26 Februari 2014

Aisyah Binti Abu Bakar Radhiallohu`anha



Rosululloh Shollallohualaihi wassalam membuka lembaran kehidupan rumah tangganya dengan Aisyah  yang telah banyak dikenal. Aisyah laksana lautan luas dalam kedalaman ilmu dan takwa. Di kalangan wanita dialah sosok yang banyak menghafal hadits-hadits Nabi dan di antara istri-istri Nabi. Dia memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki istri Nabi yang lain Rodhiyallohu anha’.

Ayahnya adalah sahabat dekat Rosululloh yang menemani beliau hijrah, Abu Bakar As-Shiddiq rodhiyallohu anhu, Orang pertama yang mempercayai Rosululloh ketika terjadi Isra’ Mi’raj saat orang-orang tidak mempercayainya.

Menikahnya Rosululloh dengan Aisyah Rodhiyallohu anha’ adalah sebagai perintah wahyu dari Alloh Subhanahu wa Ta'ala. Malaikat turun kepada beliau seraya membawa gambar Aisyah Rodhiyallohu anha’ pada selembar sutera lalu dikatakan pada beliau bahwa Aisyah Rodhiyallohu anha’ adalah istrinya di dunia dan akhirat.

Aisyah Rodhiyallohu anha’ tinggal di kamar yang berdampingan dengan Masjid Nabawi. Di kamar itulah wahyu banyak turun sehingga kamar itu disebut juga sebagai tempat turunnya wahyu. Di hati Rosululloh kedudukan Aisyah Rodhiyallohu anha’ sangat istimewa dan itu tidak dialami oleh istri-istri beliau yang lain. Hal ini menimbulkan kecemburuan di antara istri-istri beliau. Sekalipun perasaan cemburu istri-istri Rosululloh terhadap Aisyah Rodhiyallohu anha’ sangat besar. Mereka tetap menghargai kedudukan Aisyah Rodhiyallohu anha’ yang sangat terhormat.

Aisyah Rodhiyallohu anha’ pernah mengalami fitnah yang mengotori lembaran sejarah kehidupan sucinya, hingga turun ayat Al-Qur’an yang menerangkan kesucian dirinya.

Tuduhan yang mengarah kepada Aisyah Rodhiyallohu anha’ dilancarkan oleh Abdullah bin Ubay bin Salul. Ketika tuduhan itu sampai ke telinga Nabi, beliau mengumpulkan para sahabat dan meminta pendapat mereka. Usamah bin Zaid berkata, “Ya Rosululloh, dia adalah keluargamu, yang kau ketahui hanyalah kebaikan semata“.

Aisyah Rodhiyallohu anha’ sangat mengharapkan Alloh menurunkan wahyu berkaitan dengan masalahnya, namun wahyu itu tidak kunjung turun. Baru setelah beberapa saat sebelum seorang pun meninggalkan rumah Rosululloh, wahyu yang menerangkan kesucian Aisyah Rodhiyallohu anha’ pun turun kepada beliau. Rosululloh segera menemui Aisyah Rodhiyallohu anha’ dan berkata, “Hai Aisyah, Alloh telah menyucikanmu dengan firman-Nya

إِنَّ الَّذِينَ جَاءُوا بِالإفْكِ عُصْبَةٌ مِنْكُمْ لا تَحْسَبُوهُ شَرًّا لَكُمْ بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَكُمْ لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ مَا اكْتَسَبَ مِنَ الإثْمِ وَالَّذِي تَوَلَّى كِبْرَهُ مِنْهُمْ لَهُ عَذَابٌ عَظِيمٌ (١١)
11. Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat Balasan dari dosa yang dikerjakannya. dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar[1031].

[1031] Berita bohong ini mengenai istri Rasulullah s.a.w. 'Aisyah r.a. Ummul Mu'minin, sehabis perang dengan Bani Mushtaliq bulan Sya'ban 5 H. Perperangan ini diikuti oleh kaum munafik, dan turut pula 'Aisyah dengan Nabi berdasarkan undian yang diadakan antara istri-istri beliau. dalam perjalanan mereka kembali dari peperangan, mereka berhenti pada suatu tempat. 'Aisyah keluar dari sekedupnya untuk suatu keperluan, kemudian kembali. tiba-tiba Dia merasa kalungnya hilang, lalu Dia pergi lagi mencarinya. Sementara itu, rombongan berangkat dengan persangkaan bahwa 'Aisyah masih ada dalam sekedup. setelah 'Aisyah mengetahui, sekedupnya sudah berangkat Dia duduk di tempatnya dan mengaharapkan sekedup itu akan kembali menjemputnya. Kebetulan, lewat ditempat itu seorang sahabat Nabi, Shafwan Ibnu Mu'aththal, diketemukannya seseorang sedang tidur sendirian dan Dia terkejut seraya mengucapkan: "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, isteri Rasul!" 'Aisyah terbangun. lalu Dia dipersilahkan oleh Shafwan mengendarai untanya. Syafwan berjalan menuntun unta sampai mereka tiba di Madinah. orang-orang yang melihat mereka membicarakannya menurut Pendapat masing-masing. mulailah timbul desas-desus. kemudian kaum munafik membesar- besarkannya, Maka fitnahan atas 'Aisyah r.a. itupun bertambah luas, sehingga menimbulkan kegoncangan di kalangan kaum muslimin.


“Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat Balasan dari dosa yang dikerjakannya. dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar”. (QS. An-Nuur:11)

Demikianlah kemulian yang disandang Aisyah Rodhiyallohu anha’ sehingga bertambahlah kemuliaan dan keagungannya di hati Rosululloh Shalallahu Alaihi wa Sallam.

Ketika Rosululloh sakit menjelang wafatnya, beliau masih tinggal bersama Aisyah Rodhiyallohu anha’. Bagi Aisyah menetapnya Rosululloh selama sakit di kamarnya merupakan kehormatan yang sangat besar karena dia dapat merawat beliau hingga akhir hayat.

Aisyah sangat bersyukur kepada Alloh karena Rosululloh meninggal dalam pangkuan dan dekapannya. Rosululloh Shollallohu Alaihi wassalam dikuburkan di kamar Aisyah tepat di tempat beliau meninggal. Sementara itu dalam tidurnya, Aisyah melihat tiga buah bulan jatuh ke kamarnya. Ketika dia memberitahukan hal itu kepada ayahnya Abu Bakar berkata, “Jika yang engkau lihat itu benar, maka di rumahmu akan dikuburkan tiga orang yang paling mulia di muka bumi”. Ketika Rosululloh wafat, Abu Bakar berkata, “Beliau adalah orang yang paling mulia di antara ketiga bulanmu”. Ternyata Abu Bakar dan Umar dikubur di rumah Aisyah.

Setelah Rosululloh wafat, Aisyah Rodhiyallohu anha’ senantiasa dihadapkan pada cobaan yang sangat berat, namun dia menghadapinya dengan hati yang sabar penuh kerelaan terhadap takdir Alloh dan selalu berdiam diri di dalam rumah semata-mata untuk taat kepada Alloh.

Aisyah Rodhiyallohu anha’ memiliki wawasan ilmu yang luas serta menguasai masalah-masalah keagamaan  baik yang dikaji dari Al-Qur’an, hadits-hadits Nabi maupun ilmu fiqih. Sepertiga dari hukum-hukum syariat dinukil dari Aisyah Rodhiyallohu anha’. Abu Musa al-Asya’ari berkata,“Setiap kali kami menemukan kesulitan, kami temukan kemudahannya pada Aisyah”. Para sahabat sering meminta pendapat jika menemukan masalah yang tidak dapat mereka selesaikan sendiri. Aisyah Rodhiyallohu anha’ pun sering mengoreksi ayat., hadits, dan hukum yang keliru diberlakukan untuk kemudian dijelaskan kembali maksud yang sebenarnya. Kamar Aisyah Rodhiyallohu anha’ lebih banyak berfungsi sebagai sekolah yang murid-muridnya berdatangan dari segala penjuru untuk menuntut ilmu. Bagi murid yang bukan mahramnya, Aisyah senantiasa membentangkan kain hijab di antara mereka. Aisyah Rodhiyallohu anha’ tidak pernah mempermudah hukum kecuali jika sudah jelas dalilnya dari Al-Qur’an dan Sunnah.

Aisyah adalah orang yang paling dekat dengan Rosululloh sehingga banyak menyaksikan turunnya wahyu kepada beliau.

Aisyah pun memiliki kesempatan untuk bertanya langsung kepada Rosululloh jika menemukan sesuatu yang belum dia pahami tentang suatu ayat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dia memperoleh ilmu langsung dari Rosululloh.

Aisyah Rodhiyallohu anha’ termasuk wanita yang banyak menghafalkan hadits-hadits Nabi Shollallohu Alaihi wassalam, sehingga para ahli hadits menempatkan dia pada urutan kelima dari para penghafal hadits setelah Abu Hurairah, Ibnu Umar, Anas bin Malik, dan Ibnu Abbas. Aisyah memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki siapa pun, yaitu meriwayatkan hadits yang langsung dia peroleh dari Rosululloh dan menghafalkannya di rumah. Karena itu, sering dia meriwayatkan hadits yang tidak pernah diriwayatkan oleh perawi hadits lain. Para sahabat penghafal hadits sering mengunjungi rurnah Aisyah untuk langsung memperoleh hadits Rosululloh karena kualitas kebenarannya sangat terjamin. Jika berselisih pendapat tentang suatu masalah, tidak segan-segan mereka meminta penyelesaian dari Aisyah Rodhiyallohu anha’. Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar, anak saudara laki-laki Aisyah mengatakan bahwa pada masa kekhalifahan Abu Bakar, Umar,  dan Utsman, Aisyah menjadi penasihat pemerintah hingga wafat.

Aisyah Rodhiyallohu anha’ wafat pada usia 66 tahun bertepatan dengan bulan Ramadhan tahun ke-58 hijriah dan dikuburkan di Baqi’. Kehidupan Aisyah penuh kemuliaan, kezuhudan, ketawadhuan, pengabdian sepenuhnya kepada Rosululloh, selalu beribadah, serta senantiasa melaksanakan shalat malam.

Selain itu, Aisyah banyak mengeluarkan sedekah sehingga di dalam rumahnya tidak akan ditemukan uang satu dirham atau satu dinar pun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar