04 Mei 2011

Syi’ah (Bagian 1)

Aktifitas gerakan syi’ah Rofidhoh semakin gencar didalam mendakwahkan ajaran mereka. Dan ini dilakukan oleh mereka dalam skala internasional, ditambah lagi kelengahan mayoritas umat Islam yang masih awam tentang bahayanya sekte ini. Apabila kita merujuk kepada al-Qur’an dan Sunnah serta Ijma kaum muslimin. Maka kita akan mengetahui betapa besarnya bahaya sekte ini terhadap agama Islam. Diantaranya yaitu kemusyrikan-kemusyrikan yang terdapat didalam aqidahnya, pencelaan terhadap al-Qur’an dan para Shohabat nabi, yang mana Alloh telah meridhoi mereka (shohabat). Selain itu Syi’ah juga sangat berlebih-lebihan didalam mengagungkan para imam mereka. Oleh karena itu perlu kami akan menjelaskan sedikit ringkasan tentang agama Syi’ah.


Definisi Syi’ah


Syi’ah dalam bahasa artinya adalah pengikut atau pendukung. Ketika terjadi peperangan antara Ali dan Mu’awiyah, maka masing-ma-sing pengikut mereka dinamakan syi’ah Ali dan Syi’ah Mu’awiyah.

Syi’ah Ali di waktu itu mendukung Ali atas Mu’awiyah dalam persengketaan keduanya, karena mereka menganggap Ali lebih berhak dari Mu’awiyah.

Syi’ah yang kita maksud di sini adalah golongan yang berghuluw (berlebih-lebihan) terhadap Ali bin Abi Tholib dan keluarganya. Berlebih-lebihan terhadap keluarga Rosululloh (ahlul Bait) dan mengkafirkan para shahabat Nabi selain mereka atau menuduh mereka fasik.

Golongan ini bukanlah Syi’ah yang pertama yang kita sebutkan tadi. Golongan sesat ini telah muncul dari antara para pendukung Ali.

Firqoh Syi’ah di waktu itu terbagi tiga macam. Macam pertama adalah percaya Ali adalah Tuhan. Bid’ah mereka pertama kali muncul pada masa khilafah Ali bin Abi Tholib yaitu ketika Abdullah bin Saba’ berkata kepadanya,

“Anda-lah Ilah (Tuhan/Sesembahan).” Ketika Ali mengetahuinya, maka Ali memerintahkan untuk membakar para pengikutnya, mereka pun dihukum bakar sampai mati oleh beliau. Sedangkan Abdullah bin Saba, pemimpin mereka melarikan diri dari satu kota ke kota lain. Macam kedua adalah mereka yang mencaci Abu Bakar dan Umar - dan yang ketiga adalah mereka yang menganggap bahwa Ali lebih baik dan berhak dari Abu Bakar dan Umar


Sejarah lahirnya Rofidhoh

Rofidhoh lahir ke permukaan ketika seorang Yahudi bernama Abdullah bin Saba’ (dari penduduk Hirah) hadir dengan mengaku sebagai seorang muslim, mencintai Ahlul Bait (keluarga
Nabi), berlebih-lebihan di dalam menyanjung Ali bin Abi Tholib , dan mendakwahkan adanya wasiat baginya tentang kekhalifahannya, ia juga mendakwakannya sebagai seorang nabi yang pada akhirnya ia mengangkatnya sampai ketingkat ketuhanan. Mereka juga berkeyakinan dengan penuhanan para imam mereka, munculnya/ hidupnya kembali (setelah hilangnya) para imam mereka sebelum kiamat (aqidah raj’ah), di samping ia juga termasuk mencela Abu Bakar, Umar, Utsman dan para sahabat yang lainnya. Kemudian ideology seperti inilah yang akhirnya diakui oleh buku-buku Syi’ah itu sendiri. Kemudian syi’ah berkembang biak menjadi berpuluh-puluh sekte, dengan berbagai ideology yang banyak sekali. Hal ini Ia lakukan (pura-pura masuk Islam) yaitu untuk menghancurkan Islam dari dalam.


Rofidhoh


Mereka kini terpecah belah menjadi beberapa sekte pula, Syi’ah terpecah-pecah lagi menjadi banyak golongan. Golongan terbesar dari mereka dinamakan Rofidhoh. Rofidhoh dalam bahasa arab adalah golongan yang menolak.

Mereka dinamakan demikian ketika me-reka menolak kepemimpinan Zaid bin Ali bin Husain bin Ali bin Abi Tholib, karena beliau (Zaid) telah mengakui kemuliaan Abu Bakar dan Umar. Ketika mereka bertanya kepadanya tentang Abu Bakar dan Umar, lalu beliau malah mendoakan kepada mereka berdua agar mendapatkan rahmat Alloh swt. Maka dari itu mereka meninggalkannya dan menjauhkan diri darinya.

Penamaan Syi’ah dengan Rofidhoh dinya-takan sendiri oleh pembesar mereka yang bernama al-Majlisi. Mereka diberi nama Rofidhoh dikarenakan mereka (Saba’iyyah: Pengikut Ibnu Saba) mendatangi Zaid bin Ali bin al-Husain seraya berkata, “Berlepas dirilah kamu dari Abu Bakar dan Umar, dengan demikian kami akan bergabung bersamamu”, kemudian Zaid menjawab, “Mereka berdua adalah sahabat kakek saya, saya tak akan bisa berlepas diri dari mereka, bahkan akan selalu bergabung dengannya, dan berloyalitas kepadanya”, kemudian mereka berkata, “Kalau demikian kami menolakmu”, dengan demikian mereka diberi nama “Rofidhah” artinya golongan penolakan. Adapun orang-orang yang berbaiat dan setuju dengan Zaid diberi nama “Zaidiyyah”.

Mereka diberi nama Rofidhoh karena mere-ka juga menolak akan keimaman Abu Bakar dan Umar, selain itu ia juga menolak Agama Islam.

Mereka menamakan diri mereka “Syi’ah” karena mereka mengklaim bahwa mereka membela ahlul Bait, menolong mereka dan menuntut untuk mendapatkan hak-hak mereka di dalam imamah (kepemimpinan/kekhalifahan). Namun sebenarnya Ahlul Bait sendirilah yang meme-rangi mereka karena kesesatannya.

Merekapun mengkafirkan ahlus sunnah sehingga sering terjadi bahwa mereka menolong orang-orang kafir dalam memusuhi ahlus sunnah (muslimin). Segolongan Syi’ah telah menganggap bahwa Jibril telah salah dalam menyampaikan risalah. Risalah Alloh swt, menurut mereka, sebenarnya harus disampaikan kepada Ali bukan kepada Muhammad saw. Banyak lagi kepercayaan-kepercayaan takhayul mereka tentang Ali bin Abi Tholib dan putra-putranya.

Mereka mengimani adanya dua belas imam ma’sum turun menurun mulai dari Ali bin Abi Tholib lantas menurun ke anak-anak dan cucu-cucu beliau. Barangsiapa yang tidak beriman kepada imam-imam tersebut dan tidak mengakui kema’suman mereka, maka orang-orang itu adalah kafir di sisi Syi’ah.

Rofidhoh juga berkeyakinan bahwa imam mereka mengetahui segala ilmu pengetahuan tak ada sedikitpun yang samar bagi mereka. Padahal Alloh berfirman:

“Katakanlah: “tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah”,..” {Qs. An Naml (27): 65}

Madzhab (keyakinan) mereka dalam sifat-sifat (Alloh ) beraneka ragam: di antara mereka ada yang musyabbih (menyerupakan Alloh dengan makhlukNya), ada yang mu’aththil (meniadakan atau menolak sifat-sifat Alloh ) dan ada yang pertengahan. Rofidhoh juga menisbatkan sifat Bada’ kepada Alloh yaitu bahwa Alloh didahului padaNya dengan ketidaktahuan dan atau munculnya pengetahuan baru padaNya yang sebelumnya masih tersembunyi. padahal kedua sifat tersebut mustahil bagi Alloh. Mereka mengingkari turunnya Alloh ke langit bumi, ditambah lagi perkataan mereka tentang al-Qur’an bahwa ia adalah makhluk, disamping itu ia juga mengingkari akan melihat Alloh di akhirat nanti.

Mereka mempercayai bahwa al-Qur’an sudah dirubah-rubah, telah mengalami penggantian, penambahan dan pengurangan. Me-reka mengakui adanya surah dalam al-Qur’an yang hilang atau disembunyikan yaitu surat al-Wilayah sebagai salah satu surat al-Qur’an dan lauh Fatimah sebagai wahyu yang turun kepada Fathimah. Padahal Alloh berfirman: ُ

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Adz-Dzikrah (Al Quran), dan sungguh, Kami pula yang (benar-benar) memeliharanya.” {Qs. Al-Hijr (15): 9}

Mereka juga menolak hadits-hadits Rosululloh karena para perawinya (shahabat) adalah orang-orang yang mereka kafirkan.

Kesesatan-kesesatan Syi’ah pada umumnya dan Rofidhoh pada khususnya terlalu banyak. Mereka adalah kaum yang menyandarkan agama mereka kepada kedustaan (tuqyah). Mereka mengkafirkan Abu Bakar dan Umar serta mayoritas shohabat.


Sisi kesamaan antara Yahudi dan Rofidhoh


Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Sisi kesamaan antara Yahudi dan Rofidhoh adalah bahwa fitnah yang ada pada Rofidhoh itu persis dengan fitnah yang ada pada Yahudi, yaitu kalau orang Yahudi mengatakan yang layak memimpin kekuasaan adalah keluarga Dawud, begitu juga kata Rofidhoh tak layak memimpin imamah (kekuasaan) kecuali anak-anak Ali.

Orang Yahudi mengatakan: “Tak ada jihad di jalan Alloh sehingga al-Masih ad-Dajjal keluar (untuk membantunya), dan pedang turun di tangan”, sementara orang rofidhoh mengatakan:

“Tidak ada jihad di jalan Alloh sehingga imam al-Mahdi -yang dijuluki Qa’im Alu Muhammad-
(imam kedua belas mereka) keluar dan ada yang mengomandokan dari langit”.

Orang-orang Yahudi mengakhirkan sholat sampai munculnya bintang-bintang, sebagaimana Rofidhoh mengakhirkan sholat maghrib sampai munculnya bintang-bintang sedangkan hadits Rosululloh mengingkari hal itu.

“Umatku akan senantiasa dalam kebaikan atau di atas fithrah selama mereka tidak mengakhirkan shalat Maghrib hingga semua bintang-bintang nampak. (HR. Imam Ahmad, Ibnu Majah, Abu Dawud)

Orang-orang Yahudi memutar balikkan at-Taurot serta merubahnya, sebagaimana mereka memutarbalikkan al-Qur’an dan merubahnya.

Orang Yahudi tidak berpendapat mengusap (saat wudhu) al-Khuf (sepatu slop) sebagaimana juga orang-orang Rofidhoh.

Orang-orang Yahudi membenci malaikat Jibril. Mereka mengatakan “ia musuh kami dari golongan malaikat” sebagaimana Rofidhoh mengatakan “Malaikat Jibril telah berkhianat dan salah alamat ketika menyampaikan wahyu kepada Muhammad”. (Sedangkan kita semua tahu bahwa Jibril telah disifati oleh Alloh dengan al-amin (terpercaya), bagaimana mereka menyangka bahwa jibril itu khianat?)

Rofidhoh sama dengan orang-orang Nasrani dalam masalah maskawin, yaitu wanita-wanita nasrani tidak berhak mendapatkan maskawin karena mereka hanya untuk dipakai bersenang-senang (mut’ah), sebagaimana Rofidhoh melakukan nikah mut’ah dan menghalalkannya.

Akan tetapi orang-orang Yahudi dan Nasrani memiliki dua keistimewaan yang tidak dimiliki oleh orang-orang Rofidhoh:

Apabila orang-orang yahudi ditanya tentang siapa sebaik-baik pemeluk agama kalian? Mereka akan menjawab “para sahabat nabi Musa ”. Apabila orang-orang Nasrani ditanya siapa sebaik-baik pemeluk agama kalian mereka akan menjawab “para sahabat setia Nabi Isa ”.

Tetapi jika orang-orang Rafidhoh ditanya tentang siapa yang paling buruk dari pemeluk agama kalian mereka menjawab “para sahabat Muhammad ”. (Minhajus Sunnah, Ibnu Taimiyyah, 1/24). Bersambung….

Referensi :
  1. Menyingkap Kesesatan Aqidah syi’ah, Syaikh Abdullah bin Muhammad, Penerbit: Jaringan Pembelaan Terhadap Sunnah.
  2. Ensiklopedia Bid’ah (kumpulan Fatwa), Pustaka Darul Haq.
  3. Buku Tarbiyyah Agama Islam Terpadu, al-Hidayah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar