30 Juni 2013

KEMULIAAN ROMADHON


Abu Hurairoh ra menuturkan bahwa Nabi saw selalu memberi kabar gembira kepada para sahabatnya dengan bersabda:

“Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah, Alloh mewajibkan puasa atas kalian di dalamnya. Pada bulan ini pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka Jahim ditutup, setan-setan dibelenggu dan di dalamnya ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang diharamkan mendapatkan kebaikan malam itu, maka ia telah diharamkan.” (HR. Ahmad, dishahihkan al-Ar-na’uth)
Bulan puasa dengan segenap keberkahannya telah datang. Sungguh mulia bulan yang datang ini. Nabi saw selalu memberi kabar gembira kepada para sahabatnya dengan kedatangan bulan Romadhon.
Sebagian ulama berkata, “Hadits ini menjadi landasan hukum atas perintah mengucapkan selamat datang terhadap bulan Romadhon.” Bagaimana mungkin seorang Mukmin tidak bergembira dengan dibukanya pintu-pintu surga?
Bagaimana seorang pendosa tidak bergembira dengan ditutupnya pintu-pintu neraka? Bagaimana seorang yang berakal tidak bergembira dengan dibelenggunya setan-setan? Waktu seperti apakah yang menyamai bulan Romadhon? Dahulu, sebagian generasi salaf selalu berdoa untuk kedatangan bulan Ramadhan.
Kedatangan bulan Romadhon dan berpuasa di dalam-nya adalah nikmat Alloh swt yang agung bagi orang-orang yang dikehendaki-Nya. Hal ini ditegaskan oleh sebuah hadits Rosululloh saw dari Abu Hurairoh ra yang menuturkan, “Ada dua orang laki-laki dari negeri Qudha’ah yang masuk Islam di hadapan Nabi saw. Laki-laki yang pertama gugur sebagai syahid dalam peperangan bersama Rosululloh saw, sedang yang kedua wafat setahun sesudahnya. Thalhah bin ‘Ubaidillah (salah seorang sahabat yang utama) berkata, ‘Aku bermimpi melihat surga, lalu aku melihat orang yang mati syahid itu didahului oleh temannya ketika masuk surga, aku heran karenanya. Keesokan harinya aku sampaikan hal itu kepada Rosululloh saw. Beliau bersabda, ‘Apakah yang kalian herani dari mimpi tersebut? Bukankah ia sempat berpuasa Ra-madhan setelah kematian temannya, ia pun telah shalat enam ribu rakaat atau sekian-sekian rakaat shalat sunnah?’. Para sahabat menjawab, ‘Ya, benar.’ Maka Rosululloh saw bersabda, ‘Sesungguhnya perbedaan tingkatan antara keduanya lebih jauh dari jarak antara langit dan bumi’.” (HR. Ahmad, dishahihkan al-Albani)
Alloh swt telah mengistimewakan bulan Romadhon secara spesifik dengan menurunkan Kitab-Nya yang teragung untuk umat temulia. Dengan keistimewaan ini, Alloh swt mengkhususkan bulan Romadhon dengan firman-Nya:

“(Beberapa hari yang ditentukan itu adalah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil)....” (QS. al-Baqarah [2]: 185)
Itulah al-Qur’an yang agung, dengannya Alloh swt mengeluarkan umat manusia dari kegelapan menuju cahaya, turun pada bulan yang agung ini. Maka, adakah keutamaan yang melebihi keutamaan ini?
Dalam bulan Ramadhan, terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Ini adalah keberkahan, rahmat dan pemuliaan Alloh swt kepada umat ini. Kita adalah umat yang dirahmati.
Usia umat ini berkisar antara enam puluh sampai tujuh puluh tahun (sedikit sekali yang melampaui batas ini), Alloh swt pun mengaruniakan keberkahan pada amal mereka, kebaikan dibalas dengan sepuluh kali lipatnya; membaca satu huruf al-Qur’an diganjar dengan sepuluh kebaikan; satu malam Lailatul Qadar di bulan Ramadhan lebih baik dari seribu bulan.
Sudahkan kita menerungkan makna ini? Lebih baik dari seribu bulan! Demi Alloh swt, tidak ada orang yang terhalang mendapatkan kebaikan malam tersebut kecuali orang yang aniaya dan terpedaya. Qiyamullail (shalat malam) pada malam itu menghapus dosa yang telah lalu. Sungguh nikmat tiada terkira atas kaum Mukminin seluruhnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar