09 Mei 2011

Ketundukan Kepada Alloh adalah Syarat Mutlak Menjadi Panutan yang Baik ( Sebuah Refleksi dari Kisah Hidup Nabi Ibrohim as)

Kaum Muslimin rahimaniallohu waiyyakum, lantunan takbir yang disertai rasa syukur seperti di pagi hari ini terasa begitu indah dan nikmat, hari raya yang bahagia bagi segenap kaum muslimin di manapun mereka berada. Lantunan tahmid dan tahlil membumbung ke angkasa menembus cakrawala mengingatkan akan hakikat diri dan curahan nikmat tiada hingga,

Ma’asyiral muslimin rahimaniallohu waiyyakum,

Nabiyullah Ibrohim adalah tokoh sentral yang selalu dikenang di setiap Iedul Adha dan beliau patut untuk itu dari pengorbanan yang luar biasa dalam ketundukan kepada Alloh yang berwujud pada ketaatan agung tidak tertandingi mulai dari hijrah hingga keikhlasan mengorbankan puteranya dalam peristiwa penyembelihan yang berakhir dengan syariat berkurban hingga saat ini. Beliau dijadikan panutan karena kesempurnaannya sebagai hamba Alloh dalam segala hal, di dalam al-Qur’an surah an-Nahl (16): 120, Alloh berfirman:َ

إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (١٢٠)

“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Alloh dan hanif, dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan)”.

Di samping sebagai Rasul utusan Alloh yang sempurna menjalankan tugas berat tersebut, beliau dalam kehidupan kemanusiaannyapun berhasil mendidik istri dan keturunan beliau berjalan di atas jalan Alloh . Di dalam Qs. al-Baqarah (02): 132

“Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya`qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Alloh telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”.

Kaum Muslimin rahimaniallohu waiyyakum,

kunci kesempurnaan Khalilullah (Kekasih Alloh ) Ibrahim dalam ketundukan kepada Rabbnya adalah rasa tsiqah (yakin) beliau kepada segala perintah-perintahNya bahwa di dalamnya pasti terkandung maslahat, baik nampak ataupun tidak, saat ini ataupun di kemudian hari. Rasa tsiqah ini berwujud iman dan yakin yang senantiasa memenuhi relung hati, lisan dan perbuatan beliau sehingga kalimat yang keluar di saat datang perintah adalah sebagaimana firman Alloh dalam Qs. al-Baqarah (02):131,

“Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: “Tunduk patuhlah!” Ibrahim menjawab: “Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam”.

Kaum Muslimin Rahimakumullah, dari sifat Nabiyullah Ibrahim di atas setidaknya bagi kita untuk zaman seperti sekarang ini membutuhkan dua hal penting:

1. Rasa tsiqah (yakin) kepada ketetapan Alloh yang menghasilkan keimanan nan kuat akan segala janji-Nya berupa kebahagiaan bagi orang yang taat dan tunduk serta kebinasaan bagi orang yang membenci, menolak atau menggantinya.

Alloh berfirman dalam Qs. Muhammad (47): 8-9

“Dan orang-orang yang kafir maka kecelakaanlah bagi mereka dan Alloh menghapus amal-amal mereka. Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Alloh (Al Qur’an) lalu Alloh menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka”.

Di dalam ayat lain Qs. Thaha (20): 75-76, Alloh berfirman:
“Dan barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh telah beramal saleh, maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang tinggi (mulia), (yaitu) surga `Adn yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, me-reka kekal di dalamnya. Dan itu adalah balasan bagi orang yang bersih (dari kekafiran dan kemaksiatan)”.

Kaum Muslimin yang berbahagia, syariat Alloh bukanlah untuk diperdebatkan atau dipertentangkan apalagi dijadikan sebagai bahan pooling pendapat untuk disetujui atau tidak, ia adalah ketetapan yang mutlak harus diterima sebab datangnya adalah dari Sang Pencipta Yang Maha Mengetahui segala-galanya, Ialah satu-satunya yang mengetahui mashlahat dan mudharat bagi umat manusia, ketetapanNya penuh keadilan, hukum-hukum-Nya penuh kebijakan, tidaklah Ia ditanya tentang perbuatanNya sebaliknya umat manusialah yang berhak untuk itu.

Merubah satu dari ketetapan Alloh , atau membenci apalagi sampai menolaknya dengan alasan apapun adalah bentuk-bentuk kekufuran yang pelakunya terancam murtad dari agama Islam, sebaliknya menerima hukum-hukumNya adalah syarat mutlak benarnya iman seseorang sebagaimana yang tersebut di dalam Qs. an-Nisaa (04): 65, Alloh berfirman: َ

“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya”.

Saat ini tidak sedikit hukum Alloh yang diperdebatkan, ironisnya justru oleh orang yang kurang faham agama sehingga tidak jarang hukum-hukum tersebut ditolak hanya dengan alasan logika yang sangat pendek, dalil agama dipelintirkan tidak sesuai dengan maksud dan tujuannya diturun-kan. Tidakkah orang-orang itu sadar bahwa yang mereka tentang adalah hukum Alloh bukan hukum buatan manusia ? Tidakkah lagi ada rasa takut dalam diri kita semua jika terang-terangan menolak hukumNya ? Jika Abu Bakar as-Shiddiq saja berkata: “Langit manakah yang akan menaungiku, bumi manakah yang akan menerimaku jika aku berkata tentang al-Qur’an sesuatu yang tidak aku ketahui ?” Maka kita semua akan berkata apa melihat kelakuan sebagian umat kita seperti ini tanpa ada rasa takut kepada Alloh sedikitpun ? Kemanakah orang-orang beriman yang mengaku tunduk kepada Alloh dan senantiasa menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar ? Sadarlah wahai umat Islam dari segala musibah dan bencana yang menimpa kita selama ini bahwa ia adalah teguran Alloh swt akibat kelalaian dan keteledoran kita, bangkitlah dan katakan TIDAK kepada segala bentuk penentangan terhadap hukum-hukum syariat, nyata ataupun tersembunyi dengan mentakwil-takwilkannya.

“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Alloh dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik”. {Qs. Al-Hadiid (57) : 160

2. Qudwah Shalihah atau panutan yang baik. Kita butuh kepada siapa yang bisa mewujudkan Islam hakiki dalam kehidupan sehari-harinya sebab tabiat setiap manusia memang adalah memanuti orang lain. Ia mewarisi dari Rasulullah dan para shahabat beliau sunnah yang suci dan menghidupkannya dalam perilaku lurus dan bersih, perbuatannya sesuai perkataannya, tegas dalam kebenaran dan sayang kepada pengusungnya.

Kaum muslimin yang berbahagia, setiap kita dapat menjadi panutan jika bisa menjaga perbuatan baik dan konsisten dalam menjalankan syariat Alloh sebagai bentuk ketundukan kepadaNya. Hal ini sebagaimana firman Alloh dalam Qs. al-Furqan (25): 74

“Dan orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penye-nang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”.

Para mufassirin -di antaranya adalah Abdullah ibnu Abbas - berkata: “imam” artinya pemimpin yang menjadi panutan dalam kebaikan.

Krisis panutan saat ini begitu terasa bagi kita kaum muslimin, walau di antara kita tidak sedikit yang memiliki ilmu tentang Islam atau yang begitu hebat berbicara tentang agama, namun yang menghidupkan Islam dalam kehidupannya dari semua yang ada tersebut masih sangat sedikit, bahkan terkadang justru para tokoh yang disebut “pakar” atau “cendekia” itulah yang membuat
kebingungan di tengah umat akibat perkataan dan perbuatannya yang berbeda-beda atau bertentangan. Padahal seorang qudwah adalah dia yang bukan saja memberikan ke-teduhan kepada umat karena wejangan dan nasihatnya yang senantiasa membawa mashlahat tapi juga ketaatannya kepada Alloh begitu besar karena rasa takut yang terpatri di dalam dadanya. Di dalam Qs. Fathir (35): 28, Alloh berfirman:

“... Sesungguhnya yang takut kepada Alloh di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama...”

Salah seorang tabi’in yaitu Said ibnu Jubair berkata:

“rasa takut adalah yang menghalangi seseorang dari maksiat kepada Alloh ”.

Ibnu Katsir berkata:

“Yang demikian itu adalah karena siapa yang pengetahuannya tentang Alloh lebih sempurna maka rasa takutnya kepada Alloh juga semakin tinggi”.

Saatnya krisis panutan ini diatasi de-ngan mendidik diri dan keturunan kita untuk tunduk dan patuh kepada ketetapan Alloh dengan berislam yang utuh dan mendalam Semoga Alloh menambahkan hidayahNya untuk kita semua.

Kepada kaum muslimah, jagalah diri dan jangan terperdaya oleh tipu muslihat kaum pemuja syahwat. Simaklah firman Alloh sebagaimana yang terdapat dalam Qs. an-Nisa’ (04): 27

“Dan Alloh hendak menerima taubatmu, sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran).”

Alloh mengajak anda ke syurga de-ngan jalan yang mudah yaitu dengan mene-rima sepenuh hati segala ketetapanNya dalam agama ini serta melaksanakan anjuran Rosululloh dalam hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad ibnu Hambal dari Abdurrahman ibnu Auf

“Jika seorang wanita telah melaksanakan shalat lima waktu, puasa di bulan Ramadhan, menjaga harga diri dan kemaluannya, serta taat kepada suaminya maka akan dikatakan kepadanya masuklah ke dalam syurga dari pintu mana saja yang engkau kehendaki.”

Tidak sedikit gerakan-gerakan feminis saat ini yang mengatas namakan perjuangan untuk kaum wanita namun tidak diridhoi Alloh akibat penentangan mereka terhadap prinsip agama dan moral kaum muslimin, sadarlah bahwa hanya Islamlah satu-satunya sistem hidup yang memuliakan kaum wanita, jika anda mencari selain Islam maka justru kehidupan anda hanya akan menjadi bahan komoditas yang laku ketika masih segar namun dicampakkan setelah renta dan layu.

Ketahuilah, bahwa wanita yang tidak mensyukuri kebaikan suaminya adalah wanita yang tidak bersyukur kepada Robbnya. Rosululloh bersabda:

“Tidak bersyukur kepada Alloh, orang yang tidak berterima kasih kepada manusia.” (HR. Abu Dawud)

Di samping itu, sikap tidak mensyukuri suamimu akan mendatangkan kemurkaan Alloh swt. Nabi bersabda:

“Alloh tidak akan melihat istri yang tidak mensyukuri suaminya sementara ia senantiasa membutuhkannya.” (HR. an-Nasa’i)

Dan sikap ini jugalah yang banyak menyeret kaum wanita ke neraka, wal ‘iyadzubillah.

Rosululloh bersabda:

“Telah diperlihatkan Neraka kepadaku, aku lihat mayoritas penghuninya adalah kaum wanita, mereka telah kufur!”. Ada yang bertanya, “Apakah mereka kufur kepada Alloh?” Rosululloh menjawab, “Tidak, mereka mengkufuri suami dan mengkufuri kebaikannya, sekiranya kalian senantiasa berbuat baik kepada seorang wanita lalu ia melihat suatu yang tidak berkenan, ia pasti berkata, ‘Saya sama sekali tidak pernah melihat kebaikan pada dirimu!” (HR. Bukhori & Muslim).

Dan inilah yang menguatkan berita dari Nabi , bahwasannya:

“Sesungguhnya minoritas penghuni Surga adalah kaum wanita” (HR. Muslim)

Mudah-mudahan Alloh melindungi kita dari sifat ini.

Untuk para pemimpin negeri ini kami serukan untuk menjadikan syariat Alloh sebagai pedoman dalam negara sebab tiada keberuntungan ataupun kebahagiaan kecuali dengannya. Dengannya anda mengundang keridhaan Alloh Pencipta dan Penguasa alam semesta serta dengannya pula anda dapat memberikan kesejahteraan kepada umat dan masyarakat yang anda pimpin. Kami sadar bahwa memimpin negeri ini memang sulit namun dengan bantuan Alloh lalu kebersamaan kaum muslimin semua amanah dan kewajiban dapat diatasi insya Alloh. Syariat Alloh adalah adil dan tidak diskriminatif dapat berlaku bagi semua umat manusia yang sadar akan eksistensi dirinya sebagai makhluk, maka tidak usah takut dan khawatir akan adanya penindasan terhadap kaum minoritas, karena pada kenyataannya dalam sejarah pun hal tersebut tidak pernah terjadi.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah ketahuilah bahwa hari ini adalah hari suci, maka mari bersihkan diri kita dari segala kesyirikan dan dosa serta harta kita dengan bersedekah, juga mengikuti anjuran Alloh dan Rosululloh untuk berkurban dengan menyembelih hewan kurban (udhiyah).

Akhirnya marilah bersama menundukkan hati dan jiwa kita kepada Alloh Yang Maha Perkasa, menengadahkan tangan kita kepada Dia Yang Maha Melihat, meminta dan memohon belas kasih dariNya Yang Maha Mendengar dan Memberi,

Ya Alloh, Tuhan kami, kembali di hari suci ini kami menghadapkan wajah kami kepadaMu memohon belas kasih dan ampunanMu, kami sadar akan kesalahan dan kelalaian kami, nikmat dan anugerah yang banyak dariMu belumlah kami balas dengan penghambaan yang semestinya kepadaMu, bahkan dosa dan kekeliruan tidak pernah luput dari keseharian kami, Ya Alloh, Tuhan kami, namun kamipun sadar dengan segala keyakinan bahwa kasihMu tak bertepi, ampunanMu tak terbatas ampunkanlah dosa dan kesalahan kami, curahkanlah belas kasihMu kepada kami.

Ya Alloh, kedua ayah ibu kami yang masih hidup ataupun yang telah kembali kepadaMu adalah orang yang pertama kali berjasa kepada kami, memperkenalkan kami kepadaMu, merawat, mendidik dan membimbing kami dengan penuh kesabaran, tak jarang airmata mereka tumpah karena ulah kami, kami mengingat NabiMu pernah ber-sabda bahwa siapa yang tak mampu berte-rima kasih kepada sesama manusia tak akan mampu bersyukur kepadaMu, Ya Alloh tak ada yang mampu kami berikan kepada kedua orang tua kami kecuali seuntai doa kepadaMu untuk mengampunkan kekhilafan dan kesalahan mereka, melimpahkan kasih sayang dan rahmat kepada mereka, ampunkan mereka yang telah wafat, bimbing dan tunjuki mereka yang masih bersama kami dan jadikanlah kami orang yang mampu berbakti kepada mereka sesuai tuntunanMu, Engkaulah Dzat Yang Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan Doa.

Ya Alloh, di sini di hari ini kami bergembira, hati kami dipenuhi rasa suka dan cita, namun sepenggal hati kami ini pula diselimuti duka dan kesedihan bila mengingat ada sebagian saudara kami di sana tak mampu seperti kami merayakan hari ini, mereka terusir dari tanah tempat tinggal mereka, terkekang oleh tirani jahat yang tak pernah rela akan agamaMu, terintimidasi oleh kekuatan zhalim yang gemar keangkuhan dan kepongahan. Ya Alloh, masukkan rasa gembira ke dalam hati saudara-saudara kami sebagaimana yang Engkau berikan kepada kami walaupun hanya setetes, sampaikan kepada mereka bahwa sukacita kami hari ini dikabungi duka nestapa mereka, Ya Alloh hanya kepadaMu kami adukan besarnya kezhaliman musuh-musuhMu atas saudara-saudara kami, balaslah mereka dengan balasan setimpal, hancurkan kekuatan mereka, timpakan atas mereka apa yang telah mereka timpakan atas kami, Ya Alloh Engkaulah satu – satunya Penolong dan Pelindung kami.

Ya Alloh, di hari ini kami bertekad untuk tunduk dan patuh hanya kepadaMu, menekuni agamaMu dan mewarnai hidup kami dengannya, Ya Alloh selamatkanlah kami semua dari segala kejahatan dan kecelakaan, janganlah Engkau timpakan atas kami musibah dari perbuatan orang-orang zhalim di antara kami, dan anugerahkanlah untuk kami panutan yang baik dari kalangan kami sendiri, Ya Alloh kamilah hambaMu yang sangat butuh akan belas kasih dariMu.

Ya Alloh kabulkanlah doa kami, penuhi permintaan kami ini, kamilah hambaMu yang lemah, harapan kami hanya kepadaMu, Engkau Maha Melihat, Engkaulah Penguasa Satu-satunya Yang Haq, Engkaulah Sebaik-baik harapan.


Oleh:

Qomaruddien, S.Pd.I

Khutbah ‘Idul Adha 1430 H “Ketundukan Kepada Alloh adalah syarat Mutlak menjadi Panutan yang Terbaik”

(Di halaman Masjid al-Ikhlas, Jl. Dakota V Rt: 012/09 Kel. Kebon Kosong, Kemayoran-Jakarta Pusat)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar