09 November 2018
Rebo Wekasan Bukan Bagian dari Syari’at yang Dituntunkan
Di antara anggapan dan keyakinan keliru yang terjadi di bulan Shafar adalah adanya sebuah hari yang diistilahkan dengan Rebo Wekasan.
Apakah Rebo Wekasan itu?
Dalam bahasa Jawa ‘Rebo’ artinya hari Rabu, dan ‘Wekasan’ artinya terakhir. Kemudian istilah ini dipakai untuk menamai hari Rabu terakhir pada bulan Shafar. Di sebagian daerah, hari ini juga dikenal dengan hari Rabu Pungkasan.
Dalam kitab Kanzun Najah was Suruur fil Ad’iyah allati Tasyrahush Shuduur karangan Syaikh Abdul Hamid bin Muhammad ‘Ali Quds yang katanya pernah mengajar di Masjidil Haram Makkah Al-Mukarramah, disebutkan bahwa pada hari itu akan turun 320.000 bala’, musibah, ataupun bencana. Sehingga dikatakan bahwa hari itu merupakan hari yang paling berat sepanjang tahun.
Apa Saja Ritualnya?
Mungkin saja masing-masing orang yang meyakini kebenaran angkernya hari itu berbeda-beda satu dengan yang lain dalam menjalankan ritual di hari itu.
Sekedar contoh dari ritual yang hendak mereka lakoni adalah:
1. Mandi tolak bala’
2. Kemudian dilanjutkan dengan mengerjakan shalat empat raka’at -yang diistilahkan dengan shalat sunnah lidaf’il bala’ (shalat sunnah untuk menolak bala’) yang dikerjakan pada waktu dhuha atau setelah shalat isyraq (setelah terbit matahari) dengan satu kali salam.
Pada setiap raka’at membaca surat Al-Fatihah kemudian surat Al-Kautsar 17 kali, surat Al-Ikhlas 50 kali (dalam referensi lain 5 kali), Al-Mu’awwidzatain (surat Al-Falaq dan surat An-Nas) masing-masing satu kali. Ketika salam membaca sebanyak 360 kali ayat ke-21 dari surat Yusuf yang berbunyi:
وَاللَّهُ غَالِبٌ عَلَى أَمْرِهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ.
“Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya.”
3. Lalu ditambah dengan bacaan Jauharatul Kamal tiga kali
Kata mereka, bacaan Jauharatul Kamal ini memiliki keutamaan yang sangat banyak di antaranya adalah bahwa satu kali bacaan shalawat jauharatul kamal menyamai tasbih seluruh alam tiga kali.
4. Kemudian ditutup dengan bacaan surat Ash-Shaffat ayat 180-182
Tidak cukup sampai di situ, ritual inipun dilengkapi dengan membuat air salam, yaitu air yang menulis وفق Rebo Wekasan kemudian dimasukkan ke dalam sumur, bak kamar mandi, atau tempat-tempat penampungan air lainnya. Kemudian dido’ai, وفق nya seperti di bawah ini
5. Ritual ini kemudian dilanjutkan dengan memberikan sedekah roti kepada fakir miskin.
6. Tidak cukup sampai di situ, ritual inipun dilengkapi dengan membuat air salam,
yaitu air yang menulis وفق Rebo Wekasan kemudian dimasukkan ke dalam sumur, bak kamar mandi, atau tempat-tempat penampungan air lainnya. Kemudian dido’ai, وفق nya seperti di bawah ini :
Barangsiapa yang pada hari itu melakukan ritual tersebut, maka dia akan terjaga dari segala bentuk musibah dan bencana yang turun ketika itu.
_Amaliyah yang demikian tidak ada dasarnya sama sekali dari Al-Qur’an maupun Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Generasi salaf dari kalangan shahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in tidak pernah melakukan apalagi mengajarkan ritual semacam itu. Demikian pula generasi setelahnya yang senantiasa mengikuti jejak mereka dengan baik.
Keyakinan tentang Rebo Wekasan sebagai hari turunnya bala’ dan musibah adalah keyakinan yang batil. Lebih batil lagi karena berangkat dari keyakinan tersebut, dilaksanakanlah ritual tertentu untuk menolak bala’ dengan tata cara yang disebutkan di atas.
Sementara keyakinan dan ritual tersebut tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para shahabatnya radhiyallahu ‘anhum, dan tidak pula dicontohkan oleh para imam madzhab yang empat (Abu Hanifah, Malik bin Anas, Asy-Syafi’i, dan Ahmad bin Hanbal), tidak pula mereka membimbing dan mengajak para murid serta pengikut madzhabnya untuk melakukan yang demikian.
Para ulama dan kaum muslimin yang senantiasa menjaga aqidah dan berpegang teguh dengan Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya hingga hari ini -sampai akhir zaman nanti- juga tidak akan berkeyakinan dengan keyakinan seperti ini dan tidak pula beramal dengan amalan yang tidak pernah dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan generasi salaf tersebut.
Jika keyakinan dan ritual ibadah tersebut tidak berdasar pada Al-Qur’an dan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, tidak pula sebagai amalan para shahabat radhiyallahu ‘anhum dan para imam madzhab yang empat, maka sungguh amalan tersebut bukan bagian dari agama yang murni.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa yang beramal dengan suatu amalan yang bukan termasuk bimbingan dan petunjuk kami, maka amalan itu tertolak.” (HR. Muslim).
Semoga Allah subhanahu wata’ala senantiasa menjaga kita dan kaum muslimin dari berbagai penyimpangan dalam menjalankan agama ini. Aamiin.
Wallahu a'lam
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar