07 Mei 2011

Iman Kepada Rosul (bagian 2)

Secara umum, setiap muslim harus beriman bahwa Alloh swt telah mengutus kepada hamba-hamba-Nya beberapa rosul dari jenis mereka sendiri, untuk menyampaikan kabar gembira dan pemberi peringatan. Mereka itulah para da’i kebenaran yang hakiki. Maka barangsiapa yang menyambut ajakannya, dia akan berhasil mencapai puncak kebahagiaan.

Dan barangsiapa yang menentang seruan mereka, ia akan terjerumus dalam kesengsaraan dan penyesalan.

Alloh swt berirman;

“(mereka Kami utus) selaku Rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar tidak ada alasan bagi manusia untuk membantah Allah sesudah diutusnya Rasul-rasul itu. dan Alloh adalah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” {Qs. an-Nisa (4) : 165}

Lihat pula Qs. an-Nahl (16) : 36.

Secara khusus, setiap muslim harus meyakini (Beriman kepada para rosul) Yakni membenarkan semua rosul-rosul baik yang Alloh swt sebutkan nama mereka, yang telah diberitakan dalam al-Qur’an dan yang dijelaskan oleh Rosululloh saw, maupun yang tidak diberitakan; dari yang pertama sampai yang terakhir, dan penutup para nabi tersebut adalah nabi kita Muhammad saw. Muhammad Ibnu Abdillah saw adalah Rosululloh terakhir dan tidak ada Nabi sesudahnya sampai hari kiamat.

Setiap pengakuan kenabian sesudahnya adalah dusta belaka. Barangsiapa yang beriman maka yang mengaku sebagai nabi sesudahnya, orang itu telah keluar dari Islam.

Lihat Qs. Al-Ahzab (33) : 40.


Siapa Rasul yang pertama?

Setiap Rosul mendakwahkan risalahnya kepada seluruh ummat manusia, sehingga Rosul yang pertama yaitu Adam as. Sedangkan rosul paling awal setelah masa ikhtilaf (perbedaan) adalah Nuh as. Alloh swt berfirman (artinya): “Sesungguhnya Kami telah mewahyukan kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang (datang) sesudahnya…” {Qs. An-Nisa (4): 163}

Masa ikhtilaf (perbedaan) itu terjadi selama sepuluh kurun antara Adam as dan Nuh as. Ibn Abbas ra berkata: “Masa diantara Adam as dan Nuh as adalah sepuluh kurun. Mereka yang berada di masa itu berpegang pada syari’at yang benar, tetapi kemudian terjadi perbedaan.” Maka Alloh swt mengutus para nabi untuk memberi berita gembira dan ancaman.”

Adapun pada masa Nabi Nuh as, kaum Nabi Nuh tidak mempercayai (mengingkari) adanya para rosul sebelum mereka.

“Kaum Nuh telah mendustakan Para rasul”. {Qs. Asy Syu’ara (26) : 105}

Lihat pula Qs. Al-Mu’min (40) : 5


Rosul terakhir dan untuk seluruh Umat Manusia

Kita mengimani bahwa rosul pertama yang diutus setelah masa ikhtilaf dan pertama kali hijrah adalah nabi Nuh as, dan kita mengimani bahwa Alloh swt telah menutup seluruh kerasulan dengan diutusNya Muhammad saw sebagai rasul terakhir untuk seluruh umat manusia, semoga sholawat dan salam sejahtera untuk mereka semua. {Lihat Qs. Al-A’rof (7) : 158}

Rosululloh saw bersabda:

“Sesungguhnya, setelah masaku akan ada 30 orang pendusta yang semuanya mengaku sebagai Nabi, padahal aku adalah penutup para Nabi yang tidak ada nabi sesudahku”. (HR. Muslim: 4/2240, Abu Daud, at-Tirmidzi dan Imam Ahmad).

Nabi saw juga pernah bersabda kepada Ali:

“Apakah engkau tidak senang aku posisikan seperti Musa memposisikan Harun? Hanya saja (sayangnya) tidak ada Nabi setelahku”. Dan begitu juga dengan sabda Rosululloh: “Aku adalah pamungkas (penutup) para Nabi, karena tidak ada lagi Nabi setelahku.”

Saudaraku,…, beriman kepada para rosul merupakan salah satu pokok keimanan. Tidak mengimani mereka, berarti kesesatan dan kerugian. Barangsiapa yang mengaku bahwa dia beriman kepada Alloh , tetapi mengingkari para rosul, maka mereka di sisi Alloh  adalah orang-orang kafir yang keimanannya tidak bermanfaat baginya. Demikian pula halnya dengan mengingkari salah seorang rasul, maka berarti mengingkari seluruh rosul.

“Katakanlah: “Kami beriman kepada Alloh dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma`il, Ishaq, Ya`qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, `Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nya-lah kami menyerahkan diri.” {Qs. Ali Imron (3) : 84}

Lihat pula Qs. An-Nisaa’ (4) : 136


Barangsiapa yang menganggap bolehnya beribadat kepada Alloh swt dengan selain syari’at beliau saw maka orang itu telah kafir.

Siapa yang keluar dari syari’at beliau berarti telah keluar dari Islam.

“Maka demi Robbmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan
kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap hukum (putusan) yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” {Qs. An-Nisa (4) : 65}

Artinya pula, beriman kepada para rosul seluruhnya dan beriman kepada Nabi kita secara terperinci serta mengimani bahwasanya beliau adalah penutup para nabi dan rosul dan tidak ada nabi sesudahnya. Maka, barangsiapa yang keimanannya kepada para rosul tidak demikian berarti dia telah kafir. Termasuk pula beriman kepada para rosul adalah tidak melalaikan dan tidak berlebih-lebihan terhadap hak mereka dan harus berbeda dengan kaum Yahudi dan Nashoro yang berlebih-lebihan terhadap para rosul mereka sehingga mereka menjadikan dan memperlakukan para rosul itu seperti memperlakukan terhadap Tuhannya (Alloh), menuhankan para nabi yang menyebabkan mereka kafir, Sebagaimana yang difirmankan Alloh swt (artinya):“Orang-orang Yahudi berkata:

“Uzair itu putera Allah” dan orang-orang Nasrani berkata: “’Isa al-masih itu anak Allah”. Demikianlah itu Ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru Perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka, bagaimana mereka sampai berpaling? {Qs. at-Taubah (9) : 30}.

Sedang orang-orang sufi dan para ahli filsafat telah bertindak sebaliknya. Mereka telah merendahkan dan menghinakan hak para rosul dan lebih mengutamakan para pemimpin mereka, sedangkan kaum penyembah berhala dan atheis telah kafir kepada rosul tersebut. Orang-orang Yahudi telah kafir terhadap nabi ‘Isa as dan Muhammad saw; sedang orang-orang Nashara telah kafir kepada Nabi Muhammad . Dan orang-orang yang mengimani sebagian mengingkari sebagian (dari para rosul Alloh), maka dia telah mengingkari dengan seluruh rosul, Alloh swt telah berfirman (artinya) :

“...Kami tidak membeda-bedakan satu diantara Rosul-rosulNya...” {Qs. al-Baqoroh (2) : 285} Lihat pula {Qs. An-Nisaa’(4) : 150-151}.

Kita berpandangan bahwa barangsiapa yang mengingkari kerasulan Nabi Muhammad saw kepada seluruh umat manusia, maka dia telah mengingkari semua rosul bahkan telah mengingkari rosulnya sendiri yang dia me-ngaku beriman kepadanya dan mengikutinya.

Kita mengimani bahwa tiada lagi seorang Nabi sesudah Nabi Muhammad saw. Barangsiapa yang mengaku sebagai seorang nabi atau mempercayai orang yang mengaku tersebut, maka dia adalah kafir, karena dia telah mendustakan Alloh swt dan Rosululloh saw serta Ijma’ (kesepakatan) kaum muslimin.

Kita mengimani bahwa syari’at yang dibawa Rosululloh saw adalah din al-Islam, yang telah diridhoi Alloh swt sebagai din untuk para hamba-Nya, dan mengimani bahwa Alloh  tidak akan menerima dari siapapun suatu aturan selain Islam.

Kita berpandangan bahwa barangsiapa yang mengaku ada agama lain, selain din Islam, diterima oleh Alloh ; maka dia telah kafir, dan harus bertaubat. Kalau tidak mau bertaubat maka dia dikenai hukuman sebagai orang murtad, karena dia telah mendustakan al-Qur’an.

Kita meyakini bahwa syari’at yang dibawa Nabi Muhammad saw mencakup keutamaan syari’at-syari’at yang dibawa para rosul yang dimuliakan secara khusus itu, berdasarkan firman-Nya (artinya):

“Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang din apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa Yaitu: Tegakkanlah dĩn (agama) dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya... {Qs. asy-Syuro (42) : 13}.

Saudaraku, inilah beberapa point dalam menyikapi keimanan kepada para Rosul yang tidak hanya meyakini saja tanpa tindakan apapun (tanpa pengikutan) kepada syari’at islam. tetapi dengan konsekwensinya/ketaatan dalam menjalankan syari’at Islam. Dan dengan menjalankan apa yang telah dibawakan oleh rosul terakhir, nabi kita Muhammad saw. Dan kami berwasiat agar kita meningkakan ketakwaan kita serta menghindari hal-hal yang dapat membatalkan keislaman. Yaitu;

  1. Orang-orang yang lebih memilih hukum-hukum buatan manusia atau thogut dari pada hukum yang dibawa oleh Rasululloh saw. Dengan berbagai alasan apapun, tidak ada kata yang lebih buruk untuk sebutan orang-orang yang mengambil hukum selain hukum Alloh swt melainkan adalah orang-orang kafir, yang membangkang, para penentang dan musuh-musuh Alloh swt yang menandingi-Nya.
  2. Marah/benci terhadap sesuatu dari apa- apa yang dibawa oleh Rasululloh saw, walaupun ia melakukannya.
  3. Mempunyai keyakinan bahwa sebagian manusia diberi keleluasaan untuk keluar dari syari’at Rasulullah saw.
  4. Berpaling dari agama Allah swt. Ia tidak mempelajarinya dan tidak beramal dengannya.
Referensi:
  1. Aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah, Syaikh Muhammad Bin Shalih al-Utsaimin, Penerbit: Yayasan Makkah al Mukarromah, perwakilan Indonesia.
  2. Prinsip-prinsip Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Syaikh (Doktor) Sholeh bin Fauzan bin ‘Abdullah al-Fauzan, pustaka: (Ishlahul Ummah & Dar al-Gasem).
  3. Ahlussunnah wal Jama’ah, Team Ilmiah eLDaSI (Lembaga Dakwah Sunniyah Indonesia), pustaka al-Faruq.
  4. Tafsir Sepersepuluh dari al-Qur’an al-Karim.
  5. Zadul Ma’ad, jilid I, Ibnu Qayyim al-Jauziyah, pustaka al Kautsar.
  6. (Tarjamah) Tanbihul Ghafilin, Jilid II, Abu Laits as-Samarqandi, PT Karya Toha Putra, semarang.
  7. Aqidah Shohihah versus Aqidah Bathilah, Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz, Mdar alwatan.
  8. 222 Kunci Aqidah yang Lurus, Syaikh Hafizh bin Ahmad Hakami, Penerbit: Mustaqiim.
  9. Abu Bakr Jabir al-Jazairi, Minhaajul Muslim, atau Ensiklopedi Muslim: Minhajul Muslim, terj. Fadhli Bahri (Darul Falah, 2002), hlm. 31-35.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar