, barangsiapa meninggal di atas kalimat tersebut ber-arti ia termasuk penghuni Surga, sebagaimana disabdakan Nabi :

“Barangsiapa meninggal dunia dan dia mengerti bahwa tidak ada sesembahan yang haq kecuali Alloh , niscaya ia akan masuk Surga.” {HR. Muslim}.

Karena itu, kewajiban mengetahui ‘Laa ilaaha illalloh’ adalah kewajiban yang paling agung dan paling penting. Adapun makna ‘Laa ilaaha illalloh’ adalah tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Alloh semata.

Ia menghapuskan segala bentuk sesembahan selain Alloh dan menetapkan bahwa penyembahan [ibadah] itu hanya milik Alloh semata, tidak ada sekutu bagiNya.

Maka, makna ‘al-ilah’ adalah ‘al-ma’bud’ [yang disembah]. Sehingga barangsiapa menyembah sesuatu [yang lain] berarti ia telah menjadikan sesembahan lain selain Alloh . Padahal semua itu batil kecuali hanya satu sesembahan, Yaitu Alloh semata.

Alloh itulah Robb yang disembah oleh segenap hati dengan penuh kecintaan, pemuliaan dan pengagungan, penuh kehinaan dan ketundukan, penuh ketakutan, kepasrahan, serta permohonan kepadaNya.

Dan tidaklah hati itu mengalami kegembiraan dan kebahagiaan kecuali dengan merealisasikan makna ‘Laa ilaaha illalloh’. Karena kebahagiaan yang sempurna dan kehidupan yang baik dan penuh kenikmatan hanyalah dengan mengesakan Alloh dalam beribadah kepadaNya.


Rukun ‘Laa ilaaha Illalloh’

Kalimat yang agung ini memiliki dua rukun, yaitu ‘an-nafyu’ (peniadaan) dan ‘al-itsbat’ (penetapan).

Rukun pertama yaitu “laa ilaaha” yang berarti Penafian atau peniadaan ibadah kepada selain Alloh dan pembatalan kemusyrikan serta kewajiban mengingkari segala apa yang disembah selain Alloh .

Rukun yang kedua yaitu “illalloh” yang berarti penetapan bahwa ibadah itu hanya ditujukan kepada Alloh semata, serta mengesakanNya dalam segala bentuk dan macam ibadah. Dalilnya adalah firman Alloh :

“Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Alloh, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. dan Alloh Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” {Qs. Al-Baqoroh (2): 256}.

firmanNya, “Barangsiapa yang ingkar kepada thoghut” adalah makna dari rukun yang pertama ‘laa ilaaha’ dan firmanNya, “Dan beriman kepada Alloh” adalah makna dari rukun yang kedua ‘illalloh’.

Adapun syarat-syarat “Laa ilaaha Illalloh ” yaitu:

  1. Mengetahui makna ‘Laa ilaaha illalloh’ [ilmu].
  2. Yakin. Jika ia ragu-ragu maka hal itu tidak ada manfaatnya.
  3. Qabul [menerima] apa yang ditunjukkan oleh makna kalimat tersebut yakni beribadah hanya kepada Alloh semata dan tidak beribadah kepada selainNya.
  4. Inqiyad [patuh] terhadap makna yang ditunjukkannya.
  5. Shidq [jujur], yaitu hendaknya orang yang mengucapkan kalimat ini benar-benar jujur dari dalam hatinya.
  6. Ikhlas, yaitu membersihkan amal dari segala debu syirik, yaitu dengan cara tidak mengucapkan kalimat tersebut karena tujuan duniawi, tetapi dengan ikhlas dari hatinya karena mengharapkan pahala melihat wajah Alloh .
  7. Mahabbah [cinta] pada kalimat ini, serta isinya, juga mencintai orang-orang yang mengamalkan konsekuensinya.

Referensi:
  • Tarbiyah Agama Islam Terpadu, Bogor.
  • Ajaran Islam Yang Paling Mendasar, al-Imam al-Mujaddid Syaikhul Islam Muhammad Ibnu Abdil Wahhab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar