Ahlussunnah Beriman kepada qodarulloh, bahwasannya seluruh yang baik maupun yang buruk sudah ditentukan oleh Alloh swt. Beriman kepada qodar sama halnya dengan beriman kepada hal-hal ghaib lainnya, yaitu harus sebatas yang diterangkan oleh wahyu Ilahi (al-Kitab dan as-Sunnah).
Al-Kitab dan as-Sunnah mewajibkan kita beriman kepada empat rukun qodar berikut:
1. Rukun pertama, Bahwasannya Alloh Maha mengetahui segala sesuatu. Tidak ada sesuatupun yang tersembunyi daripadaNya, sekecil apapun. IlmuNya adalah azali, tidak pernah didahului oleh kejahilan.
Mengetahui apa-apa yang akan, sedang dan sudah terjadi. Mengetahui apa-apa yang tidak akan terjadi, bagaimanakah terjadinya seandainya hal tersebut terjadi.
Alloh mengetahui semua makhluknya sebelum mereka diciptakan. Alloh mengetahui rizqi, ajal, perkataan, perbuatan, dan segala tindakan mereka. Alloh maha tahu apa yang mereka rahasiakan ataupun mereka utarakan, serta apakah mereka termasuk penghuni surga atau neraka.
Ayat-ayat berikut secara umum memastikan pengetahuan Alloh yang meliputi semua hal tentang segala sesuatu dari semua seginya.
“… Dan bertakwalah kepada Alloh serta ketahuilah bahwasanya Alloh Maha Mengetahui
segala sesuatu. {QS. al-Baqoroh (2) : 231}.
(Lihat pula Qs. An-Nisaa’(4):176 ; al-An’aam(6): 101).
Ayat-ayat yang senada dengan ayat tersebut di atas ada ratusan ayat. Alloh mengetahui apa-apa yang tidak akan terjadi, bagaimana hakikatnya apabila hal tersebut terjadi.
“Tetapi (sebenarnya) telah nyata bagi mereka kejahatan yang mereka dahulu selalu menyembunyikannya. Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia, tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang mengerjakannya. Dan sesungguhnya mereka itu adalah pendusta-pendusta belaka.” {Qs. Al-An’am (6) : 28}.
Rosululloh ditanya tentang anak-anak kaum musyrikin (yang mati sejak kecil), maka beliau bersabda:
“Alloh Maha Tahu apa yang akan mereka perbuat (kalau mereka tidak mati kecil).” (HR. Bukhori No. 1294, Muslim No.4810, Nasa’i No.1925, Abu Dawud No.4088 dan Ahmad No.1748)
Pengetahuan Alloh tentang apa-apa yang akan terjadi, menunjukkan dengan pasti bahwa hal-hal yang akan terjadi sudah ditentukan.
2. Rukun kedua, Meyakini bahwa Alloh setelah menuliskan semua hal-hal tersebut dalam ilmu-Nya, menuliskan yang akan terjadi di Lauhul Mahfudz.
Dalam mengimani kepada telah tertulisnya taqdir Alloh swt, ada lima takdir yang harus diimani:
“Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Dan tidak ada seorang perempuanpun mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-Nya. Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah.”. {Qs. Faathir (35) : 11}.
“Alloh menuliskan qadar setiap makhluk lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi dan Ia pun bersabda: Dan Ars’-Nya berada di atas air.” (HR. Muslim No.4797, Tirmidzi No.2082 dan Ahmad No.6291).
3. Rukun ketiga, iman terhadap kehendak dan ketentuannya, yang mana ke-duanya saling terkait dengan ciptaan yang telah dan akan terjadi. Akan tetapi tidak terkait dalam ciptaan yang tidak mungkin dan tidak akan terjadi. Bahwasannya kehendak Alloh pasti terwujud dengan qudrohNya. Tidak ada satu kehendak lain yang mungkin terwujud, apabila berlainan dengan kehendakNya.
Apa-apa yang dikehendaki Alloh pasti terwujud dan apa-apa yang tidak dikehendakiNya tidak akan pernah terwujud.
“Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Alloh, Tuhan semesta alam.” {Qs at-Takwir (81) : 29}.
“Kalau sekiranya Kami turunkan malaikat kepada mereka, dan orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka dan Kami kumpulkan (pula) segala sesuatu ke hadapan mereka niscaya mereka tidak (juga) akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” {Qs. Al-An’am (6) : 111}.
“Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia.”. {Qs. Yaasiin (36) : 82}.
“Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya...” {Qs. Yunus (10) : 99}.
(lihat Qs. Ali Imron (3): 47 ; Fathir (35): 44)
4. Rukun keempat, Meyakini bahwa Alloh adalah pencipta segala sesuatu. Tidak ada sesuatupun yang bukan ciptaan Alloh swt, termasuk manusia, amal perbuatan dan kehendaknya manusia (karena kehendak manusia adalah bagian dari diri manusia itu sendiri). Alloh swt-lah yang menciptakan segala gerak maupun diam. Tiada Robb dan Pencipta selainNya.
“Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.” {Qs. Az-Zumar (39) : 62}.
“Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu”. {Qs. Ash-shaaffaat (37) : 96}.
Saudaraku,… segala sesuatu sudah ditentukan menurut kehendak Alloh swt. Alloh -lah yang menciptakan manusia. Dia pula yang menciptakan amal-amal dan kehendak-kehendak mereka, semuanya tercipta sesuai kehendak dan ilmu (pengetahuan) Alloh , tidak ada sesuatupun yang terjadi atau terwujud tanpa sekehendak dan sepengetahuanNya.
Ketika seseorang beriman kepada empat rukun di atas, maka orang tersebut telah beriman kepada al-qadar.
Manusia mempunyai ikhtiar sendiri dan dengan kehendak tersebut mereka beramal.
Manusia diberikan kehendak, dengan kehendak itulah mereka beramal. Tetapi kehendak manusia adalah ciptaan Alloh dan tercipta menurut kehendakNya. Amal manusia yang dikerjakan dengan kehendaknya sendiri dan hasil dari amal itu pun adalah ciptaan Alloh dan menurut kehendakNya.
Alloh berfirman (artinya):
“Sesungguhnya (ayat-ayat) ini adalah suatu peringatan, maka barangsiapa menghendaki (kebaikan bagi dirinya) niscaya dia mengambil jalan kepada Tuhannya.{Qs. Al-Insan (76) : 29}.
“Itulah hari yang pasti terjadi. Maka barangsiapa yang menghendaki, niscaya ia me-nempuh jalan kembali kepada Tuhannya.” {Qs. an-Naba (78) : 39}.
“Dan katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir....” {Qs. Al-Kahfi (18) : 29}.
Kehendak manusia yang sama dengan kehendak Alloh akan terlaksana, sedangkan yang berbeda tidak akan terlaksana.
“Dan tidaklah bermanfaat kepadamu nasehatku jika aku hendak memberi nasehat kepada kamu, sekiranya Alloh hendak menyesatkan kamu, Dia adalah Tuhanmu dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan”. {Qs. Hud (11) : 34}.
Bersambung (Ke bagian ke-2)…..
Referensi:
Al-Kitab dan as-Sunnah mewajibkan kita beriman kepada empat rukun qodar berikut:
1. Rukun pertama, Bahwasannya Alloh Maha mengetahui segala sesuatu. Tidak ada sesuatupun yang tersembunyi daripadaNya, sekecil apapun. IlmuNya adalah azali, tidak pernah didahului oleh kejahilan.
Mengetahui apa-apa yang akan, sedang dan sudah terjadi. Mengetahui apa-apa yang tidak akan terjadi, bagaimanakah terjadinya seandainya hal tersebut terjadi.
Alloh mengetahui semua makhluknya sebelum mereka diciptakan. Alloh mengetahui rizqi, ajal, perkataan, perbuatan, dan segala tindakan mereka. Alloh maha tahu apa yang mereka rahasiakan ataupun mereka utarakan, serta apakah mereka termasuk penghuni surga atau neraka.
Ayat-ayat berikut secara umum memastikan pengetahuan Alloh yang meliputi semua hal tentang segala sesuatu dari semua seginya.
وَإِذَا طَلَّقْتُمُ النِّسَاءَ فَبَلَغْنَ أَجَلَهُنَّ فَأَمْسِكُوهُنَّ بِمَعْرُوفٍ أَوْ سَرِّحُوهُنَّ بِمَعْرُوفٍ وَلا تُمْسِكُوهُنَّ ضِرَارًا لِتَعْتَدُوا وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَقَدْ ظَلَمَ نَفْسَهُ وَلا تَتَّخِذُوا آيَاتِ اللَّهِ هُزُوًا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَمَا أَنْزَلَ عَلَيْكُمْ مِنَ الْكِتَابِ وَالْحِكْمَةِ يَعِظُكُمْ بِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (٢٣١)
“… Dan bertakwalah kepada Alloh serta ketahuilah bahwasanya Alloh Maha Mengetahui
segala sesuatu. {QS. al-Baqoroh (2) : 231}.
(Lihat pula Qs. An-Nisaa’(4):176 ; al-An’aam(6): 101).
Ayat-ayat yang senada dengan ayat tersebut di atas ada ratusan ayat. Alloh mengetahui apa-apa yang tidak akan terjadi, bagaimana hakikatnya apabila hal tersebut terjadi.
“Tetapi (sebenarnya) telah nyata bagi mereka kejahatan yang mereka dahulu selalu menyembunyikannya. Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia, tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang mengerjakannya. Dan sesungguhnya mereka itu adalah pendusta-pendusta belaka.” {Qs. Al-An’am (6) : 28}.
Rosululloh ditanya tentang anak-anak kaum musyrikin (yang mati sejak kecil), maka beliau bersabda:
“Alloh Maha Tahu apa yang akan mereka perbuat (kalau mereka tidak mati kecil).” (HR. Bukhori No. 1294, Muslim No.4810, Nasa’i No.1925, Abu Dawud No.4088 dan Ahmad No.1748)
Pengetahuan Alloh tentang apa-apa yang akan terjadi, menunjukkan dengan pasti bahwa hal-hal yang akan terjadi sudah ditentukan.
2. Rukun kedua, Meyakini bahwa Alloh setelah menuliskan semua hal-hal tersebut dalam ilmu-Nya, menuliskan yang akan terjadi di Lauhul Mahfudz.
Dalam mengimani kepada telah tertulisnya taqdir Alloh swt, ada lima takdir yang harus diimani:
- Telah tertulisnya semua takdir sebelum Alloh menciptakan langit dan bumi, sekitar 50.000 tahun. Tepatnya ketika Alloh menciptakan qalam. Dengan kata lain disebut juga dengan taqdir azali (Qs.57: 22).
- Takdir umur, yakni ketika Alloh mengambil janji manusia: “Bukankah Aku adalah Robb Kalian? (Qs.7: 172)”
- Juga Takdir umur, namun ketika nutfah (janin) diciptakan di dalam rahim sang ibu (Qs.53:32).
- Takdir yang sifatnya tahunan, yakni ditulis pada malam Lailatul Qadar (Qs. 44:4-5).
- Takdir harian, yakni takdir yang direalisasikan oleh Alloh pada setiap peristiwa yang terjadi (Qs. 55:29).
“Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Dan tidak ada seorang perempuanpun mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-Nya. Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah.”. {Qs. Faathir (35) : 11}.
“Alloh menuliskan qadar setiap makhluk lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi dan Ia pun bersabda: Dan Ars’-Nya berada di atas air.” (HR. Muslim No.4797, Tirmidzi No.2082 dan Ahmad No.6291).
3. Rukun ketiga, iman terhadap kehendak dan ketentuannya, yang mana ke-duanya saling terkait dengan ciptaan yang telah dan akan terjadi. Akan tetapi tidak terkait dalam ciptaan yang tidak mungkin dan tidak akan terjadi. Bahwasannya kehendak Alloh pasti terwujud dengan qudrohNya. Tidak ada satu kehendak lain yang mungkin terwujud, apabila berlainan dengan kehendakNya.
Apa-apa yang dikehendaki Alloh pasti terwujud dan apa-apa yang tidak dikehendakiNya tidak akan pernah terwujud.
“Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Alloh, Tuhan semesta alam.” {Qs at-Takwir (81) : 29}.
“Kalau sekiranya Kami turunkan malaikat kepada mereka, dan orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka dan Kami kumpulkan (pula) segala sesuatu ke hadapan mereka niscaya mereka tidak (juga) akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” {Qs. Al-An’am (6) : 111}.
“Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia.”. {Qs. Yaasiin (36) : 82}.
“Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya...” {Qs. Yunus (10) : 99}.
(lihat Qs. Ali Imron (3): 47 ; Fathir (35): 44)
4. Rukun keempat, Meyakini bahwa Alloh adalah pencipta segala sesuatu. Tidak ada sesuatupun yang bukan ciptaan Alloh swt, termasuk manusia, amal perbuatan dan kehendaknya manusia (karena kehendak manusia adalah bagian dari diri manusia itu sendiri). Alloh swt-lah yang menciptakan segala gerak maupun diam. Tiada Robb dan Pencipta selainNya.
“Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.” {Qs. Az-Zumar (39) : 62}.
“Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu”. {Qs. Ash-shaaffaat (37) : 96}.
Saudaraku,… segala sesuatu sudah ditentukan menurut kehendak Alloh swt. Alloh -lah yang menciptakan manusia. Dia pula yang menciptakan amal-amal dan kehendak-kehendak mereka, semuanya tercipta sesuai kehendak dan ilmu (pengetahuan) Alloh , tidak ada sesuatupun yang terjadi atau terwujud tanpa sekehendak dan sepengetahuanNya.
Ketika seseorang beriman kepada empat rukun di atas, maka orang tersebut telah beriman kepada al-qadar.
Manusia mempunyai ikhtiar sendiri dan dengan kehendak tersebut mereka beramal.
Manusia diberikan kehendak, dengan kehendak itulah mereka beramal. Tetapi kehendak manusia adalah ciptaan Alloh dan tercipta menurut kehendakNya. Amal manusia yang dikerjakan dengan kehendaknya sendiri dan hasil dari amal itu pun adalah ciptaan Alloh dan menurut kehendakNya.
Alloh berfirman (artinya):
“Sesungguhnya (ayat-ayat) ini adalah suatu peringatan, maka barangsiapa menghendaki (kebaikan bagi dirinya) niscaya dia mengambil jalan kepada Tuhannya.{Qs. Al-Insan (76) : 29}.
“Itulah hari yang pasti terjadi. Maka barangsiapa yang menghendaki, niscaya ia me-nempuh jalan kembali kepada Tuhannya.” {Qs. an-Naba (78) : 39}.
“Dan katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir....” {Qs. Al-Kahfi (18) : 29}.
Kehendak manusia yang sama dengan kehendak Alloh akan terlaksana, sedangkan yang berbeda tidak akan terlaksana.
“Dan tidaklah bermanfaat kepadamu nasehatku jika aku hendak memberi nasehat kepada kamu, sekiranya Alloh hendak menyesatkan kamu, Dia adalah Tuhanmu dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan”. {Qs. Hud (11) : 34}.
Bersambung (Ke bagian ke-2)…..
Referensi:
- Dinul Islam, Silsilah Tarbiyyah Sunniyyah, dengan berbagai sumber.
- 222 kunci Aqidah yang Lurus, Syaikh Hafizh bin Ahmad Hakami.
- Fathul Majid, Syaikh Abdurrahman Hasan Alu Syaikh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar