16 Juni 2011

Al-Firqotun Najiyah adalah Ahlussunnah wal Jama’ah

Pada masa kepemimpinan Rosululloh saw, kaum muslimin itu adalah umat yang satu sebagaimana firman Alloh :

إِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاعْبُدُونِ (٩٢)

“Sesungguhnya kalian ini (agama Tauhid ini) adalah umat yang satu. dan Aku adalah Robb kalian, Maka beribadahlah kepada- Ku.” {QS. Al Anbiyaa’ (21) : 92}.

Maka kemudian sudah beberapa kali kaum Yahudi dan Munafiqun berusaha memecah belah umat Islam pada zaman Rosululloh , namun mereka belum pernah berhasil. Orang-orang munafiq berkata:

هُمُ الَّذِينَ يَقُولُونَ لا تُنْفِقُوا عَلَى مَنْ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ حَتَّى يَنْفَضُّوا



“Mereka orang-orang yang mengatakan (kepada orang-orang Anshar): “Janganlah kamu berinfaq (memberikan perbelanjaan) kepada orang-orang (Muhajirin) yang berada disisi Rosululloh supaya mereka bubar (meninggalkan Rosululloh) ...” {QS. Al Munaafiquun (63) : 7}.

Yang kemudian dibantah langsung oleh Alloh dalam ayat yang sama:

وَلِلَّهِ خَزَائِنُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لا يَفْقَهُونَ ٧

“... Padahal kepunyaan Alloh-lah perbendaharaan langit dan bumi, akan tetapi orang-orang munafik itu tidak memahami.” {QS. Al Munaafiquun (63) : 7}.

Demikian pula dengan kaum Yahudi yang berusaha memecah belah dan memurtadkan umat islam dari agama mereka:

“Segolongan (lain) dari Ahli Kitab berkata (kepada sesamanya): “Perlihatkanlah (seolah-olah) kamu beriman kepada apa yang diturunkan kepada orang-orang beriman (sahabat-sahabat Rosul) pada permulaan siang dan ingkarilah ia pada akhirnya, supaya mereka (orang-orang mukmin) kembali (kepada kekafiran). {QS.Ali ‘Imran (3) : 72}.

Walaupun demikian, maka yang seperti itu tidak pernah berhasil karena Alloh menelanjangi dan menghinakan (usaha) mereka.

Kemudian mereka berusaha untuk kedua kalinya memecah belah kesatuan kaum muslimin (Muhajirin dan Anshor) dengan mengibas-ibas kaum Anshor tentang permusuhan dan perang sya’ir di antara mereka sebelum datangnya Islam. Alloh membongkar makar tersebut dalam firmanNya:

“Hai orang-orang yang beriman!, jika kalian mengikuti segolongan dari orang-orang yang diberi Al Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kalian menjadi orang kafir sesudah kalian beriman.” {QS. Ali ‘Imran (3) : 100}.

Sampai pada firman Alloh :

“Pada hari yang di waktu itu ada wajah-wajah (yang putih) berseri, dan (ada pula muka yang hitam) muram ...” {QS. Ali ‘Imran (3) : 106}.

Maka kemudian Nabi mendatangi kaum Anshor, menasehati dan mengingatkan mereka akan nikmat Islam dan bersatunya mereka melalui Islam, hingga akhirnya mereka saling bersalaman dan berpelukan kembali setelah sebelumnya hampir terjadi perpecahan.

Dengan demikian gagallah pula makar Yahudi, dan kaum muslimin tetap dalam persatuan. Alloh memang memerintahkan mereka untuk bersatu di atas kebenaran dan melarang perselisihan dan perpecahan sebagaimana firmanNya:

Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka... {QS. Ali ‘Imran (3) : 105}.

Alloh berfirman pada ayat yang lain:

“dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Alloh, dan janganlah kamu berpecah belah ….” {QS. Ali ‘Imran (3) : 103}.

Dan sesungguhnya Alloh telah mensyari’atkan persatuan kepada mereka dalam melaksanakan berbagai macam ibadah seperti dalam sholat, dalam puasa, dalam ibadah haji dan dalam mencari ilmu. Nabi telah memerintahkan kaum muslimin ini agar bersatu dan mencegah mereka dari perpecahan dan perselisihan. Bahkan beliau telah memberitahukan suatu berita yang berisi anjuran untuk bersatu dan larangan untuk berselisih yaitu berita tentang akan terjadinya perpecahan pada umat ini, sebagaimana hal tersebut terjadi pada umat-umat yang sebelum mereka.

Telah menceritakan kepada kami Adl-Dlahak bin Mukhlad dari Tsaur dari Khalid bin Ma’dan dari Abdurrahman bin ‘Amr As-Sulami dari Al ‘Irbadl bin Sariyah berkata; Rosululloh shalat fajar bersama kami, lalu beliau menghadap kepada kami dan memberi nasehat kepada kami dengan nasehat mendalam, yang menyebabkan mata bercucuran dan hati tergetar. Kami bertanya atau mereka berkata; “Wahai Rosululloh, sepertinya ini adalah nasehat perpisahan, maka wasiatkanlah kepada kami”. Beliau bersabda: “Saya wasiatkan kalian untuk bertakwa kepada Alloh, mendengar dan taat walau kepada budak dari Habasyah. Sungguh siapa yang hidup di antara kalian akan melihat perselisihan yang banyak. Berpeganglah dengan sunahku dan sunah Khulafa’ Rosyidin yang mendapat petunjuk. Gigitlah oleh kalian dengan gigi geraham. Hindarilah oleh kalian hal-hal yang baru, sesungguhnya setiap hal yang baru adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat. (Kitab Ahmad, Hadits No.16521)

Sabda beliau yang lain,

“Orang-orang Yahudi telah berpecah belah menjadi 71 golongan; dan orang-orang Nasrani telah berpecah menjadi 72 golongan; sedang umatku akan berpecah menjadi 73 golongan , semuanya akan masuk neraka kecuali satu”. Maka kamipun bertanya: “Siapakah yang satu itu ya Rosululloh?” Beliau menjawab: “Yaitu barangsiapa yang berada pada apa-apa yang aku dan para sahabatku jalani hari ini.” (HR. Tirmidzi dan Hakim).

Sesungguhnya telah nyata apa-apa yang telah diberitakan Rosululloh , maka terpecahlah umat ini pada akhir generasi sahabat, walaupun perpecahannya tidak berdampak besar pada kondisi umat semasa generasi yang dipuji oleh Rosululloh :

Telah menceritakan kepada kami Adam telah menceritakan kepada kami Syu’bah telah menceritakan kepada kami Abu Jamrah berkata, aku mendengar Zahdam bin Mudharrib berkata; aku mendengar ‘Imran bin Hushain berkata; Nabi bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah yang hidup pada zamanku (generasiku) kemudian orang-orang yang datang setelah mereka kemudian orang-orang yang datang setelah mereka”. ‘Imran berkata: “Aku tidak tahu apakah Nabi menyebutkan lagi setelah (generasi beliau) dua atau tiga generasi setelahnya”. Nabi bersabda: “Sesungguhnya setelah kalian akan ada kaum yang suka berkhianat (sehingga) mereka tidak dipercaya, mereka suka bersaksi padahal tidak diminta persaksian mereka, mereka juga suka memberi peringatan padahal tidak diminta berfatwa dan nampak dari ciri mereka orangnya berbadan gemuk-gemuk”. (Kitab Bukhari, Hadits No.2457).

Yang demikian tersebut bisa terjadi karena masih banyaknya ulama ahli hadits, tafsir dan fiqh. Mereka termasuk ulama tabi’in dan pengikut tabi’in serta para imam yang empat dan murid-murid mereka. Juga disebabkan masih kuatnya daulah-daulah Islamiyah pada abad-abad tersebut, sehingga golongan-golongan menyimpang yang mulai ada pada waktu itu mengalami pukulan yang melumpuhkan baik dari segi hujjah maupun kekuatannya.

Setelah berlalunya abad-abad yang dipuji ini, bercampurlah kaum muslimin dengan pemeluk beberapa agama yang menyimpang. Kitab ajaran-ajaran kuffar diterjemahkan dan para raja islam-pun mengambil beberapa kaki tangan pemeluk ajaran kafir untuk dijadikan materi dan penasehat kerajaan, maka semakin dahsyatlah perselisihan di kalangan umat dan bercampurlah berbagai ragam golongan dan ajaran. Demikian pula dengan madzhab-madzhab batil, ikut bergabung dalam rangka merusak persatuan umat. Hal itu akan berlangsung terus hingga sekarang sampai pada masa yang dikehendaki Alloh . Walaupun demikian, kita tetap bersyukur kepada Alloh karena al Firqotun Najiyah, Ahlus sunnah wal Jama’ah masih tetap berada dalam keadaan berpegang teguh pada ajaran Islam yang benar, berjalan diatasnya, dan menyeru kepadanya; bahkan akan tetap berada dalam keadaan demikian, seperti diberitakan hadits Rosululloh tentang keabadiannya, keberlangsungan dan ketegarannya. Yang demikian itu adalah karunia dari Alloh demi langgengnya agama ini dan tegaknya hujjah atas para penentangnya.

Sesungguhnya kelompok kecil yang diberkahi ini berada di atas apa-apa yang pernah ada semasa sahabat bersama Rosululloh baik dalam perkataan, perbuatan maupun dalam keyakinan seperti dalam sabdanya:

“Mereka itu adalah orang-orang yang berada pada apa-apa yang aku dan para sahabatku jalani hari ini.”

Sesungguhnya mereka itu adalah sisa-sisa yang baik dari orang-orang yang disebutkan Alloh dalam firmanNya (artinya):

“Maka mengapakah tidak ada dari umat-umat sebelum kamu orang-orang yang mempunyai keutamaan (Sholeh) yang melarang dari berbuat kerusakan di muka bumi, kecuali sebahagian kecil di antara orang-orang yang telah Kami selamatkan di antara mereka, dan orang-orang yang zholim hanya mementingkan kemewahan yang ada pada mereka, dan mereka adalah orang-orang yang berdosa.” {QS. Huud (11): 116}.

Referensi :

  • Prinsip-prinsip ‘Aqidah Ahlus-Sunnah wal Jama’ah, Oleh: Syaikh Doktor Sholeh bin Fauzan bin Abdullah al-Fauzan.;
  • Ensiklopedi Hadits 9 Imam..........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar