Bangkit dari Sujud (I’tidal) /duduk di antara dua sujud
Iftirasy
dan Iq'a ketika Duduk di Antara Dua Sujud
Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam menegakkan kaki kanannya
dan menghadapkan jari-jari kaki kanannya ke arah kiblat. Melipat
kaki kiri dan mendudukinya. Hukumnya wajib. Ini disebut duduk iftirosy
Terkadang Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam duduk
dengan menegakkan telapak kaki dan tumit kedua kakinya yang dirapatkan, ini
disebut duduk iq’a. Boleh duduk iq’a sewaktu-waktu (yaitu
duduk di atas kedua tumit yaitu dengan menegakkan kedua telapak kaki yang
dirapatkan, Menghadapkan jari-jari kaki ke kiblat)
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengangkat kepalanya
dari sujud (i’tidal) seraya mengucapkan takbir. Beliau Shallallahu Alaihi wa
Sallam memerintahkan orang yang salah dalam sholatnya untuk melakukan yang
demikian, ”Tidak sempurna sholat seseorang hinga sujud sampai tulang
punggungnya tenang, kemudian mengucapkan Allhu Akbar. Lalu bangkit dari sujud
sehingga duduk dengan tegak.” (HR Ahmad dan Abu Daud).
Terkadang Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam mengangkat
kedua tangannya seraya mengucapkan takbir. Kemudian membentangkan kaki kiri dan
duduk diatas telapaknya dengan tenang (Lalu duduk dengan tenang sehingga
semua tulang kembali ke tempatnya masing-masing, dan ini adalah rukun). Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam
juga menyuruh orang yang salah dalam sholatnya untuk melakukannya dan Beliau
bersabda kepada orang itu ”Jika kamu bersujud maka hendaknya kamu menekan.
Apabila bangkit dari sujud (i’tidal) maka duduklah diatas betis kirimu.” (HR
Bukhari dan Baihaqi).
Thumuninah ketika Duduk di Antara Dua Sujud
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam melakukan duduk
diantara dua sujud dengan thumuninah sehingga tulang belakangnya rata dan
mapan. Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam juga menyuruh orang yang salah dalam
sholatnya untuk melakukan hal itu. Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda
”Tidak sempurna sholat seseorang diantara kamu sehingga dia melakukan yang
demikian.” (HR Abu Daud dan Hakim).
Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam memperpanjang/ melamakan
duduknya sehingga hampir sama dengan sujudnya (sampai mendekati lama sujud).
Demikian yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim. Terkadang Beliau Shallallahu
Alaihi wa Sallam diam lama sampai ada yang mengatakan ”Beliau telah lupa.”
Doa ketika Duduk di Antara Dua Sujud
Ketika
duduk diantara dua sujud Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam membaca doa
sebagai berikut:
1.
”Rabbighfirlii warhamnii wajburnii warfa’nii, wahdinii, wa’aanifinii,
warzuqnii.” (”Ya Allah ampunilah aku, kasihanilah aku, cukupkanlah aku,
angkatlah derajatku, berilah aku petunjuk, jadikanlah aku sehat dan berilah
rizki.” (HR Daud, Tirmidzi dan Ibnu Majah).
2.
”Rabbighfirlii rabbighfirlii.” (Wahai Tuhan, ampunilah aku, ampunilah aku”)
Beliau
kadang membaca kedua doa tersebut ketika sholat malam.
3.
atau Mengucapkan pada waktu duduk. “Allahummagfirlii, warhamnii’
wajburnii’, warfa’nii’, wa ‘aafinii, warjuqnii”.
“Artinya : Ya Allah ampunilah aku, sayangilah
aku, tutuplah kekuranganku, angkatlah derajatku, dan berilah aku afiat dan
rezeki”.
Sujud Kedua
Kemudian setelah duduk diantara dua sujud, Beliau bertakbir
dan sujud yang kedua kalinya. Kadang-kadang mengangkat kedua
tangannya dengan takbir ini. Lalu
sujud yang kedua, ini termasuk rukun juga. Melakukan
pada sujud ini apa-apa yang dilakukan pada sujud pertama.
Beliau menyuruh orang yang salah dalam sholatnya untuk
melakukan yang demikian. Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam mengatakan
kepadanya setelah menyuruhnya untuk melakukan thumuninah ketika duduk antara
dua sujud ”Kemudian hendaknya kamu mengucapkan Allahu Akbar. Lalu sujud
sehingga ruas-ruas tulang punggungmu rata atau mapan. Kemudian melakukan hal
itu dalam semua sholat kamu.” (HR Abu Daud dan Hakim).
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam kadang mengangkat kedua
tangannya seraya mengucapkan takbir. Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam
melakukan sujud kedua sebagaimana sujud pertama kemudian bangkit sambil
mengucapkan takbir.
Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam menyuruh melakukan itu
kepada orang yang salah dalam sholatnya sebagaimana perkataan Beliau kepada
orang tersebut setelah menyuruhnya untuk melakukan sujud yang kedua. Kemudian
Beliau mengangkat kepalanya dan bertakbir. Beliau mengatakan kepadanya ”Kemudian
lakukanlah hal itu dalam setiap ruku dan sujud. Jika kamu melakukannya maka
sempurnalah sholatmu. Tapi jika kamu menguranginya sedikit saja dari hal itu
maka kamu telah mengurangi sholatmu.” (HR Ahmad dan Tirmidzi).
Duduk Istirahat kemudian berdiri ke
rokaat kedua
Setelah itu Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam duduk tegak.
Yaitu duduk diatas telapak kaki kirinya dengan tegak sampai setiap ruas tulang
punggungnya mapan. (Duduk sebentar di atas kaki kiri
seperti duduk iftirasy sebelum bangkit berdiri, sekadar selurus tulang
menempati tempatnya).
Kemudian Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bangkit ke rakaat kedua dengan
tangan bertumpu ke tanah. Demikian diriwayatkan Bukhari dan Syafi’i.
Setelah mengangkat kepala dari sujud
kedua, dan ingin bangkit ke rakaat yang kedua wajib takbir. Kadang-kadang sambil mengangkat
kedua tangannya.
Menurut riwayat Abu Ishaq dan Bihaqi Nabi Shallallahu Alaihi
wa Sallam bertumpu pada kedua tangannya jika berdiri ke rakaat berikutnya.
Rakaat Kedua
Kemudian bangkit raka’at kedua -ini
termasuk rukun- sambil menekan ke lantai dengan kedua tangan yang terkepal
seperti tukang tepung mengepal kedua tangannya.
Pada rokaat kedua ini, sama seperti
rokaat pertama (Melakukan pada raka’at yang kedua seperti apa yang dilakukan
pada rakaat pertama). Akan tetapi
tidak membaca pada raka’at yang kedua ini do’a iftitah.
Lalu ketika berdiri pada rakaat kedua, Beliau Shallallahu
Alaihi wa Sallam mengawali bacaan dengan alhamdulillah tanpa diam lebih dahulu.
Demikian menurut Muslim dan Abu Uwanah. Pada rakaat kedua ini Nabi Shallallahu
Alaihi wa Sallam melakukan seperti yang Beliau Shallallahu Alaihi wa
Sallam lakukan pada rakaat pertama, hanya saja bacaannya lebih pendek
(Memendekkan raka’at kedua dari raka’at yang pertama).
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam telah memerintahkan orang
yang sholatnya salah untuk membaca al-Faatihah pada setiap rakaat sebagaimana
sabda Beliau kepada orang tersebut setelah membaca al-Faatihah pada rakaat
pertama, ”Kemudian lakukanlah seperti itu pada seluruh sholatmu.” (HR
Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat lain disebutkan ”Pada setiap rakaat dalam
sholatmu.” (HR. Ahmad). Dalam riwayat lain Beliau Shallallahu Alaihi wa
Sallam bersabda ”Pada setiap rakaat ada bacaan (al-Faatihah).” (HR Ibnu
Majah dan Ibu Hibban).
Duduk
Tasyahud [AWAL]
Setelah selesai dari raka’at kedua
duduk untuk tasyahud, hukumnya wajib.
Yaitu, duduk seperti duduk iftirasy seperti diterangkan
pada duduk diantara dua sujud. Tapi
tidak boleh duduk iq’a di tempat ini.
Di dalam duduk ini dengan meletakkan
tangan kanan sampai siku di atas paha dan lutut kanan, tidak diletakkan jauh
darinya. Dan Membentangkan
tangan kiri di atas paha dan lutut kiri. Tidak
boleh duduk sambil bertumpu pada tangan, khususnya tangan yang kiri.
Menggerakan Telunjuk dan Memandangnya
Menggenggam jari-jari tangan kanan
seluruhnya (kecuali telunjuk), dan sewaktu-waktu meletakkan ibu jari di atas
jari tengah. Kadang-kadang
membuat lingkaran ibu jari dengan jari tengah.
Mengisyaratkan jari telunjuk ke qiblat, Dan melihat pada
telunjuk.
Kemudian
Menggerakkan telunjuk sambil berdo’a dari awal tasyahud
sampai akhir. Tidak boleh
mengisyaratkan dengan jari tangan kiri. Melakukan
semua ini di semua tasyahud.
Ucapan Tasyahud dan Doa Setelahnya
Tasyahud adalah wajib, jika lupa
harus sujud sahwi. Membaca
tasyahud dengan sir (tidak dikeraskan).
Dan lafadznya : “At-tahiyyaatu
lillah washalawaatu wat-thayyibat, assalamu ‘alan - nabiyyi warrahmatullahi
wabarakaatuh, assalaamu ‘alaiynaa wa’alaa ‘ibaadil-llahis-shaalihiin, asyhadu
alaa ilaaha illallah, asyhadu anna muhamaddan ‘abduhu warasuuluh”.
“Artinya : Segala penghormatan bagi
Allah, shalawat dan kebaikan serta keselamatan atas Nabi dan rahmat Allah serta
berkat-Nya. Keselamatan atas kita dan hamba-hamba Allah yang shalih. Aku
bersaksi bahwa tidak ada sembahan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad
hamba dan rasul-Nya”.
Sesudah itu bershalawat kepada Nabi
Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam dengan mengucapkan : “Allahumma shalli
‘alaa muhammad, wa ‘alaa ali muhammad, kamaa shallaiyta ‘alaa ibrahiima wa
‘alaa ali ibrahiima, innaka hamiidum majiid”.
“Allahumma baarik ‘alaa muhammaddiw
wa’alaa ali muhammadin kamaa baarikta ‘alaa ibraahiima wa ‘alaa ali ibraahiima,
innaka hamiidum majiid”.
“Artinya : Ya Allah berilah shalawat
atas Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau bershalawat kepada
Ibrahim dan keluarga Ibrahim sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Mulia.
Ya Allah berkahilah Muhammad dan
keluarga Muhammad sebagaimana Engkau memberkahi Ibrahim dan keluarga Ibrahim
sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Mulia”.
Dapat juga diringkas sebagai berikut
: “Allahumma shalli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa ali muhammad, wabaarik ‘alaa
muhammadiw wa’alaa ali muhammadin kamaa shallaiyta wabaarikta ‘alaa ibraahiim
wa’alaa ali ibraahiim, innaka hamiidum majiid”.
“Artinya : Ya Allah bershalawatlah
kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana engkau bershalawat dan memberkahi
Ibrahim dan keluarga Ibrahim sesungguhnya Engkau Terpuji dan Mulia”.
Kemudian memilih salah satu do’a
yang disebutkan dalam kitab dan sunnah yang paling disenangi lalu berdo’a
kepada Allah dengannya.
Rakaat
Ketiga dan Keempat
Kemudian takbir, dan hukumnya wajib.
Dan sunnah bertakbir dalam keadaan duduk. Kadang-kadang
mengangkat kedua tangan. Kemudian bangkit ke raka’at ketiga, ini adalah rukun
seperti sebelumnya. Seperti itu
pula yang dilakukan bila ingin bangkit ke raka’at yang ke empat. Akan tetapi sebelum bangkit berdiri,
duduk sebentar di atas kaki yang kiri (duduk iftirasy) sampai semua tulang
menempati tempatnya. Kemudian
berdiri sambil bertumpu pada kedua tangan sebagaimana yang dilakukan ketika
berdiri ke rakaat kedua. Kemudian
membaca pada raka’at ketiga dan keempat surat Al-Fatihah yang merupakan satu
kewajiban. Setelah membaca
Al-Fatihah, boleh sewaktu-waktu membaca bacaan ayat atau lebih dari satu ayat.
Sumber:
- Praktek sholat Nabi saw, Oleh: Syekh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
- Ringkasan Sifat Shalat Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, yang diterbitkan oleh Lembaga Ilmiah Masjid At-Taqwa Rawalumbu Bekasi Timur. Penerjemah : Amiruddin Abd. Djalil dan M.Dahri.
- Sifat sholat Nabi saw, Muhammad Nashiruddin al-Albani, Pustaka Media Hidayah dan Gema Risalah Press – Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar