I. PENGERTIAN SABAR
A. Menurut bahasa
A. Menurut bahasa
Asal kata sabar adalah al man’u (menahan) dan al Habsu
(Mencegah) jadi sabar adalah menahan jiwa dari cemas, lisan dari mengeluh, dan
organ tubuh dari menampar pipi, merobek-eobek baju, dan lain sebagainya. Allah
ta’ala berfirman:
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ … {28}
B. Menurut Ulama’ salaf
- Al Junaid bin Muhammad pernah ditanya tentang sabar, ia menjawab sabar ialah meneguk sesuatu yang pahit tanpa memberengut.
- Dzun Nun berkata: “Sabar ialah menjahui larangan, tenang ketika menenggak musibah, dan menampakkan dirinya kaya padahal dirinya miskin harta.
- Abu Utsman berkata: ”As shobar ialah orang yang membiasakan hal-hal yang tidak mengenakkan.”
- Ammar bin Utsman al makki berkata:”Sabar ialah tegar bersama Allah dan menghadapi ujian-Nya dengan lapang dada dan tenang. “
- Al Khowwas berkata:”Sabar ialah tegar terhadap hukum-hukum al Qur’an dan as sunnah.”
- Ruwaim berkata:”Sabar ialah meninggalkan keluh kesah”.
- Abu Ali berkata:” Sabar itu seperti namanya sendiri”.
- Ali bin Abi Tholib:”Sabar ialah seperti kendaraan yang tidak terperosok”.
- Abu Muhammad al Jariri berkata:” Sabar ialah tidak membedakan antara nikmat dan ujian disertai dengan ketentraman hati didalam menjalankan keduanya.”
- Ada yang mengatakan bahwa sabar adalah menghadapi musibah dengan akhlak yang baik”
- Ulama lain berkata:”Sabar adalah meminta pertolongan kepada Allah.”
- Ada yang mengatakan sabar adalah berada pada musibah
dengan penyikapan yang baik sebagaimana pada sehat dengan penyikapan yang
baik.
II. DALIL-DALIL TENTANG SABAR
A. Dari Al qur an
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ {200}
Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan
kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan
bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung. (QS. Ali Imran : 200)
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan
sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (QS. Al Baqoroh : 155)
Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertaqwalah kepada Rabbmu".Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan.Dan bumi Allah itu adalah luas.Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala tanpa batas. (QS. Az Zumar :10)
وَالَّذِينَ إِذَآ أَصَابَهُمُ الْبَغْىُ هُمْ يَنتَصِرُونَ {39}
Dan (bagi) orang-orang yang apabila
mereka diperlakukan dengan zalim mereka membela diri. (QS. As Syura’ : 39)
يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ إِنَّ اللهَ مَعَ الصَّابِرِينَ {153}
Hai orang-orang yang beriman
jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta
orang-orang yang sabar. (QS.
Al-Baqoroh :153)
B.
Dari as sunnah
عَنْ أَبِى مَالِكِ الْحَارِث بن عاصِم الأَشْعَرِى رضي الله عنه قَالَ ، قَالَ رسول الله صلى الله عليه و سلم : الطَّهُوْرُ شَطْرُ الإِيْمَانِ، وَ الْحَمْدُ للهِ تَمْلأُ الْمِيْزَانِ وَ سُبْحَانَ اللهُ وَ الْحَمْدُ للهِ تَمْلآنِ أَوْ تَمْلأ مَا بَيْنَ السَّمَوَاتِ وَ الأَرْضِ، وَ الصَّلاَةُ نُوْرٌ، وَ الصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ، وَ الصَّبْرُ ضِيَاءٌ، وَ الْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ، كُلُّ النَّاسِ يَغْدُوْ، فَبَائِعُ نَفْسَهُ فَمُعْتِقَهَا أَوْ مُوْبِقَهَا . رواه مسلم
Dari Abi Malik Al Haritsi bin Ashim Al ‘Asy’ari r.a. telah
berkata, bersabda Rosulullah saw:
Kebersihan itu sebagian dari iman,
Alhamdulillah memenuhi (memberatkan) timbangan, Subhanallah dan Alhamdulillah
keduanya memenuhi ruang yang ada di langit dan bumi. Shalat itu adalah nur,
shodaqoh itu adalah dalil dan sabar itu adalah cahaya serta Al Qur’an itu
hujjah (bukti) untuk membelamu atau menentangmu. Setiap manusia adalah bekerja,
maka ada yang menjual dirinya, untuk menyelamatkan dirinya atau
mencelakakannya. (HR. Muslim)
عَنْ أَبِى يَحْيَ صَحِيْبُ بْنُ سِنَانِ رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ كَانَ لَهُ خَيْرٌ وَ لَيْسَ ذَلِكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِمُؤْمِنٍ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرٌ لَهُمْ. (رواه مسلم )
عَنْ أَبِى يَحْيَ صَحِيْبُ بْنُ سِنَانِ رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ كَانَ لَهُ خَيْرٌ وَ لَيْسَ ذَلِكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِمُؤْمِنٍ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرٌ لَهُمْ. (رواه مسلم )
Dari Abu Yahya Syuhaib bin Sinan berkata, Rosulullah saw.
bersabda : “Menakjubkan keadaan orang yang beriman. Sesungguhnya semua
urusannya serba baik, hal itu tidak dimiliki seorangpun kecualil orang yang
beriman. Apabila mendapat kebaikan maka ia bersyukur dan itu baik baginya. Dan
jika ditimpa kesusahan ia sabar, maka ini baik pula baginya.” (HR. Muslim dan
Ahmad)
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِي اللَّهم عَنْهم إِنَّ نَاسًا مِنَ الْأَنْصَارِ سَأَلُوا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ …..وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنَ الصَّبْرِ *
Artinya: “Dari Abu Said Al Khudhri RA dari Nabi SAW bahwa
beliau bersabda: …Dan Tidaklah seseorang itu diberi suatu pemberian yang lebih
baik dan lebih luas dari pada kesabaran (HR Bukhori dan muslim)
الصَّبْرُ مِنَ الإِيْمَانِ بِمَنْزِلَةِ الرَّأْسِ مِنَ الْجَسَدِ
Artinya:”Perumpamaan kesabaran dari iman itu seperti
kedudukan kepala dari badan (HR. Ad Dailamy)
سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ
Artinya:”Dari Abu Hurairoh RA berkata:”Bersabda Rosulullah
SAW :” siapa yang dikehendaki oleh Allah suatu kebaikan maka ia akan diberi
musibah (HR. Bukhori)
أَنَّ عَائِشَةَ رَضِي اللَّهم عَنْهَا زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ مُصِيبَةٍ تُصِيبُ الْمُسْلِمَ إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا عَنْهُ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا
أَنَّ عَائِشَةَ رَضِي اللَّهم عَنْهَا زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ مُصِيبَةٍ تُصِيبُ الْمُسْلِمَ إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا عَنْهُ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا
Artinya:” Tidaklah ada musibah yang menimpa orang mukmin
melainkan Allah menghapus dosanya dengan musibah itu ternasuk pada duri yang
menusuknya (HR Bukhori dan Muslim)
C.
Perkataan ulama salaf
1. Imam Ahmad berkata, bahwa berkata kepada kami Waqi’ dan
Malik bin Maghul dari As Safari yang berkata: Bahwa Abu Bakar r.a. menderita
sakit, kemudian ia menjenguknya. Orang-orang berkata, kenapa kita tidak
memanggil dokter untukmu? Abu Bakar menjawab: Aku sudah dilihat oleh dokter.
Mereka berkata: Apa yang dilakukan dokter untukmu? Abu Bakar menjawab bahwa dia
mengatakan bahwa sesungguhnya aku pasti melakukan apa saja yang aku inginkan.
2. Umar RA berkata:
وَجَدْنَا خَيْرَ عَيْشِنَا بِالصَّبْرِ
“Kami mendapatkan
kebaikan hidup kami dengan bersabar.”
3. Umar juga berkata:
أَفْضَلُ الْعَيْشِ أَدْرَكْنَاهُ بِالصَّبْرِ, وَ لَوْ أَنَّ
الصَّبْرَ كَانَ مِنَ الرِّجَالِ كَانَ كَرِيْمًا
”Kehidupan yang terbaik kami dapatkan dengan sabar jika
sabar itu berasal dari seseorang, pasti ia tergolong orang dermawan.
4. Ali RA berkata: ”Ketahuilah bahwa posisi sabar bagi iman
adalah seerti posisi kepala bagi tubuh. Jika kepala terputus maka matilah
badan. Kemudian ia meinggikan suaranya:” Ketahuilah bahwa tidak beriman orang
yang tidak sabar.
5.
Al Hasan berkata:
الصَّبْرُ كَنْزٌ مِنْ كُنُوْزِ الْخَيْرِ لاَ يُعْطِيْهِ
اللهُ إِلاَّ لِعَبْدٍ كَرِيْمٍ عِنْدَهُ
”Sabar adalah salah satu kekayaan dari kekayaan yang baik.
Allah tidak memberikannya kecuali kepada hambaNya yang mulia disisi-Nya.
6. Umar bin Abdul Aziz berkata: Allah tidak memberikan suatu
kenikmatan kepada salah seorang hamba-Nya kemudian Dia mencabutnya dari orang
tersebut dan menggantinya dengan sabar maka penggantinya tersebut lebih baik
dari pada apa yang dicabut dari padanya”.
7. Al Hasan berkata: “Sabar adalah anugerah yang tidak
habis-habisnya.”
8. Maimun bin Mihron berkata: seseorang tidak mendapatkan
tanda kebaikan dan yang lebih kecil dari padanya kecuali dengan sabar
9. Sulaiman bin Al Qosim berkata: Setiap amal perbuatan maka
pahalanya bisa diketahui kecuali sabar karena Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya hanya orang yang sabar itu yang dicukupkan pahala mereka tanpa
batas.” (Az Zumar:10) Sabar itu seperti air yang mengalir deras.
10. Umar bin Khottob r.a. berkata: Seandainya sabar dan
syukur itu seperti dua ekor unta maka aku tidak peduli mana diantara keduanya
yang aku naiki.
11. Jika Muhammad bin Syubruman mendapatkan musibah ia
berkata: ”Musibah ini adalah awan musim panas kemudian ia lenyap.”
12. Salah seorang ulama meletakkan secarik kertas didalam
sakunya yang ia keluarkan dalam setiapa waktu untuk melihatnya dan didalamnya
tertulis :”Dan bersabarlah terhadap hukum Robmu, sesungguhnya kamu berada dalam
penglihatan kami. (At Thur : 48)
13. Ditanyakan kepada Al Ahnaf : Apakah murah hati itu, Al Ahnaf
menjawab, yaitu hendaknya anda sabar terhadap apa yang anda benci.
14. Imam Ahmad berkata Bahwa Abdus Shomad telah berkata
bahwa salam berkata kepada kami bahwa aku mendengar Qotadah berkata: bahwa
seseorang telah bertanya kepada Lukman: Apakah yang paling baik, Lukman
menjawab: Sabar yang tidak diikuti dengan mengganggu. Orang itu bertanya :
Siapakah manusia yang paling baik? yaitu orang yang ridlo terhadap apa yang
diberikan kepadanya. Orang tersebut bertanya siapakah manusia yang paling tahu?
Lukman menjawab: Yaitu orang yang menggabungkan ilmu manusia kepada ilmunya.
Orang tersebut bertanya: Manakah yang lebih baik antara kekayaan harta dengan
kekayaan ilmu? Lukman menjawab: Maha suci Allah sesungguhnya orang mukmin yang
mengetahui ialah orang yang jika ia mencari kebaikan pada dirinya maka ia
menjaga dirinya. Cukuplah bagi orang mukmin itu menahan dirinya.
15. Hasan bin Abu Jablah berkata: ”Barang siapa yang
menceritakan apa yang dialaminya maka ia tidak bersabar
16. Hasan bin Abu Jablah juga berkata mengenai firman Allah,
“Maka itu adalah sabar yang baik”. Kata Hasan yaitu sabar yang tidak ada
keluhan didalamnya
17. Al Hasan berkata: “Tidak ada dua teguk yang dicintai
Allah dari seteguk musibah yang menyakitkan yang disikapi pelakunya dengan
penyikapan yang baik dan sabar dan seteguk emosi yang dihadapi pelakunya dengan
sabar.”
POTRET KESABARAN ROSULULLAH SAW
1. Dari Abdillah bin Ja’far RA berkata, ketika Nabi SAW
berdakwah kepada seorang pemuda bangsa Quraisy setelah wafatnya Abu Tholib maka
orang itu melempar tanah kewajah Nabi SAW, sesampainya Nabi dirumah , salah
seorang putrinya datang untuk membersihkan wajah beliau sambil menangis. Nabi
menghibur putrinya, ”Hai putriku janganlah kau susah hati karena Allah selalu
melindungi ayahmu. Dulu waktu Abu Tholib masih hidup bangsa quraisy tidak
berani menggangguku, kini mereka berani.
2. Dari Urwah bin Zubair RA berkata, Aku bertanya kepada
Ibnu ‘Ash : Apakah yang diperbuat kaum Quraisy terhadap Nabi yang paling keras?
”Pernah pada suatu hari Nabi sedang melakukan sholat didekat ka’bah tiba-tiba
datanglah Uqbah bin Abi Mu’aid dengan sebuah kain dan langsung diikat kepada
leher Nabi SAW sehingga beliau hampir tercekik atas perbuatan Uqbah itu. Disaat
itu tiba-tiba datanglah Abu Bakar As Siddiq RA dengan menarik pundak Uqbah dan
melepaskan Nabi dari cekikannya seraya berkata: ”Apakah kamu akan membunuh
seorang yang berkata: ”Rob ku adalah Allah, padahal dia telah datang dengan
membawa satu bukti? Jawab Ibnu Ash.
3. Dari Mumbitul Azdi berkata” Aku lihat Rosulullah SAW
dimasa jahiliyah ketika beliau berkata kepada orang quraisy, “Hai kaumku
katakanlah bahwa tidak ada Ilah selain Allah agar kamu selamat” Disaat itu ada
yang meludahi wajah beliau, sebagian lagi ada yang melemparkan tanah diatas
kepalanya, bahkan ada lagi yang memakinya sampai tengah hari. Kemudian ada
seorang wanita yang membawa kendi air kepada beliau lalu membasuh muka dan
kedua tangannya sambil berkata kepada wanita itu, “Wahai putriku janganlah
merasa khawatir atas diriku dari pembunuhan atau penghinaan” Ketika aku
tanyakan siapakah wanita itu, mereka menjawab: ”Wanita itu adalah putri beliau
sendiri yaitu Zainab, seorang putri yang cantik.”
4. Dari Amru Bin Ash RA berkata: Tidak pernah kusaksikan
quraisy membunuh Nabi SAW kecuali pada suatu hari yang telah direncanakan yaitu
diwaktu Nabi sedang sholat di dekat ka’bah, tiba-tida Uqbah bin Mu’ith datang
mencekik Nabi dengan selendangnya kemudian kain itu ditariknya dengan keras
sehingga Nabi itu terjatuh dan orang-orang disekitarnya menjerit karena dikira
beliau pasti terbunuh. Disaat itu tiba-tiba datanglah Abu Bakar menarik Uqbah
dari belakang untuk melepas Nabi sambil berkata: Apakah kamu akan membunuh
seseorang yang berkata Robku adalah Allah. Kemudian orang quraisy yang
berkumpul itu menyingkir dan Nabi meneruskan sholatnya. Setelah selesai sholat
beliau lewat ditempat orang quraisy yang sedang kumpul sambil berseru.” Hai
orang quraisy, Demi Allah semoga Allah menurunkan adzab-Nya atas kamu semua”
Sambil mengisyaratkan tangannya pada leher beliau. Disaat itu Abu Jahal berkata
aku tidak bodoh. Beliau menjawab,” Engkau adalah salah seorang yang akan
terbunuh”. (HR. Ibnu Abi Syaibah)
Do’a Nabi itu dikabulkan oleh Allah pada perang Badar,
dimana kaum musyrikin diadzab dengan pedih dan terbunuhnya gembong musyrikin
Abu Jahal
5. Urwah Bin Zubair berkata:”Aisyah pernah bertanya kepada
Nabi SAW adalah kesusahan yang lebih berat dari hari Uhud ? Nabi menjawab,
perlakuan kaummu pada waktu aqobah adalah hari yang paling susah sekali bagiku,
yaitu ketika aku mengajak kaummu masuk Islam, aku ditentang oleh Ibnu
Abdiyalail bin Abdi Kalal, sehingga aku pulang dalam keadaan lemah dan pingsan.
Ketika aku berada di Tsalaib aku lihat langit tengah berawan dan aku lihat
malaikat datang kepadaku untuk menghiburku dan berkata : Allah telah mendengar
segala ucapan kaummu dan Allah mengutus malaikat penjaga gunung berseru
kepadaku “Hai Muhammad apakah kamu inginkan aku timpakan kedua gunung ini
kepada mereka, Nabi menjawab “tidak” Aku harap semoga akan keluar dari anak
cucu mereka orang-orang yang beribadah kepada Allah dan tidak
mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.
POTRET KESABARAN PARA SALAF
1.
Kesabaran Amar bin Yasir
Dari Jabir RA Bahwasanya Rosulullah pada suatu hari melewati
Amar dan keluarganya dan mereka sedang disiksa maka beliau bersabda :
Bergembiralah kamu wahai keluarga Yasir sesungguhnya Jannah telah dijanjikan
kepada kalian (HR Thobroni, Al Hakim dan Baihaqi)
2. Kesabaran Bilal bin Robah
Ahmad bin Ibnu Majah meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud
berkata”Yang pertama menganut Islam sebanyak tujuh orang yaitu: Rosulullah, Abu
Bakar, Amar, berserta Ibunya sumaiyyah, Suhaib, Bilal dan Miqdad bin Aswad
Rosulullah terlindung dengan pamannya sedang Abu Bakar r.a. terlindung dengan
kaumnya sedang yang lainnya semuanya ditimpa siksaan dengan besi dan dijemur
diterik matahari sehingga tak seorangpun dari mereka kecuali terpaksa menerima
kehendak kaumnya quraisy kecuali Bilal bin Robbah yang tabah sekali. Bilal
sangat tabah sekali menghadapi penyiksaan kaumnya, dimana kaumnya menyiksanya
dan diseret oleh anak-anak kecil keliling kota Makkah dan beliau hanya berkata
Ahad, Ahad, Ahad.
Abu Nuaim meriwayatkan dari Hisyam bin Urwah berkata: Pernah
pada suatu hari ketika Bilal disiksa, Waroqoh bin Naufal berkata ” Ahad, Ahad,
Ahad kemudian Waroqoh berkata kepada Bilal “Apakah kamu berkata Ahad, Ahad,
Ahad wahai Bilal lalu Waroqoh menemui majikannya Umaiyyah bin Kholaf karena
dialah yang menyiksa bilal dan berkata kepadanya demi Allah kalau sampai Bilal
terbunuh pasti akan kupuja kuburnya. Bilal terus disiksa dan pada suatu hari
Abu Bakar r.a. lewat kemudian berkata kepada Umaiyyah, “Tidakkah kamu takut
kepada Allah atas perbuatanmu itu pada hamba yang sangat miskin ini dan sampai
kapankah kamu akan melepaskan orang ini? Umaiyyah menjawab, ”Kamu sendiri yang
telah merusak akidahnya, karena itu selamatkanlah ia dengan sekehendakmu “Abu
Bakar menjawab “Aku punya hamba lebih hitam, lebih kuat dan seaqidah denganmu
karena itu akan aku tukarkan dengannya. Usul Abu Bakar disetujui Umayyah lalu
ditukarnya.
3. Kesabaran Khobab bin Arts
Ibnu Sa’ad meriwayatkan dari sa’by :”ketika Khobab masuk
majlis Umar bin Kottob, maka Umar mendudukkan beliau ditempatnya sambil
berkata, “Tidak seorangpun dimajlis ini yang berhak menduduki tempat ini selain
dari seorang lagi”. “Siapakah orang itu ? Tanya Khobab. “Orang itu adalah
Bilal. Jawab Umar. Khobab berkata “Bilal tidak lebih berhak dari padaku, karena
Bilal waktu disiksa oleh kaum musyrikin, masih ada dari mereka yang menolongnya,
sedang aku tidak seorangpun yang menolongku, wahai Umar tidaklah kamu pernah
melihatku ketika aku disiksa dengan api sambil diinjak-injak diatas tanah
sehingga hanya punggungku saja yang merasa dinginnya tanah”. Kemudian dia
membukakan punggungnya bekas terbakar. Dan pada suatu hari Umar bertanya kepada
Bilal tentang perlakuan orang quraisy, dan ketika itu Khobab berkata kepada
Umar:’Ya Amirul mukminin lihatlah punggungku ! ”Sambil membuka punggungnya.
Umar berkata,” Demi Allah aku tidak pernah menyaksikannya kecuali hanya
sekarang”. Khobab berkata: ”Mereka menyiksaku dengan api, dan api itu tidak
terpadamkan kecuali dari cairan dari punggungku”.
4. Abu Dzar Al Ghiffari
Abu Dzar Al Ghiffari, setelah mendengar kenabian Nabi
Muhammad mengutus saudaranya ke Makkah
untuk mencari informasi. Setelah saudaranya kembali ia melaporkan kepada Abu
Dzar. Saudaranya berkata: ”Aku lihat orang itu mengajak kepada perbuatan baik
dan membaca satu kalimat yang tidak serupa dengan syair”. Abu Dzar
berkata,’Belum cukup apa yang aku minta”. Kemudian ia membawa bekal secukupnya
dan air minum lalu ia pergi sendiri ke kota Makkah. Sesampainya di Makkah ia
langsung mencari Nabi tetapi tidak bertemu, dan ia tidak menanyakan kepada
siapapun selama tiga malam ia tidur didalam masjid. Maka pada malam ketiga Ali
bertanya kepadanya: ”Maukah kamu memberitahukan kepadaku apa sebabnya kamu
datang kemari? Abu Dzar menjawab,” Kalau kamu mau berjanji untuk menunjukkan
aku, pasti aku kabarkan”. Setelah Ali berjanji, maka Abu Dzar menceritakan
maksudnya. Ali berkata,”Benar, beliau adalah utusan Allah, besok pagi ikutilah
aku akan aku tunjukkan tempatnya jangan sampai diketahui orang”. Esok harinya
Abu Dzar berjalan bersama Ali menuju ketempat Nabi, ia mendengarkan ajakan
beliau, kemudian masuk Islam. Nabi bersabda:”Sekarang kembalilah ke kampungmu
dan ajarkanlah Islam kepada mereka sampai aku utus seseorang kepadamu”. Abu
Dzar berkata,”KeIslamanku ini akan aku syiarkan kepada orang Quraisy, “Aku
bersaksi bahwa tiada Ilah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah,” Waktu
kaum quraisy mendengar dua kalimat syahadat, mereka memukuli Abu Dzar sampai
roboh. Ketika Abbas datang langsung membangunkan Abu Dzar dan mencegah kaum
quraisy, ia berkata”Apakah kamu tidak tahu bahwa orang itu dari Ghifar dan
kafilah dagangmu melalui kotanya, karena itu jauhkanlah perbuatanmu”.
Keesokan harinya Abu Dzar mengulangi perbuatannya kembali,
dan orang quraiys memukulinya kembali. Dan ketika Abbas melihat kejadian itu
beliau menolongnya lagi.
5. Mus’ab bin Umair
Mus’ab bin Umair pada zaman jahiliyah tergolong sebagai
pemuda yang paling tampan di kota Makkah. Kedua orang tuanya sangat cinta
kepadanya, dan ibunya tergolong orang yang paling kaya dan selalu memberikan
pakaian yang paling bagus. Ia seorang yang paling harum baunya di kota Makkah
dan selalu mamakai sandal kasut dari Hadhral Maut. Nabi pernah menceritakan
keadaan Mus’ab bin Umair di masa mudanya. Mus’ab bin Umair adalah orang yang
paling tampan di kota Makkah, tidak ada yang paling bagus pakaian dan tidak ada
yang lebih nikmat kehidupannya dari pada Mus’ab bin Umair.
Ketika mendengar kenabian Muhammad ia pergi kerumah Arqom
bin Abil Arqom untuk menyatakan keislamannya kepada beliau. Setelah itu
menyembunyikan keislamannya takut diketahui ibu dan kaumnya, sementara ia tetap
pergi kerumah Arqom secara rahasia. Pada suatu hari ada yang memberitahukan
kepada ibunya bahwa Mus’ab dilihatnya melakukan sholat, karenanya Mus’ab
dipenjarakan oleh ibunya dan kaumnya dan tidak dilepaskan dari penjara sampai
ia berhijrah ke Habasyah. Wajahnya telah berubah karena susah,sehingga ibunya
berhenti untuk menyiksanya Hari-harinya dilalui penuh dengan kemiskinan dan
penderitaan Ibunya mogok makan karena Mus’ab tidak mau kembali pada agama nenek
moyang sehingga ibunya mati, Mus’ab tetap teguh dalam prinsip dan pendiriannya
bagaikan karang ditengah lautan. Hingga akhir hidupnya ia hidup melarat dan
miskin demi cinta kepada Allah dan rasul-Nya.
Pada suatu hari ketika disuguhkan makanan untuk berbuka
puasa dihadapan Abdurrohman bin Auf, sewaktu pandangannya tertuju pada makanan
itu ia menangis sambil mengeluh,”Mus’ab bin Umair telah gugur sebagai syuhada’
sedang ia adalah seorang yang jauh lebih baik dari padaku. Ia hanya mendapat
kain kafan sehelai burdah, jika ditutup kedua kakinya maka tampaklah
kepalanya.”
Rosulullah bersabda :
“Ketika di Makkah
dahulu tidak ada seorangpun kulihat yang lebih halus pakaiannya dan lebih rapi
rambutnya dari pada kamu. Tapi sekarang rambutmu hanya dibalut dengan sehelai
Burdah. Dahulu aku lihat Mus’ab ini tidak ada yang mengimbangi dalam memperoleh
kesenangan dari orang tuanya kemudian ditinggalkannya semua itu demi cintanya
kepada Allah dan rasulNya.
MACAM-MACAM SABAR
Telah
diriwayatkan dari Nabi SAW bahwa: belaiau bersabda:
“ Sabar itu ada tiga
macam: Sabar dalam menghadapi maksiyat, sabar untuk taat dan sabar untuk
menghadapi musibah hingga dia dapat menolak musibah itu dengan menganggap baik
kedukaannya, maka Allah menetapkannya baginya tiga ratus derajat yang jarak
amtara satu derjat dengan yang lainnya seperti jarak antara langit dan bumi.
Barang siapa sabar untuk taat ditetapkan baginya enam ratus derajat yang jarak
antara satu dengan yang lain seperti derajat antara batas bumi hingga keujung
arsy. Barang siapa yang sabar dalam menghadapi kedurhakaan , Allah menetapkan
sembilan ratus derajat kepadanya yang jarak antara satu dengan yang lainnya
seperti jarak antara batas bumi hingga keujung arsy.” (HR Ibnu Abi Dunya dan
Abu Syaikh)
A. Sabar dalam menghadapi kemaksiyatan
A. Sabar dalam menghadapi kemaksiyatan
Kiat
bersabar dari maksiyat
1. Pengetahuan seorang hamba terhadap keburukan maksiyat dan
kehinaannya. Sesungguhnya Allah SWT melarangnya mengerjakan maksiyat, karena
ingin melindunginya dan menjauhkannya dari kehinaan, sebagaimana perlindungan
seorang ayah yang penyayang terhadap anaknya dari apa saja yang membuat anaknya
menderita. Fakta inilah yang membuat orang yang berakal meninggalkan maksiyat,
kendati maksiyat itu tidak didapatkan dengan ancaman siksa.
2.
Malu
kepada Allah SWT. Jika seorang hamba mengetahui penglihatan Allah ta’ala
kepadanya, posisinya diatasnya, dilihatnya, ditanganNya dan bahwa Allah ta’ala
pemalu, pasti hamba tersebut merasa malu jika ia melaksanakan perbuatan yang
mengantarkannya kepada murka-Nya.
3.
Ingat akan
nikmat Allah ta’ala yang diberikan kepada anda dan kebaikanNya kepada anda.
Dosa dan maksiyat itu menghilangkan nikmat ini adalah sebuah kepastian. Ketika
hamba melaksanakan dosa, maka salah satu nikmat Allah ta’ala hilang dari dalam
dirinya dan itu tergantung kepada besar kecil dosa yang yang ia lakukan. Jika
ia bertaubat dan kembali kepada Allah maka nikmat terasa kembali kepadanya
sebaliknya jika ia bertahan pada dosanya, maka nikmat tersebut tidak kembali
kepadanya. Dosa dosanya menghapus nikmat demi nikmat hingga semua nikmat
hilang, maksiyat membakar nikmat sebagaiman api membakar kayu.
4.
Ketakutan
seorang hamba akan siksa Allah. Ini terealisir jika ia membenarkan janji-Nya,
kitab-kitabNya, dan rasul-rasulNya. Takut kepada Allah ta’ala menguat dengan
ilmu dan keyakinan dan melemah seiring dengan melemahnya ilmu dan keyakinan.
“Sesungguhnya yang taat kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya hanyalah Ulama’”
(Fatir : 28). Salah seorang salaf berkata: “Ketakutan kepada Allah itu
sudah cukup untuk dijadikan ilmu dan terpedaya dari Allah adalah kebodohan.
5.
Cinta
kepada Allah ta’ala. Inilah sebab terkuat hingga membuat orang yang sabar tidak
menentang Allah dan tidak bermaksiyat kepadaNya. Sesorang taat kepada siapa
yang dicintainya, Semakin kuat dominasi cinta didalam hatinya, maka tuntutan
taat kepada kekasihnya dan tidak melawannya semakin kuat. Maksiyat dan
penentangan yang dilakukan oleh seseorang itu bersumber dari cintanya yang
lemah dan melemahnya dominasi cinta di dalam hatinya. Ada perbedaan yang
mendasar antara orang yang tidak bermaksiyat kepada tuannya karena didasari
rasa takut akam hukuman cambuk dari tuannya dengan orang yang meningalkan
maksiyat karena didasari rasa cinta kepada tuannya
6.
Kemulyaan
jiwa seseorang, kesuciannya dan keutamaannya membuat orang tersebut tidak
mengambil sebab-sebab yang menjuruskannya, menghilangkan harga dirinya,
merendahkan statusnya, menghinakannya, dan menyamakannya dengan orang-orang
yang hina dina
7.
Pengetahuan
yang kuat dari seseorang akan hasil buruk yang diakibatkan karena maksiyat, pengaruh
negatifnya dan kerusakan yang ditimbulkannya seperti wajah menjadi hitam, hati
menjadi gelap, dada terasa sesak galau sedih, sakit, terkekang, keguncangan
jiwa, perpecahan, ketidakmampuannya melawan musuhnya, penelenjangan dirinya
dari perhiasan yang semestinya (pakaian takwa), keruwetan, kekerasan, dan
kebingungan dalam semua urusan, ditinggalkannya perlindunganya dan penolongnya,
dikendalikan musuhnya yang paling nyata, ilmu yang tadinya disiapkan untuknya
menjadi tersembunyi darinya ia lupa akan semua yang pernah didapatkannya atau
tidak begitu hafal, sakit yang membawanya kepada kematiam dan itu bukan hal
yang mustahil karena pada hakekatnya maksiyat itu mematikan hati, orang
terhormat berubah menjadi orang hina, kalau ia sebelumnya adalah pernguasa yang
disegani lawan-lawannya maka ia berubah menjadi tawanan digenggaman tangan
lawan-lawannya, kewibawaan berkurang hingga seorang pengusasa tidak memiliki
kekuatan untuk mengendalikan rakyatnya atau bangsa lain hingga tidak ada satu
pun dari rakyatnya yang mematuhi perintahnya. Keamanan berubah menjadi
ketakutan karena orang yang paling penakut ialah orang yang paling banyak
kesalahannya, jinak berubah menjadi jalang dan semakin banyak kesalahannya.
Maka kejalangannya semakin meningkat pula, ridlo berubah menjadi murka hidup
tenteram dengan Allah ta’ala dan berlindung disamping-Nya berubah menjadi
terusir dan jauh dariNya dan terjerumus kedalam sumur penyesalan.
8.
Keinginan
yang pendek dan pengetahuan seorang hamba bahwa dalam waktu cepat ia akan
meninggalkan dunia. Ia seperti musafir yang masuk kesalah satu perkampungan
yang sebentar lagi ia akan keluar darinya. Atau seperti pengembara yang
bernaung dibawah pohon kemudian meninggalkannya untuk meneruskan perjalanan.
Karena pengetahuannya akan keberadaannya yang cuma sebentar di dunia dan tidak
lama lagi ia akan meninggalkan dunia. Maka ia serius meninggalkan apa saja yang
memberatkan bawaannya, membahayakannya dan tidak membawa manfaat baginya. Tidak
ada yang bermanfaat bagi seorang hamba selain cita-cita yang pendek dan tidak
ada yang membahanyakan baginya selain menunda-nunda pekerjaan dan cita-cita
yang panjang.
9.
Menjauhkan
diri dari berlebih-lebihan didalam makanan, minuman, pakaian, tidur dan
berkumpul dengan manusia, karena dorongan untuk bermaksiyat muncul dari hal-hal
yang ada diatas. Semua hal-hal yang ada diatas membutuhkan alokasi dan yang
cukup besar jika ia tidak mendapatkanya dari usaha yang halal, maka ia
mencarinya dari usaha yang haram. Diantara hal-hal lain yang membahayakan
seorang hamba adalah menganggur dan kesepian.
Sesungguhnya jiwa itu tidak pernah kosong jika tidak sibuk dengan apa yang bermanfaat baginya maka ia sibuk dengan apa yang merugikannya.
10. Yang merupakan kesimpulan faktor-faktor diatas adalah
kekokohan pohon iman didalam hati seorang hamba. Kesabaran seorang hamba dari
maksiyat adalah karena imannya yang tangguh jika keimanannya menguat, maka
menguat pula kesabarannya. Sebaliknya manakala keimanannya melemah, maka
melemah pula kesabarannya. Barang siapa mengelola hatinya dengan melaksanakan
perintah Allah ta’ala, mengharamkan apa yang diharamkan-Nya benci terhadap
hal-hal yang haram serta mengisi hatinya dengan keimanan kepada adanya pahala,
siksa, Jannah dan Nar, maka pantang baginya tidak memperhatikan hal ini. Barang
siapa menduga bahwa sabar dari maksiyat bisa kuat tanpa iman yang tangguh, maka
itu salah besar. Jika pelita iman menguat di dalam hati, dan menyinari semua
penjuru hatinya, maka cahaya tersebut telah menyebar ke seluruh organ tubuh
lalu organ tubuh itu segera menyambut seruan iman dan tunduk kepadanya, serta
tidak merasa berat di hati. Ia berbahagia dengan seruan iman ketika seruan iman
memanggilnya. Sebagaimana seorang muhib (pecinta) berbahagia dengan undangan
kekasihnya untuk datang kerumah kemuliaannya, dalam setiap waktu, ia selalu
menanti undangan kekasihnya dan siap memenuhi undangannya. Allah ta’ala
mengkhususkan pahalanya kepada siapa yang dikehendakinya. Sesungguhnya Allah
mempunyai karunia yang sangat banyak.
B. Sabar di dalam ketaatan
Bisa terjadi dengan mengetahui aspek-aspek yang telah
disebutkan sebelumnya ditambah dengan mengetahui pengaruh-pengaruh positif yang
dihasilkan keta’atan (Ibadah). Diantara aspek-aspek yang paling kuat yang
membuat orang bersabar terhadap ketaatan ialah iman dan cinta. Jika dorongan
iman dan cinta ini kuat didalam hati menguat pula dorongan untuk taat.
Dalam hal ini, ada permasalahan yang dibincangkan oleh banyak orang, manakah yang lebih baik diantara sabar dari maksiyat dengan sabar dalam ketaatan?
Sekelompok ulama memilih pendapat pertama dengan berkata
bahwa sabar dari maksiyat adalah salah satu ciri dari orang-orang yang jujur
seperti yang dikatakan oleh salah seorang generasi salaf:
“Perbuatan baik bisa
dikerjakan oleh orang yang baik-baik dan orang yang jahat dan tidak ada yang
sanggup meninggalkan maksiyat kecuali orang yang jujur. Kata mereka karena
motif maksiyat lebih kuat dari pada motif taat, maka tidak heran kalau motif
maksiyat lebih disenangi jiwa. Sedangkan motif yang mengajak orang untuk tidak
taat adalah malas, nganggur. Jadi tidak disangsikan bahwa motif maksiyat itu
lebih kuat dari pada motif taat.
Kata mereka lagi, sesungguhnya dalam maksiyat terkumpul dorongan jiwa, hawa nafsu, syetan, dunia, sahabat-sahabat, tuntutan menyerupai mereka dan meniru mereka, serta kecenderungan watak. Kesemuanya dorongan di atas menyeret orang kedalam maksiyat dan menghendaki dampak negatifnya. Maka bagaimana jika semua dorongan diatas bertemu dan menyerang hati seseorang ? adakah kesabaran yang lebih kuat dari kesabaran dari memenuhi ajakannya? Seandainya Allah tidak membuatnya bersabar pasti ia tidak bisa bersabar terhadap semua dorongan tersebut!!
Ada lagi kelompok lain yang mengatakan bahwa sabar terhadap
ketaatan itu lebih dari pada sabar dari maksiyat. Mereka berkata, Bahwa
mengerjakan perintah itu lebih utama dari pada meninggalkan larangan disamping
dua puluh hujjah yang lain, tidak disangsikan, bahwa mengerjakan perintah itu
terealisir jika didorong dengan kesabaran terhadapnya. Maka jika mengerjakannya
saja lebih utama, maka bersabar terhadapnya juga lebih baik. Ringkasnya bahwa
sabar dari maksiyat berbeda dengan sabar terhadap ketaatan dan itu tergantung
terhadap ketaatan dan kemaksiyatan itu sendiri. Sabar terhadap ketaatan yang
besar lebih baik dari pada sabar dari maksiyat yang kecil dan sabar dari
maksiyat yang besar lebih baik dari pada sabar dari ketaatan yang kecil.
Kesabaran seorang hamba terhadap jihad misalnya ini lebih utama dan lebih agung
dari kesabarannya dari dosa-dosa kecil dan kesabarannya dari dosa-dosa besar
dan perbuatan keji itu lebih agung dari pada kesabarannya terhadap sholat
shubuh, shiyam sunnah dan sebagainya. Wallahu a’lam.
C. Sabar terhadap cobaan
Sabar terhadap cobaan terjadi karena beberapa
aspek, diantaranya:
- Mengetahui imbalan cobaan dan pahalanya
- Pengetahuan seorang hamba bahwa cobaan itu menghapus kesalahan kesalahannya
- Pengetahuan seorang hamba akan takdir yang telah ditentukan untuknya
- Pengetahuan seorang hamba terhadap Allah ta’ala atas dirinya dalam cobaan
- Pengetahuan seorang hamba bahwa cobaan adalah karena
dosa yang telah dilakukannya.
Ali RA berkata: Musibah tidaklah datang kecuali karena dosa-dosa, ia tidak ter angkat kecuali dengan taubat - Pengetahuan seorang hamba bahwa Allah ta’ala telah meridloi cobaan tersebut mengenai dirinya dan memilihnya untuknya.
- Pengetahuan seorang hamba bahwa cobaan adalah obat mujarab yang diberikan dokter yang maha tahu akan kemaslahatan dirinya
- Pengetahuan seorang hamba bahwa dibalik obat tersebut terdapat kesembuhan, kesehatan dan hilangnya rasa sakit
- Pengetahuan seorang hamba bahwa cobaan tidak datang untuk membinasakan dirinya dan membunuhnya, justru cobaan datang padanya untuk menguji sejauh mana kesabarannya sehingga persoalan menjadi jelas, apakah ia layak dijadikan wali-Nya dan masuk kedalam partai-Nya atau tidak ?
- Sesungguhnya Allah mendidik hambaNya dalam keadaan suka
dan duka nikmat dan ujian untuk memunculkan ubudiyah dari hamba tersebut
dalam semua kondisi.
ADAB
SABAR
Adab-adab kesabaran harus dipakai pada awal terjadinya
keguncangan.
Berdasarkan sabda Nabi SAW : “Sabar itu pada guncangan yang pertama” (HR Bukhori dan Muslim).
Berdasarkan sabda Nabi SAW : “Sabar itu pada guncangan yang pertama” (HR Bukhori dan Muslim).
Diantara adab sabar ialah :
1.
Al Istirja’ saat ditimpa musibah
yaitu mengucapkan
إنَّا للهِ وَ إِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ
“Sesungguhnya kita
milik Allah dan sungguh kepada-Nyalah kita akan kembali”
berdasarkan firman Allah SWT : ”Dan berilah kabar gembira pada orang-orang yang sabar yaitu apabila ditimpa suatu musibah mereka mengucapkan “inna lillahi wainna ilahi rojiun” (QS Al Baqoroh 155-159)
berdasarkan firman Allah SWT : ”Dan berilah kabar gembira pada orang-orang yang sabar yaitu apabila ditimpa suatu musibah mereka mengucapkan “inna lillahi wainna ilahi rojiun” (QS Al Baqoroh 155-159)
2.
Menegangkan anggota tubuh dan lidah
serta boleh menangis. Sebagian orang bijak berkata:”Hati yang terguncang tidak
bisa mengembalikan apa yang sudah lepas dari tangan tapi ringankanlah rasa kecewa”
3.
Tidak menampakkan pengaruh musibah
terhadap orang yang terkena musibah. Seperti yang dilakukan oleh Ummu Sulaim,
istri Abi tholhah tatkala anak mereka meninggal dunia.
Tsabit Al Banani berkata: Abdullah bin Muttorrif meninggal
dunia lalu ayahnya keluar rumah menemui kaumnya sambil mengenakan pakaian yang
bagus dan mentereng. Mereka merasa marah melihat perbuatannya ini. Mereka
berkata: ”Abdullah meninggal dunia tapi engkau justru keluar rumah dengan
mengenakan pakaian sebagus itu. Mutorrif berkata: ”Apakah aku harus merana
karena kematiannya? Robku telah menjanjikan kepadaku tiga perkara yang setiap
perkara lebih kusukai dari pada dunia seisinya. Allah berfirman :”Yaitu
orang-orang yang ditimpa mereka mengucapkan inna lillahi wainna ilaihi rojiun”
mereka itulah yang mendapat barokah yang sempurna dan rohmat dari Robnya dan
mereka itulah orang-orang yang mendapatkan petunjuk (QS Al Baqoroh:156-157)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar