26 Februari 2014

Muhammad bin Sirin



Lahir dan perkembangannya: 

Muhammad bin Sirin lahir pada masa pemerintahahan Usman r.a.

Ayahnya, Sirin adalah seorang hamba milik Anas Bin Malik, seorang sahabat terhormat. Kufah) yang dipimpin oleh Khalid bin Walid, pada masa pemerintahan Diperoleh dari kemenangan dalam peperangan ‘Ainut Tamr (sebuah daerah di sebelah barat Abu Bakar Sidik. Dia dimerdekakan oleh Tuannya, Anas.

Ibunya bernama Sofia, seorang hamba milik Abu Bakar Sidik r.a. dan dimerdekakan juga.
Kedua orang tuanya, terkenal mempunyai sifat saleh dan berkelakuan baik.


Menuntut ilmu: 

Ibnu Sirin tumbuh dalam keluarga yang penuh ketakwaan dan berhati-hati dalam menjaga diri terhadap dosa serta banyak bergaul dengan sahabat terkemuka, seperti: 

-          Zaid bin Tsabit
-          Imran bin Hushain
-          Anas bin Malik
-          Abu Hurairah
-          Abdullah bin Zubair
-          Abdullah bin Abbas
-          Abdullah bin Umar
Dari mereka ini, Ibnu Sirin menimba ilmu, fikih dan meriwayatkan hadis Nabi saw.


Popularitasnya: 

Muhammad bin Sirin terkenal di seluruh negeri Islam, sebagai orang yang mempunyai banyak ilmu dan berhati-hati dalam menjaga diri dari dosa. 

Dia mempunyai banyak cerita terkenal dengan para penguasa Bani Umaiyah. Dia tidak segan-segan menyampaikan kebenaran dan nasihat dengan terang-terangan. Salah satu di antaranya, dia pernah ditanya oleh Umar bin Hubairah, Gubernur Bani Umaiyah untuk Irak, “Bagaimana keadaan penduduk kotamu saat engkau tinggalkan wahai Abu Bakar (panggilan Ibnu Sirin)?” Ibnu Sirin menjawab, “Saya tinggalkan mereka pada saat kelaliman merajalela dan kamu lalaikan.” Dia lalu disenggol oleh pundak keponakannya, tetapi malah mengatakan, “Bukan kamu yang ditanya tetapi saya dan hal itu benar-benar suatu kesaksian yang apabila disembunyikan oleh seseorang, hatinya telah berdosa.” Setelah itu Ibnu Hubairah hendak memberikan sesuatu tetapi ditolaknya. Keponakannya menyayangkan hal itu sambil mengatakan, “Apa yang menghalangimu untuk tidak menerima pemberian gubernur?” Dia menjawab, “Dia memberikan itu karena mengira bahwa saya orang baik. Jika saya betul-betul baik seperti yang dia duga, maka tidak pantas bagiku untuk menerimanya. Jika tidak, maka lebih baik bagiku untuk tidak mengijinkan diriku untuk menerimanya.”


Kehati-hatiannya dalam menjaga diri dari dosa:

Di antara sikap hati-hati Ibnu Sirin dalam menjaga diri dari dosa, dia pernah mengatakan saat mendengar seseorang yang menjelekkan Hajaj setelah meninggal, “Diam kau, hai keponakanku! Hajjaj telah berlalu menemui Tuhan. Kamu saat dihadapkan kepada Allah akan mendapatkan bahwa dosa paling kecil yang pernah engkau lakukan di dunia menjadi lebih berat atas dirimu daripada dosa paling besar yang pernah dilakukan Hajaj. Pada hari itu kalian berdua akan mendapatkan bagian masing-masing. Ketahuilah wahai keponakan! Bahwa Allah Yang Mahaperkasa akan mengambil kisas orang-orang yang pernah dilalimi Hajjaj dari dirinya. Sebaliknya Allah juga akan mengambil kisasnya dari orang-orang yang pernah menzaliminya. Dari itu mulai hari ini janganlah engkau sibukkan dirimu untuk mencela seseorang!” 

Allah mengaruniai Ibnu Sirin sifat baik dan dapat diterima oleh orang banyak. Apabila orang-orang berada di pasar dan tenggelam dalam kelalaian kemudian melihat Ibnu Sirin, mereka langsung ingat, berzikir kepada Allah, bertahlil (mengucapkan La ilaha illa Allah), dan bertakbir.

Dia mempunyai usaha dagang di pasar. Setiap kali pulang ke rumah dia langsung melakukan salat, membaca Alquran, dan menangis.

Dalam berdagang, dia sangat hati-hati menjaga diri dari perbuatan dosa. Pernah suatu ketika dia membeli minyak seharga 4000 dengan pembayaran di belakang. Pada saat membuka salah satu botol minyak itu dia mendapatkan bangkai tikus yang sudah mengembung. Dia berkata dalam hati, “Semua minyak ini pada mulanya berada dalam satu tempat pemerasan dan najisnya tidak hanya dalam botol ini saja. Jika saya kembalikan kepada si penjual, bisa jadi dia akan menjualnya kepada orang lain.” Akhirnya minyak itu dia tumpahkan semuanya.


Pujian ulama terhadap dirinya:
Muwarraq al-‘Ijli mengatakan, “Saya tidak pernah mendapatkan orang yang lebih pandai dalam fikih sekaligus hati-hati dalam menjaga diri dari dosa daripada Muhammad bin Sirin. Juga tidak mendapatkan orang yang lebih berhati-hati dalam menjaga diri dan mengerti fikih daripada dirinya.”


Wafatnya:
Muhammad bin Sirin wafat pada usia 77 tahun. Semoga Allah memberinya rahmat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar