DAN BUKTIKAN CINTA KITA BUKAN SEKEDAR DIKATA...!!!
Bahasan tentang mahabbah atau cinta selalu menjadi perbincangan yang menyenangkan untuk dibahas oleh kalangan perempuan. Seperti kita tahu bahwa banyak kalangan muda mudi yang tak peduli halal dan tidak dengan asyiknya bercengkrama, besenda gurau, saling berkasih sayang, dan dengan mudahnya mengatasnamakan cinta. Mereka bilang, “kalau sudah cinta mau apa?” Padahal bisa saja itu bukan cinta, tapi nafsu yang menjelma menjadi kata cinta agar terdengar lebih halus saja. Ada juga sebagian orang yang menyadari bahwa perilaku di atas bukanlah hal yang patut dilakukan dalam islam, kemudian muncullah pertanyaan. “Lalu, bagaimana sih sebenarnya motivasi cinta islami?”
Perlu dipahami bahwa setiap manusia memiliki cinta dan membutuhkan cinta. Tanpa cinta, dunia akan hancur. Allah Ta'ala menciptakan alam dan seisinya karena cinta. Peperangan terjadi karena kebencian, lalu muncul gerakan perdamaian karena alasan cinta. Manusia membutuhkan cinta untuk menciptakan kedamaian dalam diri dan lingkungan sekitarnya. Namun belakangan makna cinta menjadi sempit hanya pada batas “dua sejoli” saja. Padahal makna cinta lebih dari sekedar itu.
Abu Naufal pernah ditanya, “Apakah seseorang bisa menghindar dari cinta?” Dia menjawab, “Bisa, asalkan dia seseorang yang berhati keras dan kurang ajar, yang tidak memiliki keutamaan dan kepintaran. Walaupun seseorang hanya memiliki perangai dan akhlak penduduk Hijaz dan Irak yang paling rendah sekalipun, tentu dia tidak bisa menghindar dari yang namanya cinta.”
Ali bin Abdah pernah berkata, “Tidak mungkin seseorang bisa terlepas dari cinta, kecuali dia orang yang buruk perangainya, lemah, atau kurang waras.”
Bagi para calon Ibu, sudah sepatutnya kita memahami mau kemana kita membawa cinta kita, kepada fitrahnya lagi kah? Atu justru kepada fitnah? Untuk menjadi istri sholihah perlu adanya persiapan sebelum benar-benar dipertemukan dengan si suami sholih. Pastikan hati benar-benar bersih dari penyakit-penyakit cinta yang menimbulkan fitnah. Pastikan ruang kosong itu benar-benar calon Ibu siapkan untuk si calon Suami yang sholih saja.
Cinta dapat membawa seseorang pada kebaikan, namun cinta dapat pula membawa seseorang pada keburukan. Semua ini tergantung pada bagaimana orang itu menyikapinya. Ibnul Qayyim Al-Jauziy membagi jenis cinta menjadi dua agar tidak timbul kesalahan persepsi. Yaitu jenis cinta yang bermanfaat dan jenis cinta yang membahayakan.
*Mahabbatullah* (Cinta kepada Allah)
Cinta ini termasuk cinta yang hakiki, ini merupakan motivasi cinta yang paling islami. Kita sebagai makhluk-Nya, wajib memiliki cinta jenis ini jika kita ingin bahagia di dunia dan akhirat. Setelah rasa cinta terhadap Allah Ta'ala tertanam kuat, maka kita akan melakukan apapun yang Allah Ta'ala inginkan. Dan menjauhi apapun yang tidak Allah Ta'ala sukai. Ketika Allah Ta'ala membalas cinta kita, kita akan mendapatkan kebahagiaan yang hakiki.
*Mahabbatu ma Yuhibbullah* (Mencintai apa yang dicintai Allah)
Dengan memiliki cinta jenis ini, Allah Ta'ala akan memasukannya ke dalam islam dan mengeluarkannya dari kekafiran. Contohnya adalah dengan mencintai Rasulullah dan mencintai ibadah-ibadah yang dilakukan kepada Allah Ta'ala. Cinta jenis ini perlu kita miliki karena ketika kita ingin memperoleh cinta dari Yang kita cintai, sudah seharusnya kita mencintai pula apa yang ia cintai.
*Al Hubbu Fillah wa Lillah* (Cinta Karena Allah dan di Jalan Allah)
Jenis cinta ini merupakan syarat dari kecintaan pada apa yang dicintai oleh Allah Ta'ala. Yaitu ketika kita mancintai Rasulullah maka cintailah Rasulullah karena Allah dan di jalan Allah. Sebab ketika mencintai bukan karena Allah dan tidak di jalan Allah, cinta jenis ini akan menjadi kemaksiatan bahkan kesyirikan.
Termasuk didalamnya mencintai saudara muslim, tanpa batas.
عَنْ أَبِيْ حَمْزَةَ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ خَادِمِ رَسُوْل الله عَنْ النَّبِي قَالَ : لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
Dari Abu Hamzah Anas bin Malik, khadim (pembantu) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau berkata, “Tidaklah seseorang dari kalian sempurna imannya, sampai ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya”.
(HR.Bukhari dan Muslim)
Dalam Hadits yang lain Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَثَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ فِيْ تَرَاحُمِهِمْ وَتَوَادِّهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ كَمَثَلِ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى عَضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ جَسَدِهِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
(رواه البخاري ومسلم)
“Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan saling berempati bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggotanya merasakan sakit, maka seluruh tubuh turut merasakannya dengan berjaga dan merasakan demam.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
BUKTIKAN CINTA KITA...!!!
Banyak Saudara muslim kita baik di dalam negri maupun di luar negri yang DI ANIAYA...DISIKSA ...DAN DIDZHOLOMI...
Saudara Muslim kita sedang TERLUKA disana, Palestine...Suriah...Rohingya...UYGHUR...dll
Mari Ikhwah...BANTU MEREKA SEMAMPU KITA...DOA KAN MEREKA...!!!
Agar kelak menjadi saksi dihadapan Allah Ta'ala...bahwa INI BUKTI CINTA KITA...!!!
*Al-Mahabbah ma’allah* (Cinta yang mendua kepada Allah)
Cinta jenis ini memiliki arti bahwa kita mencintai selain Allah Ta'ala juga mencintai Allah Ta'ala dengan kadar yang sama. Tak diragukan lagi bahwa ini adalah kesyirikan. Ketika seseorang mencintai selain Allah Ta'ala bukan karena Allah dan tidak di jalan Allah. Dan menyetarakan kadarnya dengan kecintaan terhadap Allah, maka dia sedang membuat tandingan atas Allah Ta'ala.
Allah Ta'ala, berfirman:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ ۖ وَالَّذِينَ ءَامَنُوٓا أَشَدُّ حُبًّا لِّلَّهِ ۗ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوٓا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ
"Dan di antara manusia ada orang yang menyembah tuhan selain Allah sebagai tandingan yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah. Sekiranya orang-orang yang berbuat zalim itu melihat, ketika mereka melihat azab (pada hari Kiamat), bahwa kekuatan itu semuanya milik Allah dan bahwa Allah sangat berat azab-Nya (niscaya mereka menyesal)."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 165)
*Al-Mahabbah Ath-thabi’iyyah* (Rasa cinta yang manusiawi)
Berbeda dengan jenis cinta yang sebelumnya, cinta jenis ini diperbolehkan oleh Allah Ta'ala karena ini manusiawi. Namun jangan sampai cinta ini dapat melalaikan kita dari mencintai dan mengingat Allah Ta'ala.
Allah Ta'ala, berfirman:
يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوٰلُكُمْ وَلَآ أَوْلٰدُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذٰلِكَ فَأُولٰٓئِكَ هُمُ الْخٰسِرُونَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barang siapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi."
(QS. Al-Munafiqun 63: Ayat 9)
Begitulah bagaimana islam mengajarkan pada kita tentang motivasi cinta islami dan cinta yang tidak islami. Oleh karena itu, bagi para muslimah yang sedang mencoba menempatkan cinta di jalan yang tepat. Berusahalah untuk menata hati dan memperbaiki diri untuk mendapat cinta yang Allah Ta'ala ridhai agar kebahagiaan dunia juga di akhirat selalu kita rasakan di setiap helaan nafas kita. Bersabarlah, tempatkan semua rasa sesuai tempat dan porsinya. Cintailah Sang Maha kuasa, dan mintalah cinta pada Pemilik cinta.
Allohu a'lam
26 Desember 2018
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar