Tidak ada satu riwayat pun dalam buku-buku sejarah yang menjelaskan bahwa salah seorang dari para sohabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in maupun generasi sesudahnya yang mengadakan peringatan maulid Nabi , padahal mereka adalah orang-orang yang sangat mencintai Nabi , paling tahu tentang sunnah dan paling giat mengikuti syari’atnya.
Orang yang pertama kali mengadakan upa-cara peringatan maulid Nabi adalah Bani Ubaid al-Qodah, pada abad ke-4 Hijriyah. Mereka menamakan diri sebagai kelompok Fatimiyah dan mereka menasabkan diri kepada putra ‘Ali bin Abi Tolib . Padahal sebenarnya mereka adalah keturunan Majusi atau Yahudi, sebagaimana yang diungkapkan oleh jumhur ulama.
Waktu pun berlalu hingga orang-orang melalaikan upacara peringatan maulid Nabi sampai datanglah seorang raja Irbil yang bernama Abu Sa’id Kaukaburi pada abad ke-6 H. Dialah yang berinisiatif untuk menghidupkan kembali upacara peringatan maulid Nabi . Pada peringatan maulid tersebut, ia menghidangkan 5.000 kepala kambing guling, 10.000 ayam, 100.000 mentega dan 30.000 piring kue-kue. Upacara itu dihadiri oleh pembesar ulama dan orang-orang Sufi. Raja ini setiap tahunnya mengeluarkan 300.000 dinar untuk merayakan peringatan maulid tersebut. Sejak itulah peringatan maulid dirayakan dan menjadi tradisi yang sulit untuk ditinggalkan.
Referensi: Sirotolmustaqim (jalan yang lurus), pustaka MIM.
Orang yang pertama kali mengadakan upa-cara peringatan maulid Nabi adalah Bani Ubaid al-Qodah, pada abad ke-4 Hijriyah. Mereka menamakan diri sebagai kelompok Fatimiyah dan mereka menasabkan diri kepada putra ‘Ali bin Abi Tolib . Padahal sebenarnya mereka adalah keturunan Majusi atau Yahudi, sebagaimana yang diungkapkan oleh jumhur ulama.
Waktu pun berlalu hingga orang-orang melalaikan upacara peringatan maulid Nabi sampai datanglah seorang raja Irbil yang bernama Abu Sa’id Kaukaburi pada abad ke-6 H. Dialah yang berinisiatif untuk menghidupkan kembali upacara peringatan maulid Nabi . Pada peringatan maulid tersebut, ia menghidangkan 5.000 kepala kambing guling, 10.000 ayam, 100.000 mentega dan 30.000 piring kue-kue. Upacara itu dihadiri oleh pembesar ulama dan orang-orang Sufi. Raja ini setiap tahunnya mengeluarkan 300.000 dinar untuk merayakan peringatan maulid tersebut. Sejak itulah peringatan maulid dirayakan dan menjadi tradisi yang sulit untuk ditinggalkan.
Referensi: Sirotolmustaqim (jalan yang lurus), pustaka MIM.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar