Oleh: Muhammad Ihsan Zainuddin
Saudaraku…agama Islam pada asalnya sama seperti agama samawiyah
lainnya yang diturunkan Allah swt, dengannya Allah mengutus para Rasul; yaitu agama yang
dibangun di atas dasar ittiba’ (mengikuti) dan kepatuhan pada apa yang
disampaikan Allah dan RasulNya. Sebab sebuah ajaran tidak dapat disebut Ad-Dien
kecuali bila di dalamnya ada kepatuhan pada Allah
Subhannahu wa Ta'ala dan ittiba’ pada apa yang diserukan oleh RasulNya.
Saudaraku,…
Agama samawiyah hanya satu yaitu Islam. Sebab, agama ini adalah agama para Nabi
dan Rosul. Dari Nabi pertama kita yaitu Adam as sampai Nabi kita yang terakhir
yaitu Rosululloh Muhammad saw, semuanya beragama Islam.-red
Dan sebaik-baik petunjuk yang harus ditempuh oleh orang
–orang yang mengharapkan kejayaan, sebaik-baik jalan yang mesti dilalui oleh
orang-orang shaleh adalah: petunjuk dan jalan yang digariskan oleh Rasulullah
Shallallaahu alaihi wa Salam kepada umatnya. Tidak ada lagi pertunjuk yang
lebih baik dari pada petunjuk beliau. Tidak ada lagi jalan hidup yang lebih
lurus selain dari pada jalan hidup yang beliau tempuh.
“Dan (hukum) siapakah yang lebih baik dari pada (hukum)
Allah, bagi orang-orang yang yakin.” (Al-Maidah: 50)
Namun ternyata iblis -la’natullah ‘alaihi- tidak
pernah berhenti menyesatkan anak cucu Adam.
Dengan berbagai cara tipu muslihat ia mencoba memalingkan mereka dari cahaya
ilmu lalu membiarkan mereka tersesat dan kebingungan dalam gelapnya kebodohan.
Dari situlah iblis kemudian memasukkan hal-hal yang secara lahiriah adalah
perbuatan baik/amal shaleh ke dalam agama namun sebenarnya ia tidak pernah
dituntunkan Allah dan RasulNya. Muncullah berbagai keyakinan dan amalan yang
tidak pernah diajarkan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam Lahirlah i’tiqad
dan perbuatan yang tak pernah dikenal oleh generasi terbaik ummat ini; generasi
As-Salafus shalih ridlwanullah ‘alaihim, Rasulullah Shallallaahu alaihi
wa Salam bersabda:
إِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ
فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيْرًا، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِيْ وَسُنَّةِ
الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ، عَضُّوْا عَلَيْهَا
بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُوْرِ، فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ
ضَلاَلَةٌ.
“ Sesungguhnya barangsiapa yang hidup di antara kalian maka ia akan melihat perselisihan yang banyak, (maka saat itu) ikutilah sunnahku dan sunnah para khulafa’
Ar-rasyiddin yang mendapatkan hidayah, gigitlah (sunnah)dengan gigi-gigi
geraham (berpegang teguh), dan jauhilah perkara-perkara yang dibuat-buat
(dalam agama), karena setiap bid’ah itu sesat.” (HR. Abu Dawud dan At-Tarmidzi ia
katakan hadits hasan shahih)
Yang dimaksud dengan bid’ah adalah segala perkara yang
dibuat-buat dalam agama yang sama sekali tidak memiliki dasar dalam syari’ah .
Dan barangsiapa yang mencoba melakukan hal ini, maka ia akan masuk dalam
ancaman Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam :
مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا
مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ.
“Barangsiapa yang membuat-buat hal baru dalam urusan (agama) kami, apa-apa yang tidak ada keterangan darinya maka ia itu
tertolak.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Dan riwayat Muslim yang lain, beliau bersabda:
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ
أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ.
“Barangsiapa yang mengerjakan suatu amalan yang tidak
dilandasi/sesuai dengan keterangan kami, maka ia itu tertolak.”
Hadits yang baru saja kita simak ini merupakan dasar
terpenting dalam ajaran Islam. Hadits ini merupakan standar yang harus digunakan untuk mengukur dan menilai sebuah amalan secara
lahiriah, sehingga -berdasarkan hadits ini- amalan apapun dilemparkan kembali kepada pelakunya. Sehingga
berdasarkan hadits ini pula perbuatan apa pun yang diada-adakan dalam Islam
bila tidak diizinkan oleh Allah dan RasulNya, maka tidaklah boleh dikerjakan;
bagaimanapun baik dan bergunanya menurut akal kita. Imam Nawawy menjelaskan
bahwa hadits yang mulia ini adalah salah satu hadits penting yang harus dihafal
dan digunakan untuk membantah dan membatalkan segala bentuk kemungkaran dalam
Islam.
Sesungguhnya perilaku bid’ah dan segala perilaku yang
mengarah pada penambahan terhadap ajaran Islam adalah tindakan kejahatan yang
amat sangat nyata. Bila kejahatan bid’ah ini dilakukan maka
“kejahatan-kejahatan” lain yang akan muncul, di antaranya:
Perilaku bid’ah menunjukkan bahwa pelakunya telah
berprasanga buruk (suudhan) terhadap Allah Subhannahu wa Ta'ala dan RasulNya yang telah menetapkan risalah Islam, karena
pelaku bid’ah telah menganggap bahwa agama ini belumlah sempurna sehingga perlu
diberikan ajaran-ajaran tambahan agar lebih sempurna. Itulah sebabnya Imam
Malik bin Anas rahimahullah pernah berkata: “Barangsiapa yang
membuat-buat sebuah bid’ah dalam Islam yang ia anggap baik, maka sungguh ia
telah menuduh Muhammad Shallallaahu alaihi wa Salam telah mengkhianati risalah
yang diturunkan Allah padaNya, karena Allah berfirman:
“Pada hari ini telah Kusempurnakan buat kalian dien
kalian, dan telah kucukupkan atas kalian nikmatKu, dan telah Aku relakan Islam
sebagai agama kalian.” (QS. Al-Maidah:3)
Oleh karena itu, apapun yang pada saat itu tidak temasuk
dalam Ad-Dien maka hari inipun ia tak dapat dijadikan (sebagai bagian) Ad-Dien.
Disamping itu, berdasarkan point pertama maka dampak
negatif lain dari perilaku bid’ah adalah bahwa hal ini akan mengotori dan
menodai keindahan syari’ah Islam yang suci dan telah disempurnakan oleh Allah
Subhannahu wa Ta'ala . Perbuatan ini akan memberikan kesan bahwa Islam tidaklah
pantas menjadi pedoman hidup karena ternyata belum sempurna.
Perbuatan bid’ah juga akan mengakibatkan terhapusnya dan
hilangnya syi’ar-syi’ar As Sunnah dalam kehidupan umat Islam. Hal ini
disebabkan tidak ada satupun bid’ah yang muncul dan menyebar melainkan sebuah
sunnah akan mati bersamanya, sebab pada dasarnya bid’ah itu tidak akan muncul
kecuali bila As-Sunnah telah ditinggalkan. Sahabat Nabi yang mulia, Ibnu Abbas
Rahimahullaah pernah menyinggung hal ini dengan mengatakan:
مَا أَتَى عَلَى النَّاسِ عَامٌ
إِلاَّ أَحْدَثُوْا فِيْهِ بِدْعَةً وَأَمَاتُوْا فِيْهِ سُنَّةً حَتَّى تَحْيَا
الْبِدْعَةُ وَتَمُوْتَ السُّنَّةُ.
“ Tidaklah datang suatu tahun kepada ummat manusia kecuali
mereka membuat-buat sebuah bid’ah di dalamnya dan mematikan As-Sunnah, hingga
hiduplah bid’ah dan matilah As-Sunnah.”
Tersebarnya bid’ah juga akan menghalangi kaum Muslimin
untuk memahami ajaran-ajaran agama mereka yang shahih dan murni. Hal ini
tidaklah mengherankan, karena ketika mereka melakukan bid’ah tersebut maka saat
itu mereka tidak memandangnya sebagai sesuatu yang salah, mereka justru
meyakininya sebagai sesuatu yang benar dan termasuk dalam ajaran Islam. Hingga
tepatlah kiranya apa yang dinyatakan oleh Imam Sufyan Ats Tsaury:
اَلْبِدْعَةُ أَحَبُّ إِلَى
إِبْلِيْسَ مِنَ الْمَعْصِيَةِ. اَلْمَعْصِيَةُ يُتَابُ مِنْهَا وَالْبِدْعَةُ لاَ
يُتَابُ مِنْهَا.
“Bid’ah itu lebih disenangi oleh syaitan dari pada
perbuatan maksiat, karena perbuatan maksiat itu (pelakunya) dapat bertaubat
(karena bagaimanapun ia meyakini bahwa perbuatannya adalah dosa) sedangkan
bid’ah (pelakunya) sulit untuk bertaubat (karena ia melakukannya dengan
keyakinan hal itu termasuk ajaran agama, bukan dosa).
Dengan demikian jelaslah sudah bahwa perbuatan bid’ah
adalah tindak kejahatan yang sangat nyata terhadap syari’at Islam yang suci dan
telah disempurnakan oleh Allah. Dan tidak ada jalan lain untuk membasmi hal
tersebut kecuali dengan mendalami dan melaksanakan sunnah Nabi Muhammad
Shallallaahu alaihi wa Salam , tidak ada penyelesaian lain kecuali dengan
mengembalikan semua perkara kepada hukum Allah dan RasulNya.
“Dan bahwa (yang kami perintahkan) ini adalah jalanKu yang
lurus, maka ikutilah ia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain),
karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu
diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa.” (Al-An’am: 153)
Bid’ah adalah gelombang taufan yang dapat menenggelam-kan
siapapun, dan As-Sunnah yang shahihah adalah “bahtera Nuh”; siapapun yang
mengendarainya akan selamat dan siapa yang meninggalkannya akan tenggelam.
Setiap jalan selain jalan Allah disitu terdapat syetan
yang akan selalu mengajak dan menanamkan rasa cinta kepada perilaku bid’ah lalu
perlahan-lahan menjauhkan kita dari As-Sunnah. Ini adalah salah satu langkah
syetan dimana secara bertahap ia membisikkan syubhat-syubhat itu ke dalam amal
nyata; baik dengan mengurangi atau menambah i’itiqad maupun amalan yang
tak pernah dituntunkan oleh Rasulullah
Shallallaahu alaihi wa Salam. Sangat banyak kaum Muslimin yang jatuh dan
menjadi korban; syetanpun telah memperoleh kemenangan “peperangan” ini dalam banyak kesempatan; baik ketika seorang hamba meyakini i’tiqad
tertentu yang menyelisihi Al-Qur’an dan As-Sunnah atau ketika seorang hamba
mengerjakan amalan ibadah tertentu yang tidak pernah digariskan dalam risalah
Al-Islam.
Namun Ahlus Sunnah wal Jama’ah satu-satunya
golongan yang selamat dan satu-satunya kelompok yang akan dimenangkan Allah
telah menetapkan Kitabullah dan Sunnah RasulNya ke dalam lubuk hati mereka yang
paling dalam.
Nasihat Allah dan Rasulnya telah tersimpan abadi dalam
jiwa-jiwa mereka. Allah Yang Maha Bijaksana telah menanamkan dalam hati mereka
keyakinan akan kesempurnaan Ad-Dien ini, bahwa kebahagiaan dan ketenangan yang
hakiki hanyalah dicapai bila berpegang teguh kepada Wahyu Allah dan Sunnah
RasulNya, sebab apapun selain keduanya adalah kesesatan dan kebinasaan! Sebab
segala kebaikan terdapat dalam ittiba’ kepada kaum salaf dan segala keburukan
terdapat dalam perilaku bid’ah kaum Khalaf!
Hadirin yang berbahagia dan dirahmati Allah!
Akhirnya, saya kembali mengulang wasiat untuk selalu
bertaqwa kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala. Waspadailah segala perilaku bid’ah,
yang kecil maupun yang besar dalam Ad-Dien ini karena ia akan menanggung
dosanya dan dosa orang-orang yang mengerjakanya
hingga hari Kiamat. Rasulullah
Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:
مَنْ سَنَّ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ
عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لاَ
يُنْقَصُ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْئًا.
“ Barangsiapa yang mempelopori perbuatan buruk maka ia akan
menanggung dosanya dan dosa orang-orang yang mengerjakannya hingga hari qiamah
tanpa dikurangi dari dosa-dosa mereka sedikitpun.” (HR. Muslim)
Hendaklah setiap Muslim yang merasa takut kepada Rabb-nya, selalu memperhatikan perbuatan dan amalnya, akan kemanakah kakinya
melangkah? Karena boleh jadi ia meletakkan
kakinya dijalan yang salah tanpa disadari.
Marilah kita menanamkan tekad sebesar-besarnya untuk
mengkaji, mendalami, melaksanakan dan menda’wakan As-Sunnah disetiap lapangan
kehidupan kita, agar tidak ada lagi bid’ah-bid’ah yang menodai kehidupan kita,
sehingga menghalangi kaum Muslimin untuk meraih kejayaannya. Insya’ Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar