11 November 2018

MEMULIAKAN ORANG TUA DIAKHIRAT



Seorang anak tak mungkin mampu membalas jasa orang tua. Walaupun seberapa banyak materi dan limpahan kekayaan diberikan. Dahulu, di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ada sahabat yang bertanya “ Ya Rasul, sungguh saya telah menggendong ibu saya sejauh 2 farsakh di jalan berpasir yang terik, andai diatas pasir itu diletakkan sepotong daging niscaya matang daging itu. Apakah dengan begitu saya telah menyampaikan rasa terima kasih saya kepadanya ? “, Nabi menjawab “ la’alla an yakuuna litholqotin waahidatin, mungkin hal itu baru bisa membalas sedikit rasa sakitnya saat ibu melahirkanmu “. ( HR. Thabrani ).

Sungguh jasa orang tua tak bisa ditakar sedikitpun. Sekalipun itu dibayar dengan limpahan materi dan gelimang kekayaan se isi dunia. Kasih sayang orang tua sepanjang jalan. Kecintaan orang tua kepada anak tak terbatas. Tak pernah bertepi. Tak pernah pudar oleh masa. Juga tak pernah lekang oleh waktu.

Jika mereka masih ada berbaktilah kepadanya, dan jika keduanya telah tiada bahagiakanlah dengan berbagai amal sholih, maka beruntunglah mereka para orang tua yang mendapati anak-anak bisa menjadi sholih dan sholihah karena dengan begitu seluruh doa dan amalnya bisa membahagiakan kedua orang tuanya di akhirat kelak.

Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,

أَنَّ سَعْدَ بْنَ عُبَادَةَ – رضى الله عنه – تُوُفِّيَتْ أُمُّهُ وَهْوَ غَائِبٌ عَنْهَا ، فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أُمِّى تُوُفِّيَتْ وَأَنَا غَائِبٌ عَنْهَا ، أَيَنْفَعُهَا شَىْءٌ إِنْ تَصَدَّقْتُ بِهِ عَنْهَا قَالَ « نَعَمْ » . قَالَ فَإِنِّى أُشْهِدُكَ أَنَّ حَائِطِى الْمِخْرَافَ صَدَقَةٌ عَلَيْهَا

“Sesungguhnya ibu dari Sa’ad bin ‘Ubadah radhiyallahu ‘anhu meninggal dunia. Sedangkan Sa’ad pada saat itu tidak berada di sisinya. Kemudian Sa’ad mengatakan, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku telah meninggal, sedangkan aku pada saat itu tidak berada di sampingnya. Apakah bermanfaat jika aku menyedekahkan sesuatu untuknya?’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Iya, bermanfaat.’ Kemudian Sa’ad mengatakan pada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Kalau begitu aku bersaksi padamu bahwa kebun yang siap berbuah ini aku sedekahkan untuknya’.” (HR. Bukhari)

Dari Abu Usaid Malik bin Rabi’ah As-Sa’idi, ia berkata,

بَيْنَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا جَاءَهُ رَجُلٌ مِنْ بَنِى سَلِمَةَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ بَقِىَ مِنْ بِرِّ أَبَوَىَّ شَىْءٌ أَبَرُّهُمَا بِهِ بَعْدَ مَوْتِهِمَا قَالَ « نَعَمِ الصَّلاَةُ عَلَيْهِمَا وَالاِسْتِغْفَارُ لَهُمَا وَإِنْفَاذُ عَهْدِهِمَا مِنْ بَعْدِهِمَا وَصِلَةُ الرَّحِمِ الَّتِى لاَ تُوصَلُ إِلاَّ بِهِمَا وَإِكْرَامُ صَدِيقِهِمَا ».

“Suatu saat kami pernah berada di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika itu datang seseorang dari Bani Salimah, ia berkata, “Wahai Rasulullah, apakah masih ada bentuk berbakti kepada kedua orang tuaku ketika mereka telah meninggal dunia?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Iya (masih tetap ada bentuk berbakti pada keduanya). (Bentuknya adalah) mendoakan keduanya, meminta ampun untuk keduanya, memenuhi janji mereka setelah meninggal dunia, menjalin hubungan silaturahim (kekerabatan) dengan keluarga kedua orang tua yang tidak pernah terjalin dan memuliakan teman dekat keduanya.” (HR. Abu Daud, no. 5142 dan Ibnu Majah, no. 3664. Hadits ini dishahihkan oleh Ibnu Hibban, Al-Hakim.)

Hadiah tertinggi kepada kedua orangtua adalah ketika anak anak mereka menjadi penghafal AlQuran,
Imam Ahmad meriwayatkan (22441) Dari Abdullah bin Buraidah dari Bapaknya ia berkata : Aku pernah duduk disisi Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam lalu aku mendengarkan beliau bersabda :

وَإِنَّ الْقُرْآنَ يَلْقَى صَاحِبَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حِينَ يَنْشَقُّ عَنْهُ قَبْرُهُ كَالرَّجُلِ الشَّاحِبِ فَيَقُولُ لَهُ هَلْ تَعْرِفُنِي ؟ فَيَقُولُ مَا أَعْرِفُكَ فَيَقُولُ لَهُ هَلْ تَعْرِفُنِي ؟ فَيَقُولُ مَا أَعْرِفُكَ فَيَقُولُ : أَنَا صَاحِبُكَ الْقُرْآنُ الَّذِي أَظْمَأْتُكَ فِي الْهَوَاجِرِ وَأَسْهَرْتُ لَيْلَكَ وَإِنَّ كُلَّ تَاجِرٍ مِنْ وَرَاءِ تِجَارَتِهِ وَإِنَّكَ الْيَوْمَ مِنْ وَرَاءِ كُلِّ تِجَارَةٍ . فَيُعْطَى الْمُلْكَ بِيَمِينِهِ وَالْخُلْدَ بِشِمَالِهِ ، وَيُوضَعُ عَلَى رَأْسِهِ تَاجُ الْوَقَارِ ، وَيُكْسَى وَالِدَاهُ حُلَّتَيْنِ لَا يُقَوَّمُ لَهُمَا أَهْلُ الدُّنْيَا فَيَقُولَانِ : بِمَ كُسِينَا هَذِهِ ؟ فَيُقَالُ بِأَخْذِ وَلَدِكُمَا الْقُرْآنَ ) وذكره الألباني في "الصحيحة" (2829) .

“Dan sesungguhnya Al Qur’an akan menjumpai pemiliknya pada hari kiamat pada saat kuburannya terbelah sebagaimana lelaki yang kurus dan pucat ia mengatakan kepadanya apakah engkau mengenalku ? lalu dia menjawab aku tidak mengenalmu, ia bertanya kembali apakah engkau mengenalku? Ia menjawab aku tidak mengenalmu, lalu ia berkata: aku adalah sahabatmu Al Qur’an yang telah menghilangkan dahagamu pada saat siang hari yang sangat terik, yang telah membuatmu begadang dimalam hari, dan setiap pedagang akan berada dibelakang  perniagaannya dan engkau sekarang pada hari ini dibelakang  semua perniagaan. Lalu diberikanlah kerajaan ditangan kanannya dan keabadian ditangan kirinya, dan disematkan diatas kepalanya mahkota yang megah, dan dipakaikan bagi kedua orang tuanya pakaian yang sama sekali tidak pernah dikenakan oleh penduduk dunia, lalu keduanya berkata : Mengapa kami diberikan pakaian semacam ini ? maka dikatakan kepada keduanya ; semua ini karena anak kalian menjadikan al Qur’an sebagai sahabatnya saat didunia” Syaikh Albani menyebutkannya dalam “As Shohihah ” (2829).

Wallahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar