26 Desember 2018

MEREKA DIUJI SEKALI DUA KALI DALAM SETAHUN

📚 Bismillah...

Ketika manusia diuji dengan kesenangan yang terlalaikan sehingga melampaui batas, terkadang tanpa rasa malu bahkan terang terangan melakukan berbagai maksiat sehingga mengundang murka Allah Ta'ala.

Musibah tahunan merupakan teguran untuk umat ini karena merayakan dan melakukan kemaksiatan yang dilakukan setiap tahun... ditambah lagi perlakuan rezim ini.

Berbagai peringatan yang Allah Ta'ala berikan diberbagai pelosok suatu negri tidak menjadikan mereka semakin khusyu' bertaubat malah semakin bertambah menebar maksiat dimana mana, dan ini biasa terjadi di penghujung tahun, atau bisa jadi di tengah tengah pesta megah kemusyrikan.

Berbagai peringatan yang sudah Allah Ta'ala kabarkan, yaitu melalui bencana sebelumnya maupun melalui kalamNya juga lisan NabiNya sepertinya tak pernah membuat jera, bisa jadi ini peringatan penambah iman bisa jadi sebagai bentuk azab yang dari sebab itupula banyak diantara hambaNya bertaubat atau malah semakin kufur dan menantang Sang Pencipta dan Pengatur Alam semesta.

Allah Ta'ala, berfirman:

أَوَلَا يَرَوْنَ أَنَّهُمْ يُفْتَنُونَ فِى كُلِّ عَامٍ مَّرَّةً أَوْ مَرَّتَيْنِ ثُمَّ لَا يَتُوبُونَ وَلَا هُمْ يَذَّكَّرُونَ

"Dan tidakkah mereka (orang-orang munafik) memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, namun mereka tidak (juga) bertobat dan tidak (pula) mengambil pelajaran?"
(QS. At-Taubah 9: Ayat 126)

Sudah menjadi sunatullah, bahwa dimana ada bencana pasti disitu ada kemaksiatan, orang orang munafik menyanggah semua bentuk kejadian tsb, fenomena alam serta bencana alam sepertinya kata kata yang berusaha menafi'kan adanya peran Allah Ta'ala, mereka para munafik ingin menghindar diri bahwa itu peringatan Allah Ta'ala, dan memang watak mereka demikian, karena pada dasarnya mereka beriman hanya dibibir sementara hatinya mengingkari, maka begitulah azab yang mesti mereka rasakan, sehingga banyak juga orang yang beriman yang terselamatkan karena ujian itu untuk semakin mantab imannya.

Diayat yang lain Allah Ta'ala berfirman,

سَنُرِيهِمْ ءَايٰتِنَا فِى الْأَافَاقِ وَفِىٓ أَنْفُسِهِمْ حَتّٰى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ  ۗ  أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُۥ عَلٰى كُلِّ شَىْءٍ شَهِيدٌ

"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur'an itu adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?"
(QS. Fussilat 41: Ayat 53)

وَمَا مَنَعَنَآ أَنْ نُّرْسِلَ بِالْأَايٰتِ إِلَّآ أَنْ كَذَّبَ بِهَا الْأَوَّلُونَ  ۚ  وَءَاتَيْنَا ثَمُودَ النَّاقَةَ مُبْصِرَةً فَظَلَمُوا بِهَا  ۚ  وَمَا نُرْسِلُ بِالْأَايٰتِ إِلَّا تَخْوِيفًا

"Dan tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasaan Kami), melainkan karena (tanda-tanda) itu telah didustakan oleh orang terdahulu. Dan telah Kami berikan kepada kaum Samud unta betina (sebagai mukjizat) yang dapat dilihat, tetapi mereka menganiaya (unta betina itu). Dan Kami tidak mengirimkan tanda-tanda itu melainkan untuk menakut-nakuti."
(QS. Al-Isra' 17: Ayat 59)

Al Allamah Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan : “Pada sebagian waktu, Allah Ta'ala memberikan ijin kepada bumi untuk bernafas, lalu terjadilah gempa yang dahsyat. Dari peristiwa itu, lalu timbul rasa takut pada diri hamba-hamba Allah Ta'ala, rasa taubat dan berhenti dari perbuatan maksiat, tunduk kepada Allah Ta'ala dan penyesalan. Sebagaimana perkataan sebagian ulama Salaf, pasca gempa,’Sesungguhnya Rabb kalian mencela kalian’. Umar bin Khaththab Radhiyallahu ‘anhu, pasca gempa di Madinah menyampaikan khutbah dan nasihat; beliau Radhiyallahu ‘anhu mengatakan,’Jika terjadi gempa lagi, saya tidak akan mengijinkan kalian tinggal di Madinah’.” Selesai – perkataan Ibnul Qayyim rahimahullah.

Atsar-atsar dari Salaf tentang hal ini sangat banyak. Maka saat terjadi gempa atau peristiwa lain, seperti gerhana, angin ribut atau banjir, wajib segera bertaubat kepada Allah Ta'ala, merendahkan diri kepadaNya dan memohon ‘afiyah kepadaNya, memperbanyak dzikir dan istighfar.
Diriwayatkan dari ‘Umar bin Abdul ‘Aziz rahimahullah, bahwa saat terjadi gempa, dia menulis surat kepada pemerintah daerah agar bershodaqoh.

Diantara faktor terselamatkan dari segala keburukan, yaitu pemerintah segera memegang kendali rakyat dan mengharuskan agar konsisten dengan al haq, menerapkan hukum Allah Ta'ala di tengah-tengah mereka, memerintahkan kepada yang ma’ruf serta mencegah berbagai kemungkaran, kemaksiatan disetiap pelosok negri.

Wallahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar